Cerita Kisah Nyata Disaat Terakhir Bung Karno Setelah Terusir Dari Istana Negara(III)

majalahberita855

New member
Wisma_Yaso.jpg

Wisma Yaso

Saat itu memang setelah Pak Harto mengeluarkan memo, anak buahnya langsung menjemput Bung Karno untuk ditempatkan di Wisma Yaso di Jakarta. Namun ternyata kali ini perlakuan dari Tentara lebih keras. Bung Karno sama sekali tidak diperbolehkan untuk keluar dari kamarnya. Sering kali ia mendapatkan bentakan apabila akan melakukan sesuatu, suatu ketika saat Bung Karno tanpa sengaja melihat ada lembaran koran bekas bungkus sesuatu, koran itu pun langsung direbut dan ia harus dimarahi.

Kamar dari Bung Karno pun tampak sangat tidak manusiawi kalau bisa dibilang, tampak sangat berantakan, kotor, bau dan jorok. Memang ada yang merapikan tapi apa adanya saja. Dokter yang diperintahkan untuk merawat Bung Karno waktu itu adalah Dokter Mahar Mardjono sangat bersedih ketika melihat Bung Karno harus menderita dan juga tidak ada obat-obatan yang bisa digunakan Bung Karno.

Mahar_Mardjono.JPG

"Prof. Dr. Mahar Mardjono merupakan mantan ketua tim dokter kepresidenan Republik Indonesia pada masa Presiden Soekarno dan Soeharto (1996-1976), dan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia."

Ia tahu bahwa obat-obatan yang berada di laci Istana sudah dibuangi atas perintah dari seorang Perwira Tinggi. Mahar Mardjono hanya bisa membantu memberikan Vitamin dan Royal Jelly yang sesungguhnya hanya madu biasa. Apabila Bung Karno susah tidur kami akan memberikan Valium, Sukarno pun sama sekali tidak diberikan obat untuk meredakan sakit akibat dari ginjalnya yang sudah tidak berfungsi.

Banyak Rumor yang beredar di masyarakat bahwa semasa Bung Karno hidup didalam Wisma Yaso sangat begitu sengsara, beberapa orang dikabarkan nekat untuk melakukan pembebasan terhadapat Bung Karno. bahkan ada kabar yang memberitakan bahwa satu pasukan khusus KKO (Marinir) dikabarkan sempat menembus penjagaan dari Bung Karno dan berhasil menembus masuk kedalam kamar dari Bung Karno, akan tetapi Bung Karno menolak untuk ikut dikarenakan takut akan memancing terjadinya peperangan saudara.

Memasuki awal Tahun 1970 Bung Karno pun harus datang kerumah Fatmawati karena putrinya akan melangsungkan pernikahan yakni Rachmawati. Bung Karno yang dengan kondisi yang sangat begitu parah, jalan saja susah tetap datang kerumah istrinya itu. Wajah Bung Karno pun tampak bengkak-bengkak (karena tidak di izinkan cuci darah serta obata-obatan yang tidak lengkap tersedia di Wisma Yaso).

Ketika Rakyat tau bahwa Bung Karno datang kerumah Fatmawati, banyak orang yang tampak langsung berbondong-bondong untuk menjumpai Presiden No 1 Indonesia itu, sesampainya mereka di depan rumah banyak yang berteriak dan memberikan semangat kepada Bung Karno sambil berteriak "Hidup Bung Karno... hidup Bung Karno... Hidup Bung Karno...!!!

Sukarno yang sudah terbiasa dekat dengan rakyatnya itu langsung reflek tertawa dan mencoba melambaikan tangannya ke arah rakyatnya, namun dengan kasar tentara menurunkan tangan dari Sukarno dan menggiringnya kedalam. Bung Karno pun harus paham karena dia ditetapkan sebagai tahanan politik.

