PROJECT TARUNA

Mursalino

New member
Project Taruna - Prolog​

Dijaman dengan teknologi yang canggih ini, kejahatan tambah merajalela mulai dari pembunuhan, pencurian, perampokan, penculikan yang dilakukan geng motor hingga korupsi yang dilakukan pejabat negara sudah biasa di negara ini. VENOM, organisasi teroris terkenal dunia yang menurut kabar mempunyai markas pusat di Indonsia ini makin meresahkan warganya dengan aksi teror bom yang dilakukan dimana saja.

Kepolisian dan tentara pun kesulitan menghadapi teroris yang dilengkapi senjata canggih dan memiliki anggota ribuan orang ini. Pemerintah pun melakukan cara sedemikian rupa untuk menghadapi teroris ini seperti membuat tim Khusus yang terdiri dari 10 Orang dengan kemampuan berbeda-beda khusus untuk melawan untuk melawan Venom bernama 'Rangers' dan memfasilitasi ilmuan terkenal bernama Dokter Ray yang merupakan ilmuan terkenal untuk penelitian Manusia Super.

Dilain pihak, Purnama Techno yang merupakan perusahaan terbesar yang bergerak dibidang teknologi sedang berupaya mengembangkan senjata-senjata mutakhirnya dan sebuah teknologi bernama 'Exoskeleton' yang akan dijual ke pemerintahan dalam mengalahkan VENOM.
 
Chapter 1 - VENOM

"Juara satunya adalah......" Suara pembawa acara itu terhenti seakan membuat penonton penasaran.

Ini adalah sebuah panggung megah yang menjadi ajang bergengsi untuk menentukan universitas terbaik dalam acara perlombaan robotika tingkat nasional. Dihadapanku, aku melihat ribuan penonton sedang menatap kearahku. Ya, aku salah satu peserta lomba ini

"Putra Budiman, dari Purnama University!" begitulah teriak sang pembawa acara sambil menunjuk kearahku. Tepuk tangan yang menurutku hanya formalitas belaka mengiringi saat aku mendapatkan sebuah medali yang diberikan langsung oleh Erwin Purnama, pemilik kampus tempatku menuntut ilmu.

"Dia lagi, dia lagi"

"Ah, sudah ketebak pasti dia yang menang. Dia kan orang antisosial yang selalu berinteraksi dengan robot, jadi wajarlah jika dia menang"

"Pasti dia juara karena yang mengadakan acara ini adalah kampusnya"

Begitulah kata-kata yang sangat sayup-sayup terdengar dari bangku penonton. Aku sudah biasa mendengar hal seperti ini sejak dulu. Aku selalu memenangkan lomba apapun yang menggunakan otak seperti cerdas cermat, lomba fisika, lomba matematika, dan lomba robotik. Jika harus lomba fisik mungkin aku orang terlemah tapi jika lomba yang mengharuskanku untuk berfikir, akulah juaranya. Asal sudah berinteraksi dengan robot-robot ciptaaanku, aku merasa sudah cukup puas dan tidak perlu lagi bersosialisasi dengan orang lain dan mencari teman.

Aku menyenangi robot sejak kecil, hal itu dikarenakan superhero idolaku adalah Ironboy. Ironboy adalah manusia yang memakai armor besi diseluruh tubuhnya untuk memberantas kejahatan. Waktu itupun aku bercita-cita ingin membuat armor besi seperti Ironboy untuk membasmi kejahatan pada saat besar nanti.

Setiap pulang sekolah aku selalu pulang kerumah, sehingga aku tidak punya teman. Yang kulakukan hanyalah pergi kekamar dan membuat robot-robot kecil sederhana, seperti robot untuk membuatkan minum, membersihkan cucian piring, dan lain-lain. Hal itu aku lakukan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.

Yah, aku memang jenius, jenius yang tidak mempunyai teman dan tidak bisa bersosialisasi. Karena selalu sendiri aku selalu memperhatikan oranglain. Bagiku orang yang berteman hanya untuk memanfaatkan orang lain, mereka hanyalah manusia-manusia lemah yang tidak bisa hidup sendiri.

Berkenalan dengan orang baru adalah hal paling menjijikan bagiku. Orang lain akan pura-pura baik kepada kita dan jika dirasa kita tidak cukup menyenangkan, kita akan ditinggalkannya dan orang itu akan mencari teman yang lebih nyaman. Begitulah proses interaksi manusia.

Berbeda denganku, aku bisa hidup sendiri dan tidak membutuhkan orang lain. Dimasa depan nanti aku akan membuat robot seperti manusia yang akan menjadi temanku, teman yang akan selalu membantuku dan tidak akan pernah mengkhianatiku.

"Selamat Putra, kau menang lagi". kata-kata itu menyadarkanku dari pikiran-pikiran anehku.

"Eh, iya, Te-terimakasih Pak Erwin" Dengan rasa senang aku menjabat orang yang aku kagumi tersebut.

Erwin Purnama adalah orang terkaya dinegara ini. Pemilik beberapa perusahaan besar yang salah satunya adalah Purnama Techno, tempat kerja imipianku karena perusahaan itu bergerak dibidang teknologi dan sekarang sedang mengembangkan teknologi exoskeleton untuk membantu para penegak hukum yang sedang kewalahan mengahadapi Organisasi Teroris bernama VENOM.

Aku memasang muka datar saat melihat penonton dari ujung-ujung. Muka tidak senang juga diberikan peserta lain kepadaku, dan aku tetap tidak memasang ekspresi apapun. Aku segera mengambil hadiah dan robotku lalu turun dari panggung.

==========================================================================

Aku keluar dari panggung sambil membawa robot kecil pemadam api yang telah memenangkan lomba ini. Sejak awal aku sudah yakin akan memenangkan lomba ini, dan memang selalu aku yang memenangkannya sehingga kemenangan ini tidak terlalu membuatku senang. Bagiku memenangkan lomba ini adalah sebuah keharusan.

