Bidikan Kapten

Status
Not open for further replies.

fajarsany

New member
Tahun ini adalah tahun 1946, pulau Jawa bagian barat dilanda peperangan hebat antara rakyat pribumi melawan pasukan Belanda dan Inggris yang tergabung dalam blok sekutu. Awalnya, Inggris ditugaskan untuk mengurusi tawanan perang sekutu yang berperang dengan Jepang; dan pemulangan para serdadu Jepang ke negara asalnya. Namun pada prosesnya, Inggris malah membantu Belanda untuk menguasai kembali Indonesia.

Pulau Jawa penting bagi Belanda untuk menguasai pulau-pulau lainnya. Untuk menguasai pulau Jawa, Jawa Barat harus dikuasai lebih dulu; untuk menguasai Jawa Barat, kuncinya adalah Jakarta, Bogor, Cianjur, Sukabumi, dan Bandung. Jika Belanda berhasil kembali menguasai pulau Jawa, kemudian pulau-pulau lainnya di Indonesia, maka posisi Inggris di semenanjung Malaya akan sama-sama kembali kokoh seperti sebelum invasi Jepang.

Walaupun akhirnya Belanda berhasil kembali menduduki Bandung, tapi posisinya begitu rapuh karena terus menerus mendapatkan perlawanan yang gigih dari rakyat pribumi. Selain itu, kondisi internal Belanda yang sedang kacau pun turut menyebabkan kerapuhan tersebut. Tak berbeda jauh dengan Inggris yang meskipun memiliki persenjataan lebih kuat, sama-sama kewalahan dalam menghadapi perlawanan rakyat pribumi.

Untuk memperkokoh posisi Belanda di Bandung, Inggris mengirimkan bantuan kendaraan tempurnya dari Jakarta melalui jalur darat yang melewati Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Jalur puncak yang sebenarnya lebih pendek karena langsung menuju Bandung melalui Cianjur, tidak dipilih karena sulit dilalui oleh kendaraan-kendaraan tempur seperti tank dan lapis baja lainnya. Belum lagi resiko serangan-serangan pejuang pribumi. Untuk bantuan lainnya yang lebih ringan, dilakukan melalui jalur udara, dimana pesawat-pesawat Inggris menerjunkan pasukan dan barang logistik seperti amunisi, senapan, granat, dan bahan makanan.

Para pejuang yang berada di sekitar jalur konvoi, terutama di Sukabumi, seringkali mengganggu iring-iringan tersebut. Tak jarang mereka mendapatkan barang rampasan yang sangat berharga, terutama persenjataan. Seiring berjalannya waktu, intensitas gangguan semakin meningkat hingga membuat Inggris naik darah dan mulai serius menghadapi para pejuang tersebut.

Angkatan udara Inggris yang bernama RAF (Royal Air Force), mengirimkan pesawat-pesawatnya untuk melakukan tekanan terhadap para pejuang, sekaligus memberikan perlindungan bagi konvoi. Namun, karena kondisi geografis yang berbukit-bukit bergunung-gunung, ditambah iklim tropis yang panas, membuat performa RAF tidak semaksimal di Eropa.

Pesawat-pesawat RAF seringkali terbang hingga wilayah pedalaman Sukabumi yang disebut dengan misi-misi serangan pengeboman taktis (tactical strike bombing), tujuannya untuk menghancurkan pemukiman penduduk dan tempat-tempat penting lainnya; sehingga menurunkan kemampuan dan semangat tempur para pejuang.

Pada suatu pagi di bulan Desember 1946, setelah mendapatkan bantuan senapan mesin anti pesawat udara peninggalan tentara Jepang, para pejuang berhasil menembak jatuh satu dari beberapa pesawat pengebom taktis De Havilland Mosquito yang telah melakukan penyerangan terhadap pemukiman penduduk di pedalaman Sukabumi selatan. Selain itu, serangan tersebut turut menghancurkan tempat-tempat strategis lainnya, seperti pabrik bom molotov, dan lumbung-lumbung penyimpanan cadangan makanan.

