Demam batu akik sedang melanda Indonesia. Banyak orang berpendapat bahwa mengoleksi batu akik sama dengan melakukan investasi. Di sisi lain, ada prediksi bahwa tren batu akik bisa bernasib sama dengan tren bunga adenium atau anthurium yang kini sudah redup.
Jadikan pertimbangan ini untuk berpikir ulang jika kamu ingin mengoleksi batu akik. Pertama, batu akik memiliki nilai yang subyektif. Hal ini disebabkan banyaknya motif batu akik di Indonesia dari berbagai daerah yang membuat harga jualnya tidak sama.
Hal ini pula yang membuat satu motif unggulan bisa memiliki harga yang mahal di satu daerah, namun belum tentu di daerah lain. Artinya, nilai batu akik tergantung ketertarikan orang di daerah tertentu dan hal ini membuat harga batu akik tidak stabil.
Skema inilah yang membuat investasi dalam bentuk batu akik menjadi tidak bagus. Di sisi lain, hal-hal yang bisa menjadi instrumen investasi harus berupa barang yang bersifat universal (dapat diuangkan di mana saja) dan termasuk barang likuid (bisa diuangkan dengan mudah). Kriteria ini tak ditemui pada batu akik.
Kedua, jika kamu memang berminat bisnis batu akik, mengingat harga jualnya sedang tinggi saat ini, maka pilih yang memiliki nilai seni tinggi. Makin unik dan berseni, maka harga makin mahal. Ketiga, pastikan pula tingkat keras batu akik.
Saat ini batu bacan menjadi bintang di kalangan penggemar batu akik. Batu ini memiliki skala keras 3-7 Mohs. Jadi, pastikan skala keras batu akikmu pada ahli batu. Makin keras maka makin bagus. Terakhir, jangan segan bertanya pada ahlinya.
Saat kamu hendak membeli batu akik, ada baiknya kamu mengajak orang yang lebih ahli untuk menemanimu. Langkah ini guna menghindari agar kamu tidak tertipu.
Sekarang, kamu sudah tahu alasan mengapa batu akik tidak cocok untuk dijadikan alat investasi. Emas, perak, palladium atau saham, obligasi dan sejenisnya lebih cocok untuk investasi. Jadi, tentukan pilihanmu dengan bijak.
SUMBER.