"Selamat ya", terdenger suara seorang gadis yang tidak asing terdengar dari belakangku.

Aku menoleh kesamping dan ada seorang gadis bertubuh mungil, rambut berwarna kecoklatan, lurus sebahu dan bagian ujungnya berbelok menuju lehernya. Menggunakan kacamata dengan frame tipis yang membuat dia terlihat manis.

Sesuai dengan dugaanku, dia adalah Revi. Mungkin dia adalah satu-satunya temanku. Dia adalah tetangga sekaligus teman masa kecilku.

"Terimakasih" jawabku dengan datar dan langsung berjalan meninggalkannya. Dia langsung mengerutkan dahinya. "Kau sama sekali tidak terlihat senang"

"Hei, tunggu aku" teriak revi berupaya mengejarku.

Dia mengikutiku jalan disampingnya. Dia melepas kacamatanya dan mengelapnya.

"Sial, dia nampak cantik jika melepas kacamata" pikirku dalam hati.

Jalan berdua seperti ini mungkin terlihat seperti sepasang kekasih, tapi jika orang yang berjalan disampingnya adalah aku akan lain cerita.

Tidak seperti Revi yang penampilannya nampak manis, penampilanku nampak seperti orang yang culun. Rambut klimis berwarna hitam dengan dahi yang ditutupi poni, memakai kacamata dengan frame tebal, dan selalu berjalan menunduk. Tapi yaaa, aku tidak perduli dengan penampilanku.

"Kamu mau kemana setelah ini?" tanya Revi kepadaku

"Pulang"

"Langsung pulang?"

"Memang harusnya kemana lagi? ini sudah sore"

"Hmmm... kemana ya? Bagaimana kalau kita makan malam bareng?"

"Tidak mau" kataku menolak sambil menambah kecepatan berjalanku dan berlalu meninggalkannya.

Taaap... bahuku ditangkap oleh Revi. Akupun berhenti.

"Ayolah, kita harus merayakan kemenanganmu"

"Aku tidak perlu melakukan kegiatan tidak berguna seperti itu" Ucapku dengan dingin dan melepaskan tangannya dari bahuku lalu pergi meninggalkannya

Dia tidak kehabisan akal, dia terus berjalan disampingku dan mengikutiku kemanapun aku pergi.

"Apa kau tidak malu?" kataku

"Malu? Malu kenapa?".

"Ah tidak, aku pikir tidak seharusnya kau berjalan disampingku"

"Kenapa? karena aku tidak pantas berjalan disamping orang jenius seperti mu?

Aku berhenti, aku menoleh kehadapannya.

"Dasar bodoh" kataku

Revi menatap wajahku dengan serius. Aku menarik nafas dalam-dalam lalu aku berbicara kepadanya dengan nada agak keras

"AKU KAN SUDAH BILANG JANGAN BERBICARA PADAKU SAAT DIKAMPUS!"

Plakkk...

Pipiku terasa perih. Revi menapar pipiku dan dari matanya nampak berkaca-kaca

"Aku yang menentukan kepada siapa saja aku berbicara, orang yang kuanggap teman, dan orang-orang yang kusayangi" Kata revi sambil meneteskan air mata.

"Kau sudah mempunyai banyak teman, jika kau berteman denganku kau akan kehilangan mereka semua!"

"Kau masih berfikir seperti itu? Aku tau kau masih trauma dengan kejadian-kejadian masa kecilmu, aku tau apa yang kau rasakan sejak dulu, karena kita selalu bersama-sama sejak kecil. Tidak mungkin aku meninggalkanmu begitu saja demi teman-teman baruku. Dan satu lagi! aku tidak keberatan kehilangan teman-teman baruku daripada aku meninggalkanmu" Kata dia dengan nada emosi.

"Dengar ya, aku tidak butuh yang namanya teman. Aku bisa hidup sendiri. Orang sepertimu lebih baik mencari teman yang lebih populer sana!" kataku dengan nada keras. Aku hanya berfikir dia pasti akan menjadi bahan gosip yang aneh-aneh jika dia berinteraksi denganku di dalam kampus.

Dia menutup wajahnya dan mulai menangis. Apa aku berkata hal-hal yang aneh? Aku merasa aku melakukan kesalahan kepadanya.

"Maaf"

Revi masih terus menangis. Sial apa yang harusnya kulakukan disaat seperti ini. Revi masih terus menangis.

"Ayolah apa yang harus kulakukan agar kau berhenti menangis?"

Dia masih saja tidak berhenti. Ini terlihat seperti aku melakukan kejahatan kepada seorang gadis. Bagaimana ini? aku harus bertindak cepat suapaya tidak terjadi kesalahpahaman.

"Oke-oke aku akan menuruti kemauanmu. Semua kemauanmu. Jadi berhentilah menangis, Oke?"

"Semua?"

"iya"

"Janji?"

"Iya oke, aku janji"

Dia membuka tangan yang menutup wajahnya. Kulihat matanya merah, dan dia menatap wajahku dengan serius.

==========================================================================

Disebuah jalalanan yang sepi dari kendaraan lain, aku sedang mengendarai sebuah motor matic biasa. Jika dilihat motorku seperti motor biasa hanya ditambahkan bagasi belakang. Namun sebenarnya motorku menyimpan sebuah rahasia yang selama ini kusembunyikan.

Aku mengendarai motorku memboncengi Revi dengan kecepatan sedang. Aku sendiri bingung bisa-bisanya aku jadi mengikuti kemuan Revi.

"Kita ini sebenarnya mau kemana sih? Sudah malam begini masa belum sampai" Tanyaku kesal kepada Revi

"Sudah, tenang sebentar lagi juga sampai"

Suasana sepi ini sebenarnya sangat romantis jika orang lain yang berada diposisiku. Tapi aku merasakan tidak nyaman dengan suasana yang sepi ini, apalagi ini daerah rawan begal.

