Petaka 90 Hektar

Status
Not open for further replies.

fajarsany

New member
Pagi itu, setelah adzan shubuh berkumandang, suara deru mesin memecah keheningan di desa Laksmi.

Di depan sebuah lahan kosong seluas 90 hektar yang dipenuhi pepohonan dan semak belular, telah berdiri seorang laki-laki berusia 30 tahunan bernama Kasir, bersama pasukan pegawai perusahaan propertinya, PT Santosa, dilengkapi berbagai peralatan berat untuk mengubah lahan tersebut menjadi siap untuk didirikan bangunan.

"Hahaha, sekarang kita akan kaya." Kata Kasir pada asistennya.

"Serang!" Perintah Kasir setengah berteriak. Deru mesin segera terdengar naik.

Belum sempat masuk lahan yang telah dipagari olehnya, datang sekelompok warga setempat yang menentang rencana Kasir. Terjadilah cekcok antara dua kubu itu, hingga terjadi perkelahian.

Tapi kubu PT Santosa memenangkan perkelahian, didukung oleh beberapa body guard-nya yang mahir berkelahi. Akhirnya mereka dapat masuk ke lahan dengan mendobrak pintunya yang telah digembok warga.

Di dalam area lahan, pasukan Kasir segera bekerja dengan penuh semangat. Suara bising terdengar ke seluruh pelosok kampung yang asri itu. Maklum, posisinya berada di atas tanah yang cukup datar, dengan ketinggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut. Di sebelah selatan, tepatnya di sebelah selatan lahan tadi, terdapat sebuah danau yang sangat luas, bernama danau Asti. Keindahan danau tersebut telah membuatnya menjadi objek wisata, sekaligus menjadi objek pendapatan bagi warga desa Laksmi dan sekitarnya.

***​

Waktu menunjukkan pukul 6.30-an, matahari beranjak naik. Kasir dan para pegawainya berhenti sejenak untuk sarapan.

Selang beberapa menit kemudian, datang kembali sekelompok masyarakat, kali ini lebih banyak, didukung oleh warga kampung-kampung lainnya yang bertetangga dengan Laksmi dan juga dari sekitar danau Asti. Para body guard segera bangkit dari tempat duduknya.

"Pak Kasir, segera hentikan kezaliman ini!" Teriak Dani, seorang remaja berusia 20 tahunan asal desa Laksmi.

"Apa maksudmu anak muda? Kami sudah memiliki izin, dan lagipula kami sudah membeli lahan ini." Kata Kasir sambil tersenyum sinis. "Kami sudah bayar!"

"Anda telah menyogok mereka semua, karena itu mereka melanggar peraturan adat yang telah ada sejak sebelum negara ini berdiri!"

"Hahahahaha!" Kasir tertawa geli. "Ya tidak bisa begitu dong, kan semuanya sudah melalui prosedur hukum yang berlaku. Akta-nya pun sudah ada ditangan kami. Hukum adat itu hanya dibuat-buat, wuahaha!"

"Kami semua warga Laksmi dan desa-desa tetangga, termasuk desa lainnya disekitar danau sudah sepakat untuk bersatu menentang rencana kotor anda." Kata Dani dengan wajah marah.

"Tidakkah anda memikirkan dampaknya jika anda membabat habis semua lahan hijau di kabupaten ini? Kami sudah tahu tentang anda dan siapa anda, dari semua orang di provinsi ini, bahkan dari provinsi lainnya!"

"Hahaha, karena itulah bisnis. Kami maju karena kami rajin bekerja. Tidak seperti kalian, pemalas, primitif, kampungan!" Jawab Kasir.

Kata-kata itu menyulut emosi warga yang akhirnya membuat keributan kembali tidak dapat dihindarkan lagi. Kali ini semua pegawai terpaksa ikut terlibat.

Sedikit demi sedikit, warga lain mulai berdatangan ke lokasi untuk membantu.

***​

Meskipun jalannya perkelahian telah dipegang oleh kubu warga, Kasir dan pasukannya tidak menunjukkan gelagat untuk menyerah. Mereka semakin gigih melawan, mengingat lahan tersebut sangat penting bagi masa depan bisnis mereka.

Tiba-tiba datanglah angin puting beliung menerjang wilayah tersebut, berhembus kencang dari arah danau, menerbangkan pasir-pasir, dan dedaunan serta ranting kecil. Semua orang berlarian menyelamatkan diri.

Setelah angin berhenti berhembus, mereka semua kembali berkumpul ke tengah lahan, kemudian seorang kakek-kakek berteriak, "Lihatlah, alam telah marah akibat perbuatanmu, Kasir! Para penunggu disini tidak rela kalau tempat ini diambil olehmu."

"Ha... whahaha! Kalian semua dengar sendiri kan? Orang-orang disini masih primitif, percaya pada yang namanya takhayul dan mitos-mitos itu." Kata Kasir dengan nada mengejek. "Karena itu kalian masih kampungan. Kalian butuh aku supaya tidak terus-terusan bodoh, hahaha!"

Beberapa menit kemudian, di langit selatan, turunlah sebuah bola cahaya putih kekuningan yang lebih terang daripada matahari, menyilaukan mata. Semua orang terdiam, suasana menjadi hening.

"Duaaar!" Tak sampai 5 detik, terdengar suara ledakan yang sangat keras dari langit, lebih keras daripada guntur. Suara itu pun disusul oleh gelombang kejut yang menggetarkan semua benda, memecahkan kaca-kaca mobil dan kendaraan yang ada disekitar. Suara alarm mobil berbunyi saling bersahutan.

Semua orang menjadi panik tak terkendali.

Beberapa saat kemudian, "Tsunami! Tsunami!" Teriak salah seorang pegawai sambil menunjuk ke arah danau.

Semua mata terbuka lebar ketika menyaksikan ombak setinggi 30 meter datang dengan cepat ke arah mereka.

Dani segera berlari secepat kilat, beruntung dia berhasil keluar dari lahan. Beberapa pegawai yang berada di dekat danau hanyut ditelan gelombang. Kasir yang berlari sekuat tenaga, terjatuh tak mampu bangkit kembali, lengan kanannya patah membentur batu besar, kemudian menghilang ditelan air. Banyak orang yang tidak berhasil menyelamatkan diri karena pintu keluarnya sempit, sedangkan seluruh sisi lahan tersebut ditutupi pagar. Mobil-mobil dan sepeda motor yang diparkir pun ikut menghalangi.

Dani yang masih berlari, sempat menengok kebelakang, melihat lahan 90 hektar tersebut telah tertutupi oleh air yang terus bergerak ke arahnya, siap menyapu semua tempat disekitar danau, termasuk desa Laksmi. Dia pun masih dapat melihat asap raksasa bekas bola cahaya tadi di langit selatan.
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top