Kapten Kuswara yang menjadi pimpinan pasukan di wilayah tersebut, menyuruh para pejuang untuk menyelamatkan awak pesawat yang jatuh tadi; namun hanya pilot-nya lah yang selamat. Pilot tersebut kemudian dirawat karena mengalami luka yang cukup serius.

***​

Tiga hari kemudian, pada suatu sore setelah shalat Ashar, Kuswara menyuruh seluruh pejuang untuk berkumpul di sebuah lapangan kecil sambil membawa Haley, pilot Inggris tadi yang menjadi tawanan. Warga sekitar pun turut hadir menyaksikan.

Haley diikatkan pada sebuah tiang, kemudian matanya ditutup. Semuanya tampak tegang. Haley pasrah mengetahui bahwa saat itu adalah saat terakhirnya dia hidup di dunia.

“Apakah ada pesan yang hendak anda katakan? Kami berjanji akan menyampaikannya, entah itu untuk keluarga atau teman-teman anda.” Tanya Kuswara yang diterjemahkan oleh seorang penerjemahnya.

“Saya hanya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya pada anda semua karena telah bermurah hati merawat saya; tapi saya lebih memilih dieksekusi mati daripada harus menceritakan semua rahasia militer Inggris terhadap anda semua.” Jawab Haley.

“Sayapun memohon maaf karena telah membunuh orang-orang pribumi sepanjang tugas saya disini sebagai pilot angkatan udara Inggris.” Tambahnya.

Di Eropa, oleh tentara Jerman, biasanya para tawanan tentara Inggris diperlakukan seakan hendak dihukum mati, sebagai intimidasi supaya mau membeberkan informasi militer Inggris dan sekutu lainnya. Haley berpikiran kalau metode ini sama dengan yang dilakukan oleh tentara Jerman.

Mendengar jawaban tersebut, Kuswara terdiam sejenak. Kemudian mengambil senapan laras panjangnya yang biasa digunakan untuk menembak jitu (sniper).

“Clek… clek…” dua butir peluru dimasukkan kedalam senapan. Hadirin menjadi semakin tegang. Beberapa pejuang terlihat menghisap rokoknya dalam-dalam. Haley mengangkat kepalanya yang tertunduk. Jakunnya terlihat jelas bergerak ketika dia menelan ludah. “Akhirnya, aku memang harus berakhir disini, maafkanlah aku Ayah, Ibu, saudara-saudaraku. Tuhan, berkatilah aku.” Katanya dalam hati.

Senapan pun diarahkan pada dada kiri Haley. Kuswara berusaha mengatur nafasnya supaya lebih tenang. Semua mata terlihat tajam memandang. “Inilah saatnya…” kata seorang warga.

Kemudian…

“Dor!”

“Kres!”

Peluru melesat mengenai tanah, para hadirin belum sempat bereaksi penuh; dengan sigap, senapan segera diarahkan ke salah seorang pejuang yang berada di sebelah kiri Haley.

“Clak…” sebuah selongsong peluru jatuh ke tanah.

“Dor!”

Pejuang tersebut pun langsung rubuh diterjang timah panas tepat di dada kirinya. Semuanya terkejut bukan main. Beberapa pejuang dan warga berusaha mendekati Kuswara, tapi segera ditahan oleh sekelompok pejuang lainnya. Kuswara terlihat tenang di tengah-tengah keributan. Nafas Haley terlihat cepat, kepalanya meliuk-liuk ke kanan dan kiri.

“Semuanya dengarkan saya!” Teriak Kuswara. Tapi suasana tetap gaduh.

“Dor!” Salah seorang pejuang didekat Kuswara menembakkan pistolnya ke udara. “Hadirin semuanya, mohon dengarkan dulu penjelasan dari kami!”

Hadirin pun akhirnya diam. Kuswara menyuruh mayat pejuang tadi agar segera dikuburkan.

