Sesama Penderita Talasemia Mayor Sebaiknya Tidak Menikah

Kalina

Moderator
PEMERIKSAAN genetik diperlukan untuk melacak kemungkinan buruk gangguan kesehatan yang tidak diharapkan dari sebuah pernikahan. Hal ini penting bagi calon pengantin dari kemungkinan mengidap penyakit tertentu seperti talasemia. Pasalnya, penyakit tersebut memiliki gen pembawa sifat talasemia yang bisa diturunkan kepada anak.

"Talasemia adalah penyakit genetik, makanya kalau mau menikah dan punya anak, periksa dulu darahnya (pasangan-red). Jangan sampai antara talasemia mayor ketemu sama penderita talasemia mayor, karena anaknya pasti mayor," beber Direktur Rumah Sakit Sentra Medika Cimanggis drg Suherman kepada Okezone.

Menurut drg Suherman, minimnya pengetahuan akan penyakit genetik tersebut menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah penderita talasemia. Pengucilan penderita talasemia dari masyarakat membuat penderita menikah dengan sesama penderita. Padahal, pernikahan tersebut memicu lahirnya anak yang secara otomatis menderita talasemia.

Ia juga mengimbau penderita talasemia tipe mayor tidak menikah sesama penderita tipe yang sama. Selain tipe mayor, ada juga talasemia minor. Lantas apa perbedaan talasemia mayor dengan minor?

Penderita talasemia minor umumnya tidak memerlukan pengobatan dan tranfusi darah. Sedangkan, penderita talasemia mayor harus menjalani transfusi darah setiap satu bulan sekali sepanjang hidup mereka.

"Talasemia memang tidak ada obatnya. Obatnya hanya transfusi darah satu bulan sekali, harus rutin. Di samping transfusi darah, pasien juga harus minum obat," tambahnya.

Ia menerangkan, fungsi transfusi darah bagi penderita talasemia mayor bisa mempertahankan kadar hemoglobin (Hb) yang cukup bagi oksigenasi jaringan. Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10 gr/dL.

Regimen ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata, sebab memungkinkan pasien untuk beraktivitas dengan nyaman, mencegah ekspansi sumsum tulang, dan masalah kosmetik progresif yang terkait perubahan tulang-tulang muka, sera meminimalkan dilatasi jantung dan osteoporosis. Meski begitu, tindakan menaikkan kadar Hb hingga melebihi 15 gr/dL tidak dianjurkan.

Penderita talasemia bisa beraktivitas seperti orang normal, dengan syarat harus transfusi darah secara rutin. Saat ini, lanjut drg Suherman, pasien talasemia di Indonesia berjumlah 6.700 orang, dengan rata-rata pasien terbanyak diderita oleh anak-anak.

Beruntung, saat ini program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sangat membantu pasien talasemia, sehingga mereka bisa melakukan transfusi darah gratis. Bayangkan saja, biaya transfusi darah non-BPJS bisa menghabiskan biaya sekira Rp10 juta.

"Bersyukur sekarang ada BPJS. Kita sangat berterima kasih kepada pemerintah sehingga beban orangtua penderita talasemia berkurang," ungkap drg Suherman.

Seperti diketahui, talasemia adalah suatu kelainan pada darah dengan karakteristik anemia, yaitu jumlah sel darah merah yang lebih rendah daripada normal, atau rendahnya kadar hemoglobin dalam darah, yang bersifat diturunkan dari orangtua ke anaknya.

okezone.com
 
Back
Top