Ngeeeenngggg......

Suara sepeda motor yang sangat keras dari arah belakangku. Ketika aku ingin melihat spion untuk memastikan suara motor itu, tiba-tiba motor itu sudah ada disamping kiriku.

"Berhenti!" teriak pengendara motor itu kepdaku.

Apa ini? jangan-jangan geng motor? Sial, kenapa harus muncul disaat seperti ini sih.

"Hei kau tidak dengar dia bilang apa? Cepat Berhenti!" Teriak seseorang dari sebelah kananku. Aku menoleh dan terkejut ternyata ada dua orang temannya berboncengan disebelah kananku itu. Orang yang dibonceng mengeluarkan sebuah golok dan mengacungkannya kepadaku.

Kulihat spion dibelakangku ada dua buah motor lagi. Yang satu sudah dekat dan yang satu lagi terlihat masih jauh sekali, mungkin bukan anggota mereka. Motor yang dibeelakangku ada dua orang jadi total mereka berlima.

Revi nampak sangat ketakutan dan memeluk pinggangku dengan erat, kepalanya menunduk dan disenderkan di punggungku.

"Haruskah aku menggunakan 'itu'?" pikirku dalam hati.

Bruaaakkkkkk tiba-tiba salah seorang dari mereka menendang motorku. Kami berdua langsung jatuh ketepi jalan. Motorku terpental sangat jauh kedepan.

Aku terjatuh dan berusaha bangun. Yang ingin kulihat lebih dahulu adalah keadaan Revi apakah dia terluka atau tidak. Mungkin karena dia menggunakan jaket yang tebal, dan juga kecepatan motorku kupelankan jadi saat terjatuh Revi tidak mengalami luka serius hanya sedikit lecet pada bagian kaki. Syukurlah.

"Kenapa kalian tidak menuruti perintah kami untuk berhenti tadi hah?" teriak salah satu dari mereka

Revi masih terduduk ditanah sedangkan aku setengah jongkok dan tangan kananku kurentangkan untuk melindungi Revi layaknya seorang laki-laki sejati.

"Sial, bagaimana ini?" pikirku dalam hati " Motorku terlempar jauh sekali tidak mungkin aku menggunakan 'itu'.

"Mau apa kalian!?" teriak Revi dengan suara keras membuat para geng motor itu merasa kalau Revi sedang membentak mereka.

"Hahh, gadis manis kau berani melawan? sudah serahkan saja harta bendamu lalu kita pergi bersenang-senang"

Aku langsung bangkit berdiri, dalam pikiranku sebenarnya aku merasakan sangat ketakutan namun aku tutup-tutupi.

"Jangan ganggu gadis ini. Carilah lawan yang sepantar kalian" kataku sambil membersihkan tubuhku dari kotoran seperti orang yang bersiap menantang dan meremehkan musuhnya sehingga membuat para geng motor ini merasa terprovokasi olehku.

Sial, matilah aku. Tak apalah setidaknya mereka tidak mengincar Revi.

Deziiiggg.....

Tinju salah seorang dari mereka mengenai mukaku. Aku yang bertubuh kecil ini pun terpental.

"Putraaaa!" Teriak Revi dengan histeris.

Aku mengelap bibirku dengan tangan dan ternyata bibirku berdarah.Salah satu dari mereka mengambil sebuah pemukul baseball dan menuju kearahku. Revi berlari kearahku yang masih tersungkur, dia merentangkan tangannya melindungi ku. Aku sangat takut, takut terjadi apa-apa pada Revi karena melindungiku. Aku mengeluh kepada diriku sendiri, kenapa aku selalu seperti ini? selalu selemah ini?

Tiba-tiba aku teringat dengan masa-masa kecilku. Teman sekelas yang selalu menjahiliku, membawaku ketempat yang tidak diketahui oleh guru dan memukuliku disana. Pada saat itu Revi datang berdiri didepanku, melindungiku, persis seperti sekarang ini.

"Rasakan ini" teriak pemegang tongkat itu membuatku tersadar dari pikiranku yang sedang mengingat masalalu.

Pemukul baseball itu dihempaskan kearah Revi dan.....

Bruakkkkkkk.....

Orang yang hendak memukul itu tiba-tiba ditabrak oleh sebuah motor besar dan terhempas. Aku dan Revi terkejut dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

Saat melihat warna motor dan helm yang sama-sama berwarna merah, aku jadi ingat kalau motor itu adalah motor yang aku lihat dikaca spion motorku tadi, motor yang amat sangat jauh dibelakang.

Pengendara motor itu turun dan keempat geng motor itu langsung menyerangnya.

Pengendara motor itu berhasil mengelak dari serangan pertama, dan bisa menangkis serangan dari orang kedua lalu memukulnya. Serangan kedua orang lainnya pun berhasil ditahannya. Orang yang ditabrak pengendara motor tadi langsung bangkit dan mengapit leher pengendara motor itu dari belakang.

Gawat bagaimana ini? haruskah aku membantunya? Tapi aku tidak bisa berkelahi. Aku lalu menoleh ke motor maticku yang terjatuh sangat jauh dari tempatku berada.

Revi lari menghampiriku, mengeluarkan saputangannya dan mengelap darah ku yang terus menerus keluar.

Pengendara motor itu sudah tersudut, tubuh nya dibuat terkunci tidak bergerak, dan keempat orang lainnya mengambil senjatanya masing-masing.

Dari kejauhan terdengar suara motor yang amat sangat kencang. Kuperhatikan ada tiga buah motor. Habis lah pengendara motor ini, teman geng motor itu sudah datang.

Ciiittt... ketiga motor itu berhenti. Motor-motor itu adalah motor-motor besar sperti motor balap. Ya, sama persis dengan pengendara motor yang menolongku itu.

Ketiga pengendara motor itu adalah teman dari pengendara motor yang menolongku tadi, akhirnya mereka semua berkelahi.

