Parade Batu Akik di Jemari PNS Purbalingga

spirit

Mod
367406_620.jpg

TEMPO.CO, Purbalingga - Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Purbalingga terlihat ramai pada Kamis, 18 Februari 2015. Antrean warga tak begitu panjang, tapi cukup padat. Namun ada satu pemandangan yang menarik pada penampilan para pegawai negeri sipil di kantor ini.

Bukan hanya pakaian, jemari pegawai Dinas Kependudukan juga terlihat seragam. Mereka memakai cincin dari batu akik yang didapat dari Sungai Klawing, Purbalingga. “Sejak diwajibkan Pak Bupati, kami langsung memakai cincin akik semua,” kata Sri Yulianti, pegawai negeri sipil di Dinas Kependudukan Purbalingga, Kamis, 19 Februari 2015.

Akik yang dipakai Sri berukuran kecil, berbeda dengan pegawai pria yang akiknya lebih besar. Sri juga memakai liontin dan gelang yang terbuat dari batu akik.

Meski harus menggunakan perhiasan serba akik, Sri mengatakan pelayanan kepada masyarakat tak terganggu. Selain melayani pembuatan akta kelahiran, Sri juga mengurusi pembuatan kartu keluarga.

Kepala Dinas Kependudukan Purbalingga Nur Hamam mengatakan seluruh pegawai di dinas tersebut sudah menggunakan batu akik, sesuai dengan instruksi Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto. “Kami bangga karena ini produk lokal Purbalingga,” katanya.

Ia memastikan penggunaan perhiasan akik oleh pegawai Dinas Kependudukan tak mengganggu pelayanan kepada masyarakat. Nur sendiri memilih hanya menggunakan dua cincin akik meski seluruh koleksinya bisa memenuhi seluruh jarinya.

Tempo mencoba menelusuri proses pembuatan batu akik mulai dari pencarian di Sungai Klawing hingga pemolesan. Di Sungai Klawing, setiap hari ada penduduk yang mencari batu akik.

Mereka membawa tas ransel untuk memuat batu akik yang ditemukan. “Sekarang sudah mulai langka. Dulu saya bisa dapat satu kuintal,” kata Mulyoto, penambang batu akik di Sungai Klawing.

Batu yang paling diminati yakni batu darah kristus atau le sung du christ. Penduduk lokal menyebutnya batu nogo sui. Batu bermotif dominan hijau dengan bercak merah darah dan kuning itu tengah menjadi buruan kolektor batu.

Bambang Suheri, perajin batu akik di Desa Bancar, mengatakan harga nogo sui kalau sudah menjadi cincin bervariasi, dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah, bergantung pada motif. “Kalau motif naga, bisa sangat mahal,” katanya.

Saat ini, kata dia, batu nogo sui sudah sangat sulit dicari. Sebab, penduduk Purbalingga yang dulu bukan pembuat batu kini ikut berburu batu ini.

Nun jauh di daerah hulu sungai, penambang batu bahkan tidak sekadar menyusuri sungai untuk mencari bongkahan batu yang terbawa arus. “Tapi sudah mulai mencongkel tebing sungai dengan linggis. Ini sangat berbahaya bagi kelestarian lingkungan,” ujar Isro Hadi, pegiat lingkungan di Purbalingga.

ARIS ANDRIANTO
 
“Sejak diwajibkan Pak Bupati, kami langsung memakai cincin akik semua,”
bisa begitu ya, alasannya kenapa ya?

menurut seorang ahli batu akik yang sudah menekuni batu akik sejak lama, trend batu akik saat ini sejak sekitar tahun 2012, dan akan berakhir sekitar 2 tahun lagi, berarti sampai sekitar 2017
 
Back
Top