Cerita Kisah Nyata Disaat Terakhir Bung Karno Setelah Terusir Dari Istana Negara (I)

majalahberita855

New member
hari-hari-terakhir-sukarno.jpg

BUKU HASIL KARYA PETER KASENDA

Salah satu Cerita kisah disaat terakhir Bung Karno setelah terusir dari Istana Negara sangat menyentuh hati yang ditulis oleh Peter Kasenda ini menceritakan bagaimana kekejaman yang diberikan kepada orang No. 1 di Indonesia pada kala itu, yakni Dr.Ir.H.Soekarno yang diperlakukan dengan tidak begitu terhomat dan terpuji. berikut akan kita ceritakan kisah nyata dari bung karno.

"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa yang namanya kekuasaan presiden sekalipun pasti ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan dari rakyat. Dan diatas segalanya merupakan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa." (Soekarno,1967).

Tidak lama setelah Mosi yang dibentuk oleh parlemen yang diketuai oleh Nasution pada tahun 1967 dan MPRS berhasil menunjuk Soeharto sebagai Presiden RI ke 2, lantas bung karno segera mendapatkan surat perintah yang dimana berisi harus segera meninggalkan Istana Negara dalam waktu 2 x 24 Jam.

Bung Karno kala itu memang disuruh harus cepat meninggalkan Istana Negara tidak diberikan waktu berlama-lama untuk mengumpulkan barang-barang pribadinya. Wajah-wajah dari tentara yang mengusir bung karno pun tampak sangat tidak bersahabat lagi. "Bapak harus cepat meninggalkan Istana Negara ini dalam waktu dua hari dari sekarang !".

Bung karno pergi keruang makan dan melihat Guruh Sedang membaca sesuatu di ruang itu. "Mana kakak-kakakmu " kata Bung Karno. Guruh pun menoleh ke arah bapaknya dan berkata " Mereka sudah pergi kerumah Ibu".

Rumah Ibu yang dimaksud disini adalah rumah dari Fatmawati yang bertempat di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru. Bung Karno pun berkata lagi "Mas Guruh, bapak sudah tidak diperbolehkan lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu lekas persiapkan barang-barangmu, dan kamu jangan ambil lukisan atau hal lain, karena itu punya negara". ujar Bung Karno.

Bung Karno pun lantas berjalan ke arah ruang tamu Istana, disana dia tampak mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang masih setia kepadanya. Ada juga Beberapa ajudannya yang sudah tidak kelihatan karena ditangkap dan diduga ajudan dari Bung Karno tersebut terlibat dalam peristiwa Gestapu (G-30S/PKI). Dalam penyampaian Bung Karno kepada ajudannya yang masih setia di Istana dia mengatakan. "Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan menggambil apapun, lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu Milik Negara.

Lantas para ajudannya menangis dan merasa sedih mendengar perlakuaan yang dilakukan kepada Bung Karno saat tau dia harus pergi. "Kenapa bapak tidak melawan, kenapa dari dulu bapak tidak melawan..." Salah satu ajudan separuh berteriak keras memprotes tindakan diam yang dilakukan oleh Bung Karno.

"Bung Karno pun menjelaskan hal tersebut kepada ajudannya, "Kalian tau apa, kalau saya melawan nanti bisa terjadi perang saudara, perang saudara itu sulit jikalau perang dengan Belanda jelas hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak, wajahnya sama dengan wajahmu. Keluarganya juga sama dengan keluargamu, lebih baik saya yang robek dan hancur daripada Bangsa saya harus perang saudara". tegas Bung Karno kepada ajudannya.

Tiba-tiba beberapa orang yang bekerja dibagian dapur Istana ketika mendengar Bung Karno akan meninggalkan Istana lansung keluar, " Pak kami memang tidak ada anggaran untuk memasak, akan tetapi kami tidak enak bila bapak pergi, belum makan. Biarlah kami patungan dari uang kami untuk membuat masakan yang enak untuk bapak dari biasanya."

Bung Karno pun tertawa "Ah sudahlah sayur lodeh basi tiga itu malah enak, kalian masak sayur lodeh saja. Aku ini perlunya apa..."

Memasuki hari kedua disaat Bung Karno sedang merapikan baju-bajunya datang seorang perwira yang merupakan suruhan dari Orde Baru. "Pak, Bapak harus segera meninggalkan tempat ini". Beberapa tentara nampak sudah memasuki seluruh ruangan dan menyebar sampai keruang makan.

Mereka juga berdiri didepan Bung Karno dengan Senapan yang terhunus. Bung Karno pun tampak segera mencari koran bekas yang berada di pojok kamar , karena tampak dalam pikiran Bung Karno yang dia takutkan ialah bendera pusaka yang akan diambil oleh Tentara nanti.

Lalu dengan cepatnya Bung Karno segera membungkus bendera pusaka tersebut dengan koran bekas, yang dia masukan kedalam kaos Oblong, Bung Karno pun sempat menatap tentara-tentara itu, namun ada beberapa perwira yang mendorong tubuhnya agar bisa segera keluar dari kamar.

Maulwi-Saelan.jpg

FOTO Ajudan Bung Soekarno Maulwi Saelan

Sesaat setelah itu Bung Karno melihat kearah wajah Ajudannya Maulwi Saelan (Pengawal terakhir Bung Karno) dan Bung Karno pun melihat ke arah Saelan.

"Aku Pergi Dulu" kata Bung Karno dengan Terburu-buru. "Bapak tidak berpakaian rapih dulu, Pak" Saelan pun separuh berteriak kepada Bung Karno.

BERSAMBUNG... Cerita Kisah Nyata Disaat Terakhir Bung Karno Setelah Terusir Dari Istana Negara (II)
 
Back
Top