“Apakah serangan pesawat-pesawat Inggris tiga hari yang lalu adalah misi biasa? Bagaimana mereka bisa seakurat itu dalam menyerang sasaran-sasaran yang seharusnya sulit untuk dilakukan melalui udara. Bagaimana mereka bisa tahu pabrik itu, dan juga lumbung-lumbung makanan, sedangkan kita menyembunyikannya di bawah rerimbunan pohon dan menyamarkannya dengan rumah-rumah? Tentu sulit jika tidak memiliki informasi sasaran yang tepat.”

“Dan sampai sekarang, militer Belanda dan Inggris belum mengetahui wilayah Sukabumi dengan baik. Beberapa yang datang kembali setelah Jepang menyerah adalah orang-orang baru dari Eropa yang belum mengenal alam Indonesia dengan baik.”

“Serangan udara kemarin yang begitu akurat memunculkan tanda tanya, karena itu kami melakukan penyelidikan.”

“Orang yang baru saja saya tembak mati, bernama Ijang. Dia adalah anggota jaringan mata-mata pribumi yang bekerja untuk Inggris. Mereka mendapatkan imbalan yang sangat besar. Sekutu sadar bahwa untuk menghancurkan perlawanan rakyat pribumi yang bergerilya, mereka membutuhkan orang dalam.”

“Pengkhianat lebih berbahaya daripada musuh yang terang-terangan memusuhi kita di depan. Saya tidak akan memberikan toleransi pada yang namanya khianat. Tidak bisa dimaafkan.”

“Jika anda semua ingin bukti, saya dapat menunjukkannya.”

Para hadirin saling bercakap-cakap satu sama lainnya. Beberapa dari mereka sebelumnya memang pernah mendengar tentang mata-mata pribumi yang bekerja untuk Belanda dan Inggris.

Kuswara menyuruh agar Haley dilepaskan dari tiang. Kemudian dia diberi kebebasan, bahkan Kuswara menyuruh beberapa orangnya untuk mengantar Haley ke jalur konvoi. Sontak hadirin memprotes keputusan tersebut.

“Begitukah? Dia bebas pergi begitu saja, setelah membunuh banyak orang-orang kita, merusak bangunan-bangunan, dan setelah kita mengobati semua luka-lukanya? Keputusan macam apa ini Kapten!?” Protes seorang warga.

“Prajurit Inggris ini berkelakuan baik selama menjadi tawanan. Kita mengikuti aturan bagaimana memperlakukan tawanan dengan baik.” Kata Kuswara, “Jika anda semua tidak ikhlas dalam menjalani perjuangan ini, maka silahkan tinggalkan tempat ini. Bagaimana Allah akan membantu kita kalau perjuangan ini tidak dilakukan secara ikhlas?”

“Kita pun patut mengapresiasi sifat kesatria Haley yang memilih untuk tidak berkhianat terhadap negaranya.” Tambahnya.

Mendengar perkataan tersebut, Haley meminta waktu untuk mempertimbangkan keputusannya nanti. Kuswara mengabulkannya.

***​

Keesokan malamnya, Haley memutuskan untuk bergabung bersama para pejuang dalam melawan Belanda dan Inggris. Dia pun mendengar kabar tentang banyaknya tentara Inggris divisi Gurkha (tentara bayaran yang terdiri dari orang-orang India) yang membelot ke pihak pejuang di wilayah dekat jalur konvoi.

Bersama para pejuang, Haley terlibat dalam setiap pertempuran di wilayah Sukabumi dan Cianjur, hingga pada suatu waktu dia dikirim ke Bandung. Namun sayangnya, disana dia gugur ketika melawan pasukan Belanda.





Cerita di atas mengambil latar belakang sejarah nyata, yaitu Pertempuran Bojong Kokosan yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, antara penghujung tahun 1945 hingga tahun 1946, yang juga merupakan bagian dari Perang Kemerdekaan Indonesia. Namun peristiwa yang terjadi di atas hanyalah fiksi semata.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top