Apa ini? pertarungan antara geng motorkah? sial, aku terjebak dalam situasi sulit.

Perkelahian dimenangkan oleh para pengendara motor besar itu. Para geng motor dikalahkan dan kabur dengan motornya masing-masing.

Pengendara motor dengan helm merah itu membuka helmnya, dan betapa terkejutnya aku ternyata orang itu adalah Satria Purnama, Orang yang yang terpopuler dikampus. Satria adalah sosok pria idaman setiap wanita, dia orang yang berkulit putih, tampan, tinggi, kaya, dengan tubuh ideal dan juga anak dari Erwin Purnama.

"Kau tidak apa-apa Revi?" Kata Satria tersenyum mengulurkan tangannya kepada Revi.

Hah?Bagaimana bisa? Orang seperti Revi bisa kenal dengan orang seperti Satria.

Revi meraih tangan Satria dan berdiri.

"Terima kasih"

Ketiga temannya langsung membuka helmnya, mereka adalah Andi, Fauzi, dan Rizki. Satria, Andi, Fauzi, dan Rizki adalah Geng di kampus yang paling terkenal bernama 'Four Prince'. Mereka adalah orang-orang terkaya dikampus, dihormati setiap mahasiswa bahkan dosen, terutama Satria ketua dari mereka bertiga.

Andi membantu ku berdiri, Fauzi dan Rizki mendirikan motorku yang terjatuh.

"Cepat kita harus segera pergi dari sini" Ucap Andi.

"Motormu sepertinya tidak mengalami kerusakan, cepat naik dan kita pergi dari sini. Geng motor tidak mungkin beraksi hanya dengan lima orang. Kawanan mereka pasti lebih banyak dan ada disekitar sini." Kata Fauzi.

==========================================================================

"Kau habis dari rumahku?" kata Revi kepada Satria.

"Iya benar, aku mencarimu kemana-mana tadi dikampus. Aku menanyakan alamatmu dari teman-temanmu. Aku mengetahui kau akan pergi kemana setelah menanyakan ke Ibumu dirumah dan aku segera menyusulmu" kata Satria kepada Revi.

Aku memperhatikan percakapan mereka berdua. Aku sendiri bingung bagaimana bisa aku jadi berada disebuah restauran mewah dengan fasilitas VIP dan satu meja dengan orang-orang terpopuler di kampus. Sungguh, rasanya aku ingin pulang saja.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu" ucap Satria kepada Revi.

Revi menoleh kehadapanku.

"Lebih baik aku menunggu diluar" ucapku yang segera bangun dari tempat duduk, namun lenganku langsung digenggam oleh Revi.

"Ah tidak apa, ini bukan percakaapan rahasia kok" Kata Satria sambil tersenyum.

Akupun kembali duduk. Sial kenapa aku selalu berada dalam situasi sulit seperti ini, harusnya aku berada dirumah mengerjakan proyek robot-robotku.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat" ajak Satria kepada Revi.

Apa ini? Ajakan kencan? tidak kusangka orang seperti Satria tertarik dengan orang yang tidak terlalu populer seperti Revi, tapi kuakui memang Revi cukup manis, tidak salah memang pilihan Satria, kalian nampak cocok.

"Ini"

Satria menunjukkan sebuah tiket. Anehnya, kupikir itu tiket untuk kebioskop, ternyata itu adalah tiket untuk masuk ke salah satu kantor cabang Purnama Tecno yang baru dibuka.

"Purnama Techno telah menemukan sumber daya baru, sebuah benda bernama Anima yang ada di kantor cabang baru itu dapat memberikan energi yang cukup bahkan untuk listrik dinegara ini. Rencanannya energi dari Anima itu akan dimasukkan ke senjata-senjata baru yang akan digunakan untuk melawan organisasi VENOM. Nah tiket ini adalah untuk pertunjukkan uji coba dari senjata-senjata baru itu, bagaimana apa kau tertarik?" jelas Satria.

"hmmm..." Revi mengerutkan dahinya, dia nampak bingung lalu menoleh kepadaku.

Revi nampak seperti meminta persetujuanku. Aku pun langsung membuang mukaku melihat ketempat lain.

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa ikut" kata Revi kepada Satria

"Tenang saja, Putra pasti ikut, orang yang mengikuti lomba robotik hari ini semua mendapatkan tiket ini" kata Satria.

Sial, aku lupa dia anak pemilik kampus, dia pasti tau aku mendapatkan tiket ini. Harapanku jalan-jalan dengan tenang diperusahaan idamanku sirna sudah jika Revi ikut.

"Ambil saja ini, jika kau ingin ikut maka gunakanlah, jika tidak kau boleh membuangnya" Kata Satria menyerahkan tiket itu.

==========================================================================

"Tak kusangka kau ternyata berteman baik dengan orang populer itu" Kataku yang sedang menyender dibangku komputer yang berada di kamar Revi.

Aku dan Revi memang sudah biasa masuk kekamar masing-masing tanpa rasa canggung sejak kecil. Aku hanya mengakrabkan diri dengannya hanya jika dirumah saja, jika sudah diluar rumah aku akan berusaha seperti orang yang tidak kenal sama sekali dengan Revi. Aku berada dirumahnya karena habis mengantarnya pulang, Revi mengajakku kekamarnya untuk berbicara sebentar. Orang tuanya tidak mempermasalahkan jika aku yang berkunjung malam-malam begini kekamar Revi karena kami memang sudah lama kenal.

"Aku sebenarnya tidak kenal, tadi itu sebenarnya pertama kali aku berbicara dengannya"

Hah? aku jadi bingung. Lalu kenapa Satria berusaha mencari Revi sampai mencari kerumahnya dan menyusul kami?

Suasana dikamar itu menjadi hening, tidak ada yang melanjutkan percakapan lagi.

