Cerita Ani dan Budi di Terminal Bus

fajarsany

New member
Ditengah guyuran hujan deras, Budi berlari menuju sebuah terminal bus. Dalam hiruk pikuk orang-orang, dia melihat seorang perempuan berbaju merah di kejauhan.

“Ani...” katanya pelan, kemudian mengeras, “Ani!”

Ani pun menoleh mencari-cari arah suara panggilan tersebut.

Budi segera menghampiri Ani.

“Ani... jangan pergi, jangan tinggalkan aku.” Kata Budi sambil memegang lengan Ani.

“Tidak bisa Budi, aku harus pergi, kamu sendiri yang menginginkan aku memutuskan ini.” Kata Ani.

“Maafkan aku Ani, aku tidak bermaksud seperti itu....” Mata Budi mulai mengeluarkan air mata.

Ani berusaha tegar supaya tidak ikut menangis, meskipun dalam hatinya marah bercampur sedih.

“Ani... maafkan aku, kumohon jangan pergi....”

“Tidak bisa... aku harus pergi....” Ani tersenyum sedih.

“Kumohon Ani....”

Ani menempelkan tangan kanannya ke pipi kiri Budi, lalu menyeka air mata hingga bulu mata bawahnya. Mata Budi menjadi lebih merah dan mengeluarkan lebih banyak air mata.

“Hentikan Budi, hentikan tangisanmu itu.”

Kedua mata Budi berkedip-kedip, terus semakin berkedip-kedip; memerah dan mengeluarkan air.

“Budi, hentikan, itu tetap tidak akan merubah keputusanku untuk...”

“Aaaaaa!” Budi berteriak sekeras-kerasnya, “Mataku!”

Orang-orang disekitar kaget dan memandang kearah Budi.

Budi berlarian kesana kemari sambil berkata, “Air! Air!” Tapi letak toilet terlalu jauh.

“Sialan! Panas! Apa ini!?” Kata Budi.

Beberapa saat kemudian dia melihat seorang pedagang keliling tak jauh dari sana, lalu segera menghampiri dan mengambil sebotol air mineral, kemudian menyiramkan ke kedua matanya.

Ani terkejut, dia melihat ujung-ujung jari tangan kanannya berwarna sedikit jingga. Tasnya dibuka, dia mengeluarkan sebungkus makanan bertuliskan: Keripik Ultra Pedas yang belum lama dimakannya tadi ketika dalam perjalanan ke terminal.

“Ooops....” katanya dalam hati.

Budi pun akhirnya segera pergi ke klinik terdekat, dan Ani sendiri segera naik ke bus dan pergi entah kemana.
 
Back
Top