Bapak Penjual Jam

Status
Not open for further replies.

fajarsany

New member
Pada suatu pagi, Pak Haydi baru membuka toko mainannya. Sekitar setengah jam kemudian, datang seorang perempuan dan anak laki-lakinya yang masih kecil. Didalam toko, anak kecil tersebut minta dibelikan sebuah mainan pesawat terbang, tapi ibunya menolak karena harganya terlalu mahal. Akibatnya, anak kecil tersebut menangis sambil merengek minta dibelikan. Tidak tega melihat anak kecil tersebut terus menangis, Pak Haydi memperbolehkan perempuan tersebut membayar dengan seadanya saja. Awalnya perempuan tersebut menganggap Pak Haydi bercanda, tapi Pak Haydi mengatakan kalau dia benar-benar serius. Akhirnya anak kecil tersebut berhenti menangis setelah mainan yang dia mau berada di genggamannya. Perempuan tersebut berterima kasih banyak, dan mendoakan semoga usaha Pak Haydi sukses, kemudian dia pergi meninggalkan toko.

Mengetahui hal tersebut, istrinya protes kepada Pak Haydi karena sering memperbolehkan beberapa pembeli membayar dengan sesukanya. Padahal bulan ini baru sekali, tiga bulan yang lalu juga sekali, baru lima bulan yang lalu ada dua orang.

Suatu saat, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang membuat dagangannya sepi pembeli, sehingga pendapatannya menjadi kecil. Istrinya juga kehilangan pekerjaan setelah dipecat dari toko makanan tempat dia bekerja. Kondisi ini membuat pada suatu malam Pak Haydi dan istrinya bertengkar. Putri semata wayangnya yang masih bersekolah di kelas 2 SMA memutuskan untuk berhenti sekolah dan mencari pekerjaan, tapi ditolak keras oleh Pak Haydi, karena jika begitu maka usaha Pak Haydi selama ini untuk menyekolahkan putrinya menjadi sia-sia saja.

Dua hari kemudian, putrinya mengalami kecelakaan ketika angkutan umum yang ditumpanginya bertabrakan dengan sebuah truk. Sempat dibawa ke rumah sakit, namun sayangnya setelah beberapa hari dirawat, nyawanya tidak tertolong akibat luka yang parah di kepalanya.

Kejadian itu membuat Pak Haydi dan istrinya terpukul. Keuangannya juga menjadi terkuras. Setelah itu istrinya memutuskan untuk cerai dan kembali ke kampung halamannya. Rekan kerja istri Pak Haydi memberitahu kalau istrinya sebenarnya sudah cukup lama kenal dekat dengan seorang laki-laki lain yang lebih mapan darinya, dan istrinya pergi bersama laki-laki tersebut. Mengetahui hal tersebut, hati Pak Haydi seakan dicabik-cabik.

***​

Suatu hari datanglah seorang lelaki bernama Arsa ke tokonya, dia mengaku mengenal Pak Haydi, tapi Pak Haydi tidak mengenal Arsa. Arsa menjelaskan pada Pak Haydi kalau dia adalah anak kecil yang dulu pernah diberi jam tangan oleh Pak Haydi, ketika Pak Haydi masih membuka toko jam. Sebelum menjadi penjual mainan, Pak Haydi adalah seorang penjual jam.

Ketika itu Arsa masih kecil, dia berkunjung ke toko jam Pak Haydi, dia menginginkan sebuah jam tangan yang dipampang di toko, tapi dia tidak bisa membelinya karena dia adalah seorang gelandangan yatim piatu yang tidak membawa uang. Saat itu istrinya yang sedang jaga toko mengusirnya, tetapi Pak Haydi merasa iba dan memberikan jam tangan yang diinginkan Arsa secara gratis.


Awalnya Arsa hanya berniat untuk bersilaturahmi dan membalas kebaikan Pak Haydi di masa lalunya itu, tapi setelah mendengar cerita dari tetangga mengenai keadaan Pak Haydi sekarang, dia menjadi berniat membantu masalah Pak Haydi.