Masuk di bulan Februari ternyata penyakit Bung Karno semakin parah hingga ia tidak sanggup untuk berdiri, hanya bisa tidur saja. Tidak ada yang boleh masuk. Ia sering berteriak kesakitan. Biasanya penderita yang mengalami penyakit ginjal memang akan diikuti oleh kondisi Psikis yang kacau.

Ia berteriak "Sakit...Sakit ya Allah... Sakit..." tapi tentara yang menjaganya disana hanya bisa diam saja karena mereka tidak diperintahkan begitu oleh komandan. Sampai-sampai ada satu tentara yang hanya bisa menangis didepan pintu kamar mendengar kesakitan yang diderita oleh Bung Karno. Kepentingan politik tidak bisa memendung rasa kemanusiaan, dan air mata adalah bahasa paling jelas dari rasa kemanusiaan itu yang bisa dilakukan waktu itu.

Mohammad_Hatta.jpg

Mohammad Hatta

Hatta yang mendapatkan laporan mengenai kesehatan Bung Karno semakin buruk di Wisma Yaso, lantas menulis sebuah surat untuk diberikan kepada Pak Suharto dan mengecam cara merawat yang dilakukan kepada Sukarno. Di rumahnya Hatta hanya bisa duduk diteras sambil menangis, ia teringat akan sahabatnya itu. Lalu dia menceritakan kepada Istrinya Rachmi untuk bisa bertemu dengan Bung Karno.

"Kakak tidak mungkin bisa kesana, Bung Karno kan sudah menjadi tahanan politik" ujar istri bung hatta.

Hatta pun menoleh kepada istrinya dan berkata "Sukarno merupakan orang yang terpenting didalam pikiranku, dia sahabatku, kami pernah bersama-sama dibesarkan dalam suasana yang sana agar negeri ini bisa merdeka. Bila memang ada perbedaan diantara kami itu lumrah tapi aku tidak tahan mendengar berita Sukarno disakiti seperti ini".

Hatta secara tegas pun langsung membuatkan surat dengan nada yang tegas untuk diberikan kepada Soeharto agar bisa bertemu dengan Sukarno, ajaibnya ternyata surat itu langsung disetujui dan dia diperbolehkan untuk menjenguk Bung Karno. Hatta pun langsung datang ke Wisma Yago sendirian, ketika masuk kedalam kamar dia melihat kondisi Bung Karno yang sudah hampir tidak sadar, tubuhnya tidak kuat menahan rasa sakit ginjal. Bung Karno pun membuka matanya. Hatta terdiam dan berkata pelan "Bagaimana Kabarmu, No" kata Hatta sambil air matanya menetes melihat kondisi sahabatnya itu.

Bung Karno pun berkata pelan dan tangannya berusaha meraih lengan Hatta "Hoe gaat het met Jou?" kata Bung Karno dalam bahasa belanda - Bagaimana pula kabarmu, Hatta - memegang lembut tangan Bung Karno dan mendekatkan wajahnya, air mata Hatta jatuh mengenai wajah Bung Karno dan Bung Karno ikut menangis seperti anak kecil.

Dua Proklamator bangsa Indonesia ini menangis, disebuah kamar yang bau dan jorok, kamar yang menjadi saksi bisu dua orang yang membantu kemerdekaan Indonesia diakhir hidupnya harus menerima kenyataan pahit, merasa tidak bahagia, suatu hubungan yang sangat menyiksa dada kita.

Soekarno.jpg

Saat-saat Terakhir Bung Karno

Tidak lama setelah Hatta pulang, Bung Karno pun meninggal pada Tanggal 21 Juni 1970, Sama pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945 Bung Karno menunggu Hatta di kamar untuk segera membacai Proklamasi, disaat kematiannya ternyata Bung Karno pun seolah menunggu Hatta terlebih dahulu, baru ia berangkat menemui Tuhan.

Sumber Berita dan Gambar :
www.google.co.id
www.wikipedia.com

Salam Admin
www.majalahberita855.com
 
Back
Top