Tak Ada Regenerasi, Pengrajin Tanggui Hampir Punah

rianyan

New member
Kalimantan Selatan, CAPING atau dalam bahasa Banjar disebut Tanggui merupakan topi tradisional di negeri ini. Terutama di Kalsel, tanggui biasanya digunakan para petani, peladang, atau pedagang di pasar terapung.

Fungsi dari tanggui adalah untuk melindungi kepala dari sinar panas matahari. Namun saat ini sangat sulit mencari pengrajin tanggui.
Biasanya pengrajin tanggui sering dijumpai di kawasan Kuin. Tapi saat ini hanya beberapa orang yang masih menggeluti kerajinan ini.
Salah satunya adalah Maskopah warga Kuin Utara. Yang saat ditemui ,Kamis (16/4/15), ia dan rekan-rekannya sedang mengayam daun nipah kering untuk dijadikan tanggui.

Maskopah menjelaskan pengrajin tanggui biasanya hanya dari kalangan tua. "Jarang yang muda-muda melakukan perkerjaan ini," ucapnya.

Tanggui-tanggui ini ia jual langsung ke agen penjual tanggui. Markopah langsung menjual 100 tanggui.

"Harga 100 tanggui yaitu Rp 150 ribu," tandasnya.(yr)

cahaya.co
 
kalau sudah kurang menjanjikan karena perkembangan jaman, ya apa boleh buat, bidang lain mungkin lebih menjanjikan dimata kaum mudanya
 
sekarang zamannya zaman praktis. harga topi kain bisa 15 ribu saja dibanding beli tanggui. Itu prinsip ekonomi anak zaman sekarang
 
mungkin nunggu ada yg mengakui kalo topi tanggui budaya dari tetangga,,baru di lestarikan..

sayang juga sih kalo sampe punah,dan ga bisa liat lagi di depan nanti.
 
mungkin nunggu ada yg mengakui kalo topi tanggui budaya dari tetangga,,baru di lestarikan..

sayang juga sih kalo sampe punah,dan ga bisa liat lagi di depan nanti.

di jawa masih banyak tuh yg pk kl lg nandur yg d sebut caping. terbuat dari daun agel
 
terkadang generasi muda merasa malu dan minder ketika harus belajar sebuah budaya maupun kerajinan asli dari daerahnya sendiri sehingga tak ada regenerasi nya huuuft sungguh disayangkan
 
Back
Top