Dewi Rano Dan Raka Jengkuk Sopir Taxi Korban Tabrak

iqbalhanan

New member
Kota Serang, ISTRI Gubernur Banten Rano Karno, Dewi Rano bersama anaknya Raka Widhiyarma, mengunjungi rumah Wawan sopir taxi salah satu korban tertabrak Raka, di Jalan Perimeter, Soekarno Hatta Tangerang beberapa waktu kalau. Dalam kunjungannya Dewi Rano dan Raka langsung meminta maaf kepada keluarga korban, Senin (14/3/16).

c1579-dewi-rano-dan-raka-jengkuk-sopir-taxi-korban-tabrak.jpg


cahaya.co
 
Last edited:
itu pejabat yg baik. Empati terhadap masyarakatnya jika ada kesalahan yg ia lakukan. Ada loh kasus seorang perwira polisi nabrak anak seorang petani hingga tewas tapi tak ada proses hukum terhadapnya. udah 20 tahun kasusnya d perjuangkan tak membuahkan hasil. Ortu korban udah menemui SBY juga tapi tak ada tindak lanjut hingga sekarang
 
itu pejabat yg baik. Empati terhadap masyarakatnya jika ada kesalahan yg ia lakukan. Ada loh kasus seorang perwira polisi nabrak anak seorang petani hingga tewas tapi tak ada proses hukum terhadapnya. udah 20 tahun kasusnya d perjuangkan tak membuahkan hasil. Ortu korban udah menemui SBY juga tapi tak ada tindak lanjut hingga sekarang
ko bisa begitu ya padahal sudah ketemu pak SBY tetep aja gaada tindak lanjutnya
 
ko bisa begitu ya padahal sudah ketemu pak SBY tetep aja gaada tindak lanjutnya

bahkan naik pangkat tuh kapolsek yang nabrak anak petani itu. Tabrak lari dan mati

nih ortunya

demo.jpg


Kecewa kasus kematian anaknya tak pernah diusut tuntas, seorang warga Malang mendatangi Mapolda Jatim dengan jalan kaki. Kedatangan Indra Azwan (51) ke Polda ini untuk mengembalikan 'amplop suap' berisi uang senilai Rp 2,5 juta.

Indra berangkat jalan kaki dari rumahnya di kawasan Jalan Genuk Watu Barat Gang II No 95 Malang pada Sabtu (18/2/2012) pukul 09.00 WIB. Ia baru tiba di Surabaya, Senin (20/2/2012) pagi, kemudian langsung menuju Mapolda Jatim di Jalan Jend Ahmad Yani.


"Saya tidak butuh amplop kebohongan," kata Indra Azwan di Gedung Intel/Waspada Polda Jatim.

'Amplop suap' diberikan Kapolda Jatim kali itu Irjen Pol Pratiknyo kepada Indra di Polda Jatim pada 1 Mei 2010 lalu. Saat itu Indra memang menuntut pengusutan kasus tabrak lari yang menimpa anaknya Rifki Andika (12) yang melibatkan anggota Polisi Kompol Joko Sumantri di Jalan Letjen S Parman Kota Malang tahun 1993.

Bukannya diusut tuntas, kasus kematian anaknya ini justru semakin tak tersentuh. Padahal, Indra sebelumnya telah mengadu dan bertemu langsung dengan SBY di Istana Negara Jakarta pada 10 Agustus 2010 lalu.

"Ketemu Presiden ternyata bukan jaminan," tegasnya berapi-api.

Upaya Indra Azwan untuk bertemu Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko rupanya tak bisa diwujudkan. Saat Indra mencoba menghubungi lewat telepon selular pun, tak pernah dijawab oleh Kapolda Jatim.

"Ya sudah kalau memang Pak Kapolda tidak mau menemui saya, saya cuma ingin mengembalikan amplop kebohongan yang isinya uang Rp 2,5 juta ini," tuturnya.

Indra pun mengeluarkan sebuah amplop yang berisi uang senilai Rp 2,5 juta. Ia menyerahkan uang tersebut di meja Gedung Waspada.

"Bukan uang ini yang saya inginkan," pungkas Indra sambil berlalu, kembali berjalan kaki keluar kawasan Polda Jatim.

Kepada detiksurabaya.com, Indra Suyatna mengaku akan melanjutkan perjalanannnya menuju Jakarta melalui jalur pantura. Tak hanya sampai di Jakarta, Indra bahkan telah menyiapkan paspor dan visa untuk dirinya bisa berjalan kaki menuju Palembang, Dumai, Malaysia, Thailand, Myanmar, India, Pakistan, Iran, Kuwait, Riyadh, hingga sampai ke Mekkah.

Menurut Indra, segala instansi mulai dari kepolisian hingga Presiden tak bisa mewujudkan keadilan yang ia inginkan. Tujuan akhirnya hanyalah Mekkah untuk mencurahkan kekecewaannya atas 18 tahun mencari keadilan.

Hanya dengan membawa tas ransel, Indra yang mengenakan kaos dan celana doreng ini nekat akan melakukan perjalanan panjang ke Mekkah. Ia hanya membawa pakaian dan beberapa surat penting termasuk paspor dan visa.

Ia juga mengalungkan poster di tubuhnya yang bertuliskan 'Presiden SBY, Sayan Tidak Butuh Amplop, Saya Tidak Butuh Janji, Hanya Satu, Harga Mati KEADILAN Demi Nyawa Anakku 18 Tahun Berjuang'.

Tekad Indra Azwan kali ini sudah bulat, tidak ada lagi yang bisa menghalanginya. Kemarahan yang luar biasa lantaran proses penegakan hukum kasus tabrak lari anaknya yang tewas njlimet hingga 19 tahun lamanya. Mengadu ke Baitullah di Mekkah, Arab Saudi akhirnya jadