Kumpulan Cerpen Saya (Jadi Satu Bundle)

RyzkyWidi

Banned
Izinkan saya menyumbang sebuah cerpen ...



Mengejar Kereta


Oleh : Ryzky Widi Atmaja

*Cerita fiksi, tidak ada hubungan dengan nama, cerita, dan waktu kejadian


Pagi itu, Lukman (20), Seorang mAhaSiswa UniversitaS Gajah Mada (UGM) berSiap puLang ke kampung haLamannya di kota PurwokerTo dengan menggunakan KereTa Api Kutojaya UTara. Setelah sekitar lima jam perjalanan, akhirnya kereta Api itu pun tiba di jaLur dua Stasiun Purwokerto. Lukman pun bergegas tuRun dari kereTA, dan karenA terburu-buru ingin ke toilet, dia pun tidak Sengaja menabrak seorang perempuan yang Tengah Asyik memainkan iPad hingga iPadnya terjaTuh ke Lantai peron. Karena merasa berSalah, Lukman segera meminta maaf dan mengambilkan iPad milik perempuan berparas 'Cute' yang terjatuh itu.

"Maaf mbak, ini HP nya ... Sekali lagi saya minta maaf," kata Lukman sambil memberikan iPad tersebut kepada si perempuan itu.
"Ya udah nggak apa-apa mas," balas si perempuan imut-imut itu.

Sekitar duA menit kemudian, sekeLuarnya Lukman dari toiLet stasiun, dan akan menuju keluAr peron stasiun, tidak sengaja merasakan Ada sesuatu yang terinjak. Lukman perLahan-Lahan mengangkat kaki kanannya yang menginjak sesuaTu itu, dan kemudian dia menemukan sebuah liontin emas berbentuk 'Love' yang terGeletak di aTas LAntai. Lukman pun mengambil liontin emas itu dan membersihkan dengan tangannya, dan ternyata liontin itu dapat dibuka, serTa di dalamnya tampak sebuah foto ukuran kecil seorang perempuan yang sedang dipeluk oleh seorang laki-laki dengan sangat mesra, dengan tulisan 'Love u Claudia'.

Berkat foto itu, lukman akhirnya tahu liontin itu milik perempuan imut yang baru saja ditabraknya tadi. tapi, anehnya Lukman tidak melihat liontin itu ketika mengambilkan iPad milik Claudia itu yang juga terjatuh. Akhirnya, lukman mencoba mencari perempuan imut yang memakai bajU biru muda dan celana jeans pensil tersebut untuk mengembalikan liontin emAs yang mungki sangat berharga dan bermakna bagi si perempuan.

setelah beberapa lama, akhirnya lukman pun tidak menemukan Claudia, perempuan imut pemilik liontin yang ditemukannya itu, padahal suasana stasiun Purwokerto sedang sepi dan hanya beberapa oRang saja yang Lalu Lalang di sekitar peRon Stasiun. Lukman berpikir mungkin si peRempuan itu sudah keluar staSiun, mengingat seTelah KeReta Api Kutojaya Utara berangkat, belum ada kereta api lain yang datang, jadi tidak mungkin Claudia meninggalkan stasiun dengan naik kereta api.

Alhasil, Lukman pun terpaksa pulang dengan membawA liontin berbentuk hati emas itu dengan perasaan bersalah, karena sudah menabrak seorang peRempuan hingga iPad, dan liontinnya terjatuh, sudah begitu terinjak pula. Sesampainya di rumahnya, di pinggiran kota Purwokerto, Lukman langsung istirahat merebahkan diri di atas kasur sambil membayangkan kejadian tadi siang di stasiun.

--------------------------------------------------------------------------------

Empat hari kemudian ...

lukman sudah berSiap untuk pergi ke Stasiun Purwokerto untuk kembali ke Jogjakarta karena masa liburannya sudah menjelang habis, dengan maSih membawa liontin emas milik Claudia di dalam saku celana panjangnya. Sesampainya LukmAn di stasiun terbesAr di DAOP V tersebut dengan diantarkan Temannya, dia bergegaS membeli tiket Kereta Api Kutojaya Utara jurusan Jogjakarta yang datang pada pukul sekitar 12.45. Begitu memasuki peron stasiun, lukman tidak Sengaja melihat Claudia menaiki kereta api yang berhenti di peron tiga dari kejauhan. Saat melihat Si pemilik liontin itu, Lukman mencoba berlari menuju peron tiga, namun ternyata perLahan-lahan pintu kereTa api terTUtup, dan beberapa detik kemudiAn terdengar pengumuman dari petugas stasiun bahwa Kereta Api Taksaka tujuan Jakarta diberangkatkan.

Begitu Kereta api taksaka bergerak perlahan-lahan meninggalkan stasiun, lukman mencoba berlari Sekuat tenaga untuk mengejar kereta api itu sambil melambaikan liontin dari luar jendela kereta dengan berharap Claudia yang berambut sebahu itu melihatnya. Namun, usahanya sia-sia, ular besi Taksaka itu pun Semakin menjauh, dan akhirnya lukman pun berhenti mengejar sambil memandangi kereta api yang sedang melewati sinyal keluar sambil menggenggam liontin itu.

Dengan niat tulus untuk mengembalikan liontin yang ditemukannya empat hari yang lalu itu, Lukman berbalik dan berlari keluar stasiun.

"Man, kamu mau kemana ...?" tanya teman Lukman yang masih di tempat parkir stasiun.
"Aku mau mengejar kereta yang baru berangkat itu," balas Lukman.
"Kamu ketinggalan kereta itu ta ...?" tanya balik teman Lukman sambil memacu sepeda motornya mendekati Lukman.
"Bukan, sulit untuk menjelaskan."
"Ya udah, ayo aku antarkan mengejar kereta itu," kata teman Lukman.
"Nggak apa-apa ta Ris ...?" balik Lukman bertanya kepada Haris, temannya itu.
"Udah nggak apa-apa kok, memangnya kamu mau ngejar naik apa. Ayo."

Akhirnya, Lukman yang dibonceng HariS mencoba mengejaR kereta yang Sedang meLaju kencang demi mengembalikan Liontin berharga milik Claudia, yang mungkin kesempatan ini tidak akan daTang untuk kedua kalinya. Tak berSelang Lama, Kereta Api TakSaka tujuan JakarRa berbeLok menikung mengikuti kontuR perbukiTan PurwokertO yang membuat Lukman dan Haris terpisah dari kereta api itu, karena pandangan mereka tertutup oleh perbukitan.

"Gawat, kita tidak bisa melihat kereta itu lagi."
"Ris, stasiun terdekat dari sini mana ...?" tanya Lukman.
"Karang Gandul."
"Baiklah, bisa kita ke sana Ris ...?"
"Oke, tidak begitu jauh dari sini," balas Haris sambil menambah kecepatan hingga speedometer melebihi 80 km/jam

Begitu Lukman dan Haris mendekati Stasiun Karang Gandul, Kereta Api Taksaka ternyata tidak berhenti meskipun memperlambat kecepatan.

"Ternyata kereta nya tidak berhenti Man, bagaimana selanjutnya ...?" tanya Haris ketika melihat kereta api terus melewati stasiun.
"Setelah ini stasiun apa Ris ...?" tanya balik Lukman.
"Karang Sari. Apa kita akan ke sana untuk mendahului kereta itu ...?"
"Karang Sari setahuku jauh sekali dari sini."
"Lumayan sih. Apa kamu mau ke sana, akan aku kencengin biar tiba lebih dulu daripada kereta itu," kata Haris sembari melirik sedikit ke arah Lukman.
"Tapi, apa nggak ngerepotin kamu Ris ...?"
"Nggak kok," balas Haris singkat.

Haris memacu sepeda motoRnya menuju STasiun Karang Sari yang berjarak sekitar 15 km dari STasiun Karang Gandul. Mereka berdua harus meLalui JAlanan sepi yang mengelilingi Gunung Slamet dan juga cuaca mendung gelap yang diperkirakan akan hujan deras.

"Man, aku ingin tahu kenapa kamu mengejar kereta itu ...? Apakah kamu ketinggalan kereta ...?"
"Aku hanya ingin mengembalikan sesuatu kepada pemiliknya," balas Lukman dengan sayup-sayup karena hembusan angin dari depan yang kencang.
"Maksudnya ...?" tanya Haris balik sembari membuka penutup helm.
"Aku ingin mengembalikan barang yang aku temukan empat hari yang lalu di stasiun, dan tadi yang punya barang, naik kereta itu."
"Aku ngerti maksudmu, tapi bukankan kapan-kapan bisa kamu kembalikan, kenapa harus mengejar kereta itu segala ...?"
"Kamu nggak ngerti Ris, benda yang aku temukan mungkin sangat berharga buat dia, dan aku tidak tahu kapan bertemu dia lagi."
"Iya aku ngerti kok Man, karena itu aku sangat senang bisa berteman dengan orang jujur sepertimu."
"Makasih Ris, dan maaf kalau ngerepotin sampai sejauh ini."

Lukman dan Haris Sudah menempuh sekitar 10 km perjaLanan dengan kecepaTan sekitar 80 km/jam menembus udaRa dingin pegunungan, namun mereka tidak melihat Kereta Api Taksaka, karena jaLur kereta ada di beLakang gunung SLamet yang hijau. HariS hanya memperkirakan kecepatan untuk menyaLip kereTa Api itu, dimana kecepatan kereTa api di jalur ini sekiTar 50 km/jam mengingat lintasan yang diLintasi berkelok-keLok. Dan tidak lama kemudian, gerimis turun dari Langit yang geLap menggantung di ataS pegunungan Purwokerto. Dan, Haris pun memperlambat laji sepeda motornya menjadi 60 km/jam karena jalanan licin.

Dua puluh menit kemudian ditengah guyuran hujan ...

Haris dan Lukman berhasiL tiba lebih dulu di Stasiun Karang Sari meskipun haruS kehujanan dan meLalui jaLanan berkelok-keLok. Setelah tiba, Lukman turun dan langsung menuju ke ruang kepala stasiun, sedangkan Haris berteduh di dalam bangunan stasiun yang sangat sepi itu.

"Permisi bapak," kata Lukman sembari mengetuk pintu ruang kepala stasiun.
"Ya ada apa mas ...?" balas kepala stasiun.
"Maaf bapak, apa sekiranya saya boleh meminta bantuan ...?"
"Silahkan, selama saya bisa bantu."

Lukman menghela nafas sejenak, kemudian ...

"Bapak sebagai yang berwenang di stasiun ini, dapatkah bapak menghentikan kereta api jurusan Jakarta yang sebentar lagi akan lewat sini ...?"
"Sebentar lagi ...?" kata kepala stasiun sambil melihat jam tangannya, lantas, "Taksaka maksudnya ...?"
"Iya."
"Maaf mas kereta itu tidak berhenti di sini, karena eksekutif," kata kepala stasiun.
"Ya mungkin dihentikan sejenak begitu bapak ...?"
"Sulit mas kalau tidak ada sesuatu yang penting, seperti bersilang dengan kereta lain, ataupun masalah teknis."
"Begitu ya," kata Lukman sembari menunduk lesu.

Hujan semakin deras dan dari kejauhan tampak sorot lampu Lokomotif yang mendekati stasiun.

"Memangnya ada keperluan apa mas sampai mas ingin kereta itu berhenti ...?" tanya kepala stasiun.
"Ini bapak," balas Lukman sambil mengeluarkan liontin emas dari dalam saku celana dalamnya yang basah. Kemudian dia menjelaskan masalahnya secara cepat.

Akhirnya, kepala stasiun itu pun mengerti dan menolong Lukman untuk memberhentikan Kereta Api taksakA yang semakin dekat dengan meminta petugas PPKA untuk menguningkan sinyal masuk stasiun, dan menyalakan lampu merah pada sinyal keluar jalur satu.

"Cepat ya mas, saya tidak bisa menghentikan kereta itu terlalu lama, karena akan mengacaukan jadwal beberapa kereta," kata kepala stasiun.
"Terima kasih bapak, beri saya waktu sekitar dua menit saja."

BegiTu kereTa api eksekutif Tujuan Jakarta itu berhenTi di Jalur satu, Lukman bergegas naik dan menCari kereta dimana CLAudia duduk, semenTara peTugaS PPKA masih kontak-kontakan dengan masinis kereta api tersebut.

"Mas ..." sapa seorang perempuan yang duduk sendirian di kursi dua dari belakang, dekat pintu sambungan antar kereta.

Lukman pun terkejut, ternyata yang menyapanya adalah ...

"Claudia ..." balas Lukman yang kemudian tersenyum kecil.
"Mas juga mau ke Jakarta juga ...?" tanya Claudia.
"Oh bukan, aku cuma ingin ..." kata Lukman terpotong sambil mengeluarkan liontin milik Claudia dari dalam saku celana panjangnya.

Claudia terpana melihat liontin emas yang berkilauan karena pembiasan dengan air hujan yang membasahinya.

"Liontin ku,"
"Ya, aku temukan liontin mu beberapa saat setelah aku menabrak mu beberapa hari yang lalu," kata Lukman sambil menyerahkan liontin itu ke pada Claudia.
"Makasih ya ..."
"Tapi maaf kalau sebelumnya liontin itu terinjak oleh ku saat itu, dan sekarang basah karena kehujanan."
"Nggak apa-apa mas, yang penting aku sudah temukan penggantinya,"
"Maksudnya ...?" tanya Lukman singkat.

Tiba-tiba saja CLaudia beranjak dari kursi dan memeLuk Lukman sambil meneteskan aiR maTa karena terharu akan perJuangan Lukman yang Susah payah kehujanan mengejar kereta demi mengembalikan liontin perempuan berparas imut yang akan pergi ke Australia itu.

Tak lama kemudian, genta peron stasiun dibunyikan agar Lukman tahu bahwa waktunya sudah habis.

"Lukman, ini ..." kata Claudia sembari mengeluarkan sebuah handuk pink bergambar 'Love' dan bertuliskan Claudia, berukuran 15 cm x 15 cm.

Lukman pun ragu-ragu untuk menerima handuk kecil itu.

"Ambilah handuk kesayangan ku ini sebagai tanda terima kasih ku, dan semoga kita bisa bertemu lagi," lanjut Claudia.

Akhir cerita, Lukman pun berpiSah dengan CLaudia. KeReta Api Taksaka yang akan mengantarkan CLaudia ke Jakarta unTuk terbang ke AustraLia itu perLahan-lahan meninggalkan stasiun diiringi Lengkingan Lokomotif dan Suara gaduhnya huJan. Kepala stasiun, PPKA, bahkan Haris pun Tak kuasa menahan haRu ketika Claudia melambaikan tangan di pintu bordes keretA, dan Lukman pun membalas dengan meLambaikan handuk pink yang kini Telah berpindah Tangan. Kejujuran pasti akan dibaLaS kebahagiaan, ituLah yang dipercayai oLeh Lukman seumur hidup, dan kini dia telah membuktikannya.

Lukman pun ke Jogjakarta dengan Kereta Api Kutojaya Utara yang berhenti di Stasiun Karang Sari lima menit kemudian dengan menggunakan tiket yang dia beli di Stasiun Purwokerto sebelumnya. Sementara Haris kembali ke Purwokerto.

--------------------------------- S E L E S A I ---------------------------------



Terima kasih telah membaca.
 
Last edited:
Back
Top