"Mungkin dia suka denganmu" kataku asal kepada Revi untuk memecahkan suasana yang sepi ini

Dia kaget mendengarnya dan menatap tiket yang digenggamnya itu dan itu membuatku bingung apa yang diarasakan sekarang. Senangkah? Gelisahkah? Atau kaget? Aku tidak perduli dengan semua itu. Dan suasana hening kembali.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Revi tiba-tiba kepadaku

"Apanya?"

"Ah sudahlah, lupakan saja"

==========================================================================

"Disebelah kiri kita adalah laboratorium untuk pembuatan senjata-senjata mutakhir"

"Disebelah kanan kita adalah tempat pengujian exoskeleton yang akan digunakan untuk para penegak hukum dalam membasmi organisasi VENOM"

Aku sudah berada didalam kantor cabang Purnama Techno, dan aku dengan sangat antusias meendengarkan pemandu berbicara menjelaskan semua yang ada di Gedung ini kepada rombongan kami.

Aku memutuskan diam-diam pergi sendiri setelah semalam aku bilang ke Revi bahwa aku tidak akan datang kesini. Aku pun tidak melihat Satria dan kawan-kawan, mungkin ada di rombongan lain.

Aku dibawa ke sebuah bangunan besar yang terdiri dari sepuluh lantai kebawah sehingga dari luar munngkin tidak terlihat kalau bangunan ini tingkat. Aku sekarang berada di lantai 10. Ditengahnya kita bisa melihat kebagian bawah. Bagunan ini berbentuk silinder dan dari lantai 10 aku bisa melihat ke bagian bawah.

Disana ada sebuah benda berbentuk lingkaran terbuat dari besi berdiameter sekitar 5 Meter., disekeliling besi tersebut dikelilingi oleh kabel-kabel yang terhubung ketempat lain.

"Itu adalah Anima, anima adalah energi yang.... " aku tidak terlalu fokus mendengarkan pemandu dari rombonganku karena perhatianku tertunjuk pada rombongan dilantai 7. Rombongan itu terdiri dari orang-orang populer dikampus, dan yang lebih membuatku kaget adalah disana ada Revi.

Nampaknya Revi sudah akrab dengan mereka. Biarlah itu bukan urusanku. Toh lebih baik Revi bergaul dengan mereka, Revi lebih layak mendapatkannya.

Perhatianku kembali ke Anima. Aku merasa besi itu hanyalah sebuah tutup dari lubang yang menurutku ada dibawah besi itu. Mungkin dibawah sana ada energi yang berasal dari perut bumi yang sangat berbahaya seperti nuklir sehingga harus ditutup besi berbentuk lingkaran tersebut.

Aku sudah dilantai 5, aku menoleh kebawah rombongan Revi sudah dilantai 2 yang merupakan lantai paling maksimal pengunjung boleh melewatinya karena lantai 1 khusus petugas.

Tooooooeeeeeetttt......... Toeeeeeeeeeeetttt....... Toeeeeeeeettt.................

Sirine tiba-tiba berbunyi.

"Apa yang terjadi?"

"Para pengunjung diharapkan keluar melalui pintu darurat , Pintu darurat yang akan dibuka terlebih dahulu adalah yang ada dilantai 2 sampai dengan 4, sedangkan untuk lantai yang lain harap menunggu jika lantai 2 sampai dengan 4 telah selesai melakukan evakuasi agar tidak terjadi desak-desakan yang parah dan menimbulkan korban jiwa, mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, terimakasih"

Sial pengumuman itu membuatku kesal saja, apa karena yang dilantai bawah adalh pengunjung yang berisikan pejabat dan orang-orang kaya maka didahulukan?

BBBUUAAAAAAAAAMMMMMMMM.........................

Suara ledakan dari lantai satu. Seperti ledakan bom. Semua pengunjung menoleh keatas. Dari atas berjatuhan puing-puing dan yang paling mengerikan adalah mayat-mayat berjatuhan.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAA....."

Teriak dari semua pengunjung membuat panik. Aku melihat kebawah dan secara kebetulan Revi melihat kearahku. Aku menoleh kesamping pintu darurat tidak bisa dibuka, lift mati, jalur akses kelantai lain ditutup. Kacau sekali disini, aku pasrah didorong-dorong oleh orang lain.

Aku kembali melihat kebawah, aku bingung, semua yang dibawah melihat keatas dengan wajah sanagat ketakutan. Aku menoleh keatas karena penasaran, tepatnya kelantai 9. Pintu yang menghubungkan lantai 9 dan lantai 8 tiba-tiba ditutup. Dari tangga menuju lantai 10 ada banyak sekali pasukan bersenjata berpakaian seragam datang menuju kerumunan dan yang membuatku kaget adalah, pasukan itu menembaki pengunjung dilantai 9 dengan senjata-senjata yang menggunakan laser.

zingg.. zinggg.. zinggg... suara laser yang ditembakkan kepengunjung. Senjata tersebut tidak lagi melukai korban bahkan senjata mengerikan itu dapat menghanguskan apa yang ditembakknnya menjadi menghilang tak tersisa.

Kejadian dilantai 9 membuat pengunjung dilantai bawahnya menjadi panik, membuat pengunjung menjadi desak-desakan.

Aku hanya bisa pasrah, mungkin disinilah akhir hidupku. Lantai 5 masih belum bisa dibuka. Tiba-tiba aku terbayang wajah Revi, segera aku menuju pinggiran dan menoleh kebawah. Aku kaget melihat apa yang terjadi, Revi berlari dengan wajah ketakutan dan sesekali menoleh keatas, melihat kewajahku

"BODOOOOHHH!!! JANGAN KESINI" teriakku kepada Revi yang mungkin tidak akan terdengar. Sial, Sial, Sial. Aku menoleh keatas, dilantai 9 sudah menjadi lantai kosong, sekarang lantai 8 yang sedang dibantai.