“Pak, saya sempat lupa alamat toko bapak ini setelah bertahun-tahun lamanya, kemudian saya bertanya-tanya sama tetangga disini, dan salah satu tetangga menceritakan tentang keadaan bapak sekarang ini. Saya ikut sedih, dan… saya ingin membantu bapak, saya akan memberikan dana untuk bapak supaya usaha mainan bapak ini jalan kembali. Saya juga akan mencarikan pegawai untuk bapak, apalagi sekarang jamannya teknologi informasi, kita harus beradaptasi dengannya.” Kata Arsa.

“Tak usah repot-repot anak muda, saya…”

Arsa memotong perkataan Pak Haydi, “Pak, anggap saja ini adalah balasan dari Tuhan atas kebaikan yang telah bapak lakukan. Pak, waktu dulu itu saya hidup susah, setelah kedua orang tua saya meninggal, saya terpaksa menjadi gelandangan. Tapi setelah semua kerja keras yang saya lakukan, dan berkat pertolongan Tuhan pula, saya bisa menjadi pengusaha seperti ini, syukur dengan semua ini. Saya juga ingin beramal baik Pak, dan ini adalah kesempatan yang sangat baik. Jadi izinkan saya ya Pak…”


Kemudian Pak Haydi teringat dengan nasihat agar jangan menghalangi orang yang hendak berbuat baik.

“Baiklah anak muda, saya tidak tahu harus mengatakan apa, tapi saya sangat berterima kasih sekali, saya tidak menyangka, bahkan saya lupa dengan anda yang waktu masih kecil itu pernah datang ke toko saya ketika masih berjualan jam…”

Air mata pun turun dari mata Pak Haydi, dan dia memeluk Arsa, “Makasih banyak ya dek Arsa, makasih banyak…”

“Tak apa Pak Haydi, bersyukurlah pada Tuhan…” Kata Arsa.


Kemudian Arsa memberikan dananya kepada Pak Haydi untuk membangun kembali toko mainannya. Kali ini tokonya memiliki beberapa pegawai. Selain itu, sistem pemasarannya juga menjadi lebih maju seiring perkembangan teknologi informasi.

***​

Pada suatu hari, Arsa menghampiri Pak Haydi yang sedang memugar tokonya.

“Ada rencana untuk menjual jam lagi Pak?” Tanya Arsa.

“Hmmm… sepertinya tidak, saya betah menjadi penjual mainan, membuat saya dekat dengan anak-anak, saya suka anak-anak. Lagipula majunya teknologi ini membuat semuanya menjadi semakin menarik, anak-anak muda itu tau bagaimana caranya memanfaatkan itu semua.” Jawab Pak Haydi sambil memperhatikan pegawainya yang sedang ikut memugar.

***​

Pak Haydi terus menjalankan tokonya selama sekitar 5 tahun, sayangnya tak lama setelah itu, Pak Haydi meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Untuk sementara, toko mainannya dijalankan oleh salah seorang pegawai kepercayaan Pak Haydi.

Arsa yang ketika menghadiri pemakaman Pak Haydi sudah menikah, merasa sangat kehilangan, istrinya mencoba menenangkannya.

“Yang…” kata istrinya sambil mengusap air mata Arsa.

“Aku sudah menganggap dia sebagai ayahku sendiri, aku selalu ingat dia, ketika aku masih kecil itu, sampai sekarangpun aku selalu ingat dia adalah bapak penjual jam, bapak penjual jam yang sangat baik hati.” Kata Arsa sambil menangis.

“Tetangga-tetangganya pun mengatakan kalau dia adalah orang yang baik, tidak ada satupun yang mengatakan kejelekan tentang dirinya.” Kata istrinya.

Arsa kemudian berhenti menangis dan mengatakan, “Semoga amal ibadahmu diterima disisi-Nya, wahai bapak penjual jam.”
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top