KRI CAKRA 401, Kapal Selam Republik Indonesia

langit_byru

New member
KRI CAKRA

th_74842_tekmil1_122_305lo.jpg

th_74846_tekmil2_122_423lo.jpg

th_74851_tekmil3_122_400lo.jpg

th_74852_tekmil4_122_336lo.jpg


Galangan kapal terkemuka Korea Selatan Daewoo telah merampungkan tugasnya dalam mengembalikan kemampuan tempur KRI Cakra, salah satu kapal selam buatan Jerman yang dimiliki TNI AL dan segera dilayarkan kembali ke perairan yang menjadi medan pengabdiannya.

Kehadiran KRI Cakra yang bernomor lambung 401 pada tanggal 19 Maret 1981 seolah menuntaskan dahaga TNI AL akan kebutuhan kapal selam disel elektrik moderen sebagai pengganti armada kapal selam klas Whiskey buatan Uni Sovyet yang satu demi satu harus dibesituakan karena ketiadaan suku cadang senagai imbas putusnya hubungan diplomatik dengan negara pembuatnya pasca pemberontakan Komunis 1965. Pilihan Indonesia pada kapal selam buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel ini sesuai dengan tuntutan strategis akan kebutuhan sosok kapal selam berkemampuan jelajah samudera dengan kelengkapan sensor dan senjata yang modern serta cocok dioperasikan di perairan tropis. Sampai tahun 1980 HDW telah memasarkan kapal selam klas 209 dengan berbagai variannya sebanyak 22 unit ke delapan negara Eropa dan Amerika Selatan tanpa terjadi komplain oleh negara pemakainya. Sampai tahun 2006 ini U-209 menjadi kapal selam paling laris di dunia dengan jumlah 64 unit dan dioperasikan oleh 14 negara di Eropa (3 negara), Amerika Latin (7 negara), Asia (3 negara)dan Afrika (1 negara).

Keberhasilan ekspor kapal selam generasi ketiga Jerman ini tidak dapat dilepaskan dari tampilan teknologi yang lebih maju dari kapal selam disel elektrik sebelumnya seperti klas Whiskey buatan Rusia dan seangkatannya seperti klas Oberon buatan Inggris disertai manajemen penjualan yang user oriented . Kemajuan teknologi kapal ini terletak pada rancang bangun kapal, sistem penggerak,sensor dan senjata. Kemajuan rancang bangun mencakup struktur lambung monohull, desain kapal yang streamline, dan bahan lambung yang terbuat dari baja non magnetik. Rancang bangun ini memungkinkan kapal selam ini bermanuver secara lincah di dasar laut disertai dengan kemampuan mereduksi pantulan sonar. Kapal � kapal selam disel elektrik saat ini meniru rancang bangun U-209 ini.

Sistem penggerak pada kapal ini dirancang untuk mampu mendorong kapal selam lebih cepat melaju di bawah air dalam endurance di bawah permukaan yang lebih tinggi. Sepertiga bagian dari isi kapal selam ini dipenuhi oleh sistem pendorong yang berupa satu mesin pendorong, empat mesim disel, dan empat generator serta empat buah baterai yang masing � masing terdiri dari 120 cell. Komposisi sistem penggerak ini mampu mendorong kapal selam pada kecepatan maksimal 21,5 knot saat menyelam dan 8 knot sat berlayar di permukaan serta berlayar snarting. Bandingkan dengan klas Whiskey yang hanya melaju di kedalaman dengan kecepatan maksimal 13 knot.



Keunggulan teknologi lainnya adalah pilihan aplikasi persenjataan dari torpedo konvensional, advanced torpedo semacam torpedo SUT (Surface and Undersurface Torpedo) yang dapat dikendalikan dari kapal selam melalui kabel serat seperti yang dipasang pada dua kapal selam TNI AL, hingga peluru kendali anti kapal permukaan seperti yang diterapkan pada klas Shisumar AL India. Variasi senjata ini menjadi daya tarik tersendiri pada kapal selam U-209 ini.

Perusahaan HDW menekankan pada kebutuhan pengguna kapal selam produknya. Desain kapal selam U-209 di daerah sub tropis seperti Yunani berbeda dengan kapal selam U-209 yang dioperasikan di perairan tropis. Kapal � kapal selam tropis membutuhkan pendingin udara kabin untuk memberikan kenyamanan pada awak kapalnya, tingginya kadar garam (salinitas) air laut tropis juga memerlukan jenis sonar yang tidak sama dengan sensor bawah air di kawasan sub tropis. Disamping itu perusahaan Jerman ini juga memberikan kebebasan pada customernya untuk memilih persenjataan yang dibutuhkan untuk kapal selam dipesannya. Kiat yang paling penting lainnya adalah memberikan layanan purna jual berupa perbaikan yang dikerjakan di galangan Jerman atau di luar Jerman. Perusahaan ini juga memberikan lisensi pembangunan U-209 kepada galangan � galangan kapal di luar Jerman seperti Mazagon India dan Daewoo Korea.