Pintu darurat dilantai 5 sudah terbuka, kami sudah boleh menyelamatkan diri dengan pintu darurat. Ketika sudah melewati pintu darurat yang kupikirkan bukan melarikan diri melainkan mencari Revi. Dasar Revi bodoh, jika kau mengikuti yang lain pasti kau sudah selamat sekarang.

Aku keluar dilantai 3 dan mencari dilantai itu. Banyak orang berlarian membuatku bingung mencari Revi.

"REVI!! REVIII!!!" teriakkan ku tidak terdengar.

Aku menuju kepinggir lagi untuk menoleh keatas. Tiba-tiba banyak tali yang bergantung banyak sekali. Pasukan itu sebagian ada yang turun menggunakan tali dan menembakkan orang disetiap lantainya.

Tiba-tiba salah seorang pasukan itu tiba dilantai 3 dan menembakki orang-orang disekitarku.

Darrr... anggota pasukan penyerang yang sendirian dilantai 3 itu tertembak oleh bagian kemananan.Pasukan kemanan gedung ini sudah tidak bisa apa-apa lagi. Anggota mereka sudah banyak yang berguguran.

Dimana kau Revi? Siaaaaalllll.....

Dari atas tiba-tiba ada seperti ada petir yang turun kebawah. Aku melihat kebawah disana ada sesosok Pria yang menggunakan kostum aneh, berpakaian ketat dan seluruh kepalanya ditutupi oleh helm berbentuk seperti mosnter. Pria berkostum yang aneh pikirku, yang lebih membuatku kaget adalah dari tubuh orang itu menembakkan petir ke sekitarnya

Tiba-tiba aku baru ingat, seharusnya aku menggunakan 'itu'.

Aku berlari menuju tempat evakuasi. Sambil berlari aku membuka kemeja lengan panjangku. Didalam pakaianku, aku menggunakan pakaian khusus berwarna hitam dan ketat seperti baju selam. Baju yang kudesain sendiri yang
terbuat dari bahan khusus.

Dipintu keluar evakuasi lantai 3 nampaknya sangat penuh orang, aku langsung kembali lagi dan berencana keluar lewat lantai 2. Ditengah jalan nasib baik tidak datang menghampiriku. Aku bertemu dengan pasukan musuh, dan mereka menembakki ku. Aku terus berlari kearah lantai 2 sambil berusaha menghindari tembakkan musuh.

Dipintu keluar lantai 2, ternyata masih ramai pengunjung yang berdesakan ingin menyelamatkan diri. Tiba-tiba wussshhhhhh...... sebuah RPG meluncur dari atas kearah kerumunan itu membuat orang-orang itu tewas seketika dan lantai 2 pun menjadi ambruk dan membuatku jatuh.

Aku masih sadarkan diri dibalik puing-puing. Aku bangkit dan bersembunyi dibalik sebuah bongkahan besar. Aku mengintip orang berkostum aneh itu berdiri diatas Anima dan mengangkat tangannya. Dari langit turun petir menuju tangannya. Tangannya mengeluarkan petir-petir yang sangat silau untuk kulihat. Lalu pria itu memukul dengan sekuat tenaga kearah Anima itu dan..........

==========================================================================

Gelap sekali, dimana ini.

"Oi, Oi, Putra, Woi"

Aku membuka mataku, berbayang-bayang aku melihat. Tubuhku terasa lemah sekali

"AARggghhhhh"

Tubuhku terasa panas sekali, apa yang terjadi padaku.

"Tenang-tenang" tiba-tiba tangan menutup mulutku. Tangan itu milik Satria.

"Tenang, jika kau bersuara musuh akan mendengar dan menemukan lokasi kita" kata Satria

Aku melihat sekelilingku, hanya aku dan Satria yang ada diruangan ini.

"Dimana ini? Apa yang terjadi?" kataku bingung.

"Ini salah satu lab disini, lab ini ada dibawah lantai 1 dan telah lama ditinggalkan. Untuk sementara kita aman disini."

"Revi! Dimana Revi?"

Satria diam dan menunduk

"Maaf, aku terpisah dengannya. Aku dan teman-teman sudah berpencar mencarinya. Saat aku mencari dilantai 1 tiba-tiba terengar suara ledakan yang sangat keras dan dinding didepannku bolong seperti ada sesuatu benda terbakar yang terhempas dari balik tembok itu. Setelah kucari tau ternyata aku menemukanmu dengan pakaian aneh ini"

"Begitukah? mungkin pakaian aneh ini yang membuatku tetap hidup"

Aku mencoba berdiri tapi bruuuukkk... aku kesulitan dalam berdiri.

"Apa yang mau kaulakukan? kita harus menunggu sampai bantuan datang"

"Bantuan tidak akan datang" Kataku dengan percaya diri. "Kau tau? musuh kita kali ini memiliki senjata yang amat canggih melebihi apa yang dibuat oleh perusahaan ini. Dan kuyakin pasukan yang menyerang kita adalah VENOM. Tentara yang akan menyelamatkan kita dari luarpun mungkin akan kesusahan untuk menolong kita."

"Sial! apa sebenarnya yang mereka inginkan? Jika menginginkan Anima harusnya tidak harus sampai membantai semua pengunjung disini." Kata Satria kesal sambil meninju tembok.

Aku mengeluarkan Laptopku dari tas yang kubawa. Syukurlah tidak rusak.

"Lihatlah" Aku menuruh Satria melihat yang ada dileptopku.

"Ini dimana? Parkiran Motor?"

"Ya benar, aku memasang kamera pada motorku. Motor ini ada dilantai 10 jadi kurasa bangunan ini masih baik-baik saja"

Aku menjalankan sebuah program yang ada di leptopku. Motor maticku kuhidupkan dari Laptop ini. Aku membuka denah bangunan ini.

"Ini lokasi kita, dan ini motorku berada" aku menunjuk layar leptopku. Aku menggerakkan motorku dari jauh dan mengarahkan supaya motorku bisa berada dekat dengan lokasiku.

"Luar biasa! motormu bisa berjalan dengan sendirinya" kata Satria kagum.

"Kita akan bertemu dengan motorku dititik ini"

"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan motormu?"

"Aku mau melakukan sebuah percobaan. Sebelum itu pakai ini" aku mengeluarkan pakaian ketat yang sama denganku.

==========================================================================

"Sial kenapa tubuhku jadi tidak bisa digerakkan seperti ini" keluhku yang sedang berjalan pinjang dibantu oleh Satria.

Sedikit lagi sampai dititik temu disana aku melihat motor maticku terparkir dengan standart dua.

"Kau akan bisa keluar dari sini" kataku kepada Satria.

"Maksudmu kita?"

"Sayang sekali tubuhku sangat lemah sekali dan rasanya seperti terbakar. Kesadaranku juga hampir hilang"

"Apa maksudmu? kita pasti akan keluar bersama-sama. Aku percaya itu."

Aku duduk dibawah disamping motor maticku sambil dibantu oleh Satria.

Dibagasi eksternal motorku terdapat sebuah nomor password. Aku menekan angka-angka tersebut dan...

"Wow" kata-kata itu terucap dari mulu Satria

Bagasi dari belakang bagasi keluar sebuah tangan robotik yang ujungnya terdapat sebuah plat besi berukuran 30x60 cm, yang dikeluarkan tangan robotik itu ketanah, dan plat itu terdapat ukuran seperti sebuah telapak sepatu.

"Sekarang kau berdiri di plat itu"

Satria berdiri diplat itu, kakinya berdiri di cetakan sepatu pada plat itu. Dari samping bagasi keluar Tangan robotik lagi yang membawa sebuah silinder besi dan silinder itu menutup lengan Satria.

"Itu adalah armor buatanku, memang masih dalam masa pengembangan, dan aku berencana menggunakannya untuk melawan venom. Tapi karena kondisiku sedang seperti ini aku percayakan untuk sementara kepadamu untuk menggunakannya."

Dalam sekejab bagian tubuh Satria Seperti dada, punggung, kaki, sudah tertutup armor besi. Tidak lupa Helm sebagai pelindung kepala dan Belt tempat menyimpan senjata.

"Dari leptopku aku bisa melihat apa yang kau lihat. dan membisa berkomunikasi denganmu dari sini."

"Jadi apa rencanamu selanjutnya? Aku tidak setuju jika armor ini dugunakan hanya untuk membuatku melarikan diri sendirian."

Aku menyenderkan kepalaku dan memejamkan mata.

Tiba-tiba beberapa pasukan musuh datang. Mereka menebakki kami, aku berlindung dibalik motorku sementara Satria maju menghadapi musuh.

"Tunggu disini! aku akan menghadapi mereka" Teriak Satria Sambil berlari.

"Aku akan mengarahkanmu dari sini" kataku kepada satria melalui leptop yang terhubung dengan helm Satria.

"Oke"

Pasukan musuh terus menembaki Satria. Satria terus berlari walau ditembaki. Tidak ada pengaruh apa-apa memang ke tubuh Satria, namun aku tidak yakin akan kuat jika ditembaki terus menerus.

"Armor itu tidak akan bertahan lama jika terus menerus ditembakki, kau harus sering-sering menghindar!" perintahku.

"Siap!"

Satria berlari menuju pasukan yang menyerangnya sambil menghindar.

Ditinjunya salah seorang prajurit musuh. Saat prajurit musuh lainnya mengarahkan pistolnya kearah Satria, Satria langsung menangkap pistol itu dan mengarahkannya ke prajurit musuh lain. Prajurit musuh yang tertembak itu langsung menghilang seketika.

Prajurit musuh yang lain langsung mengeluarkan senjata jarak dekat mereka yaitu pedang.

"Satria dibelakang beltmu ada tongkat gunakanlah"

Satria langsung mengambil tongkat yang ukurannya pendek itu.

"Tekan tombol merah pada tokngkat itu"

Shiiiiingggg..... dari kedua sisi tongkat itu memanjang. Satria langsung melawan mereka dengan tongkatnya.

Satria sepertinya sudah terbiasa sekarang, semua musuh dikalahkannya, dan menuju kelantai atas dan terakhir dia bertemu orang berkostum aneh tadi. Orang itu adalah orang yang bisa mengeluarkan petir tadi.

Satria memukulnya dengan tongkat dan...

Dapp...

Tongkat itu ditahannya oleh musuh dengan mudah. Pria itu langsung mngeluarkan petir dar tubuhnya

"Aaaaaaa.....!!!!" suara teriakan Satria sangat keras dari leptopku, gambar yang ditampilkan juga menjadi agak kabur.

"SATRIA! SATRIA! KAU TIDAK APA-APA!?" Kataku berteriak melalui microfon leptop.

"A-a-ku tidak apa-apa" terdengar balasan dari Satria.

"Kau masih hidup?" kata musuh yang masih memegang tongkat Satria. Musuh langsung menendang perut Satria dan membuatnya terhempas.

Tongkat yang masih dipegang musuh dipegang dikedua sisinya lalu dipatahkan dengan mengadukan tongkat itu di pahanya.

Aku langsung dengan cepat menuliskan perintah program di Laptopku. Disana ada gambar tongkat dan aku ketikan sebuah perintah 'Denotate' dan segera ku tekan tombol enter, dan....

Duaaaarrrrr.........

Tongkat itu meledak, kuledakkan dari jarak jauh dengan leptopku.

"Yihaaaa, kita berhasil. Kau hebat Putra." Kata Satria yang melihat langsung lawannya meledak.

Asap tebal menyelimuti ledakkan tadi, ketika asapnya menipis alangkah kagetnya kami berdua. Musuh ternyata masih hidup dan nampak lebih kesal.

"ARrrrrrgggggghhhhhhhh..........!!!!"