Overhaul KRI Cakra

Bersama adik kembarnya, KRI Nanggala-402, eksistensi KRI Cakra menjadi andalan kekuatan pemukul TNI AL sejak tahun 1981. Rangkaian operasi laut dan patroli laut menjaga perairan Indonesia menjadi menu utamanya setiap tahun. Karena hanya memiliki dua kapal, satuan kapal selam Armada RI Kawasan Timur harus membagi rotasi dua elemennya ini secara maksimal. Tentu saja jam layar keduanya amat tinggi dari unsur � unsur kombatan lainnya dengan komposisi operasi-siaga di pangkalan-perbaikan (1/3:1/3:1/3), sedangkan satuan kapal selam menganut ? kekuatan operasi dan ? kekuatan lainnya perbaikan.
Jam layar yang sedemikian tinggi membuat KRI Cakra harus mengalami perbaikan besar atau overhaul pada tahun 1993. Perbaikan ini difokuskan pada pengembalian performa sistem pendorong, pergantian baterai dan meng up date sistem sensornya. Seluruh perbaikan tersebut dilakukan di galangan PT PAL Surabaya selama empat tahun. Sejak saat itu kiprah kapal selam ini semakin tinggi karena KRI Nanggala menyusul masuk dock pada tahun 1997-1999.
Tujuh tahun setelah perbaikan besarnya, kemampuan KRI Cakra semakin menurun sehingga pemimpin TNI AL mengajukan program perbaikan besar dan sejumlah pergantian pada sebagian peralatan radar dan sonarnya dengan spare part baru. Pekerjaan mengembalikan performa KRI Cakra ini merupakan pekerjaan besar yang memerlukan galangan kapal yang berpengalaman untuk dapat menyelesaikan overhaul dengan hasil optimal dan cepat mengingat Indonesia membutuhkan kehadiran kapal selam ini.

Pilihan jatuh pada galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering(DSME), sebuah industri pembuatan kapal Korea Selatan yang berdomisili di kota Ockpo. Perusahaan ini telah mendapatkan lisensi dari HDW untuk membuat kapal � kapal selam klas U-209. Reputasi perusahaan tidak diragukan lagi dalam urusan pembuatan dan perbaikan kapal selam karena telah berhasil memproduksi 9 unit kapal selam U-209/1200 setipe dengan KRI Cakra klas Chang Bo Go untuk AL Korea Selatan sejak tahun 1989 beserta perbaikannya dengan hasil memuaskan. Dengan kata lain perusahaan itu memiliki kemampuan tinggi untuk melaksanakan overhaul.



Kontrak perbaikan KRI Cakra ini disepakati pada tahun 2004 senilai 60 juta dolar US dan dikerjakan selama 22 bulan. Overhaul itu meliputi perbaikan bangunan kapal, peralatan navigasi, peralatan komunikasi, sistem kendali senjata, disel generator, tangki � tangki-tangki, dan peralatan sensor(radar dan sonar), serta penggantian sejumlah komponen radar dan sonar dengan peralatan baru.

DSME memenuhi jadwal yang ditentukan. Perbaikan mulai dilaksanakan pada pertengahan Mei 2004, pada awal bulan Februari 2006 seluruh pekerjaan telah diselesaikan, dan diuji coba pada tanggal 13 Februari 2006. Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto, perbaikan itu mengembalikan performa KRI Cakra 80 % dari kemampuan tertingginya.

Bila saat pemberangkatannya menuju Korea Selatan, kapal selam ini digendong dengan kapal tunda raksasa, maka saat berlayar kembali ke tanah air, 60 personel TNI AL dibawah pimpinan komandan KRI Letkol Laut (P) Iwan Isnarto melayarkannya dari Korea Selatan ke Indonesia dengan menempuh jarak 2812 mil laut dalam waktu 16 hari. Pelayaran ini sekaligus digunakan untuk menguji semua kemampuannya terutama sejumlah sistem yang menjadi fokus perbaikan di DSME tersebut.

KRI Cakra tiba di pangkalannya dermaga Ujung Surabaya pada tanggal 21 April 2006. Upacara penyambutannya pun langsung dipimpin oleh Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto. Hal ini menyuratkan betapa pentingnya kapal selam tersebut bagi armada tempur TNI AL saat ini. Kapal selam yang memakai nama senjata sakti tokoh pewayangan Sri Kresna ini kini telah kembali bertugas bersama saudara kembarnya yang menyandang namasenjata sakti Baladewa itu. Bergabungnya kembali kapal selam tersebut paling tidak cukup melegakan mengingat kompleksnya ancaman keamanan laut di Indonesia. Kasal mengharapkan pemerintah dapat memenuhi 12 kapal selam yang dalam kajian angkatan laut kekuatan tersebut akan mampu memberikan daya pukul dan memberikan efek penangkalan kepada semua pihak yang mencoba mengusik kedaulatan di perairan Indonesia. Orang nomor satu dijajaran TNI AL itu meyakini bahwa kapal selam merupakan alut sista angkatan laut yang paling strategis. Selamat bertugas kembali Cakra sambil mengharapkan kedatangan kapal � kapal selam berikutnya di jajaran TNI AL. (Heri Sutrisno-Dispenal)



Sumber :
Satuan Kapal Selam Armatim, Hasil Pekerjaan Overhaul Di Korea Selatan untuk peralatan Sewaco KRI Cakra-401, Rekap Laporan yang tidak diterbitkan, 2006.

Mabes TNI AL, Kapal Selam Samudera Kelas 209 type 1300 KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402, Jakarta: Mabes TNI AL, 1978.

Jane�s Fighting Ships 2004-2005

Release Dispenal No: 33/PR/IV/2006 tanggal 21 April 2006.

Seputar Indonesia, tanggal 4 April 2006, hal. 11.
 
kapal selam ri masig kurang tu tambahin sampe 20 biji biar disegani dunia, jangan hanya bisa KKn
 
Back
Top