Musuh berteriak dan nampak kesal lalu berlari kearah Satria. Aku dengan cepat mengetikkan lagi sebuah perintah dari dan dari armor keluar sebuah roket kecil yang mengarah kedepan Satria dan tepat mengenai Musuh. Musuh terpental kebelakang menjauhi Satria.

"Satria!! Lari!!"

Satria pun berlari kearah lantai atas.

"Cari jalan keluar! aku akan membantumu" kataku memberi perintah

Aku yang tidak kuat berdiri, menyeret tubuhku kearah motor. Aku segera duduk di motormaticku, dan kuletakkan laptop didepanku. Kuajalankan motor secara otomatis menyusul Satria. Dari monitor kuperhatikan Satria nampak kelelahan dan kehabisan stamina.

"Satria, aku akan memberi tahu sebuah jurus andalan. Dengarkan ini baik-baik"

=========================================================================

Sampai diatas, tepatnya dilantai 10. Aku melihat Satria sedang tergeletak dipukuli oleh manusia listrik itu. Armor-armor yang dikenakan sudah mulai pecah. Saat memukul kepala Satria dengan sekuat tenaga, helm Satria sedikit hancur membuat bagian matanya terlihat dan penuh oleh darah.

"Sial aku terlambat" gumamku.

Saat musuh hendak memukulnya lagi. Musuh mendegar suara motor mendekat. Musuh menoleh dan melihat motor yang bisa berjalan dengan sendirinya. Dari kedua sisi motor aku mengeluarkan sebuah pedang. Kuarahkan motorku dari jauh agar pedang disampingnya mengenai musuh,

Musuh yang menyadari langsung menghadap kebelakang dan mematahkan pedangnya sehingga motor maticku berlalu begtu saja.

Musuh lalu melihatku yang sedang mengendalikan motor itu dari jarak jauh. Dia mengeluarkan ancang-ancang akan menebakkan petir dari tangan kanannya kearahku. Satria dengan sigap menendang kaki musuh sehingga msuh terjatuh dan menembakkan petirnya kelantai tempat dia berdiri.

Duaaar....

Satria dan musuh langsung terlempar. Musuh yang terkapar mulai bangkit dan melihat kearahku. Musuh mulai berdiri tapi dibelakang Satria sudah melakukan kuda-kuda untuk jurus terakhirnya.

Kedua kaki satria diregangkan. Kedua tangannya berada disamping betisnya yang tertutup armor. Armor pada betisnya terdapat sebuah tombol. Dengan cepat, Satria menekan kedua tombol yang ada disamping kedua armor dibetisnya dengan telapak tangannya.

Dari armor dikakinya ada sebuah lampu indikator berwarna merah yang berkedip dan mengeluarkan bunyi 'beep' setiap lampu berkedip. Satria langsung lari kearah musuh yang baru berdiri. Lampu indikator dikakinya berkedip makin cepat dan ketika lampu indikator berwarna hijau Satria langsung melompat.

Dari samping betisnya keluar api sebagai tenaga pendorong keatas membuat lompatan Satria menjadi lebih tinggi. Pada saat diudara, Satria merubah posisi kakinya seperti sedang menendang. Api pendorong pada sisi betisnya berubah menjadi mendorong kebawah sehingga membuat Satria yang sedang dalam posisi menendang dari udara meluncur cepat kearah musuh.

Bruaaaakkkk...

Musuh langsung terhempas jauh dan membuat pilar rubuh dan membuatnya tertimpa reruntuhan.

"Nampaknya dia sudah kalah" kata Satria yang menghampiriku. Dia langsung duduk disampingku. Dia membuka helmnya dan armor-armor lainnya sudah hancur sebagian.

"Kau hebat" kataku memujinya

"Tidak, ini semua berkat kau" kata dia membalas

bruuukkk....

Reruntuhan yang menimpa musuh tadi mulai bergerak.

Manusia petir itu masih hidup. dia merangkak keluar dari puing-puing itu. Kami hanya bisa pasrah dan sudah tidak sanggup untuk bergerak lagi. Manusia petir itu berdiri dan berjalan pelan menuju kearah kami.

"Nampaknya kita hanya sampai disini. Aku berhutang padamu dan sepertinya aku tidak bisa membayarnya" kata Satria tersenyum pasrah .

aku hanya bisa tersenyum, musuh sudah mulai mendekat.

"Kau tau ini semua masih dalam perhitungannku" kataku dengan suara pelan seperti orang sekarat

Aku menekan tombol enter pada leptopku. Motorku yang masih ada satu pedang dibagian sisinya berubah posisi menjadi didepan dengan posisi menusuk kedepan.

Motorku langsung mengarah ke musuh dan mengincar punggung musuh. Si manusia petir ini nampaknya sangat luar biasa. Dia sempat menoleh kebelakang dan pedangku masih sempat menusuk perutnya tapi tangannya menahan agar pedangku tidak masuk terlalu dalam.

"Sialll!!! orang macam apa dia ini?" Kata Satria.

Aku hanya bisa tersenyum menahan sakit pada seluruh tubuhku ini.

"Apa ini masih bagian dari rencanamu?" tanya Satria.

Duarrrrrrr...............

Motorku meledak sangat dahsyat membuat kami berdua terpental sampai keluar bangungan.

Semua pandanganku gelap. Aku mendengar banyak sekali suara orang, aku membuka mataku. Samar-samar kulihat Satrio dengan menggunakan baju hitam ketat yang sudah compang-camping. Armornya semua sudah hancur. Aku mengingat tadi saat ledakkan Satria melindungiku dengan tubuhnya.

"Dia masih hidup" kata seseorang petugas medis yang sedang memeriksa tubuh Satria

"Cepat Ambil tandu" Kata petugas medis lainnya berteriak.

Aku kembali dan memejamkan mataku. Syukurlah kita selamat.
 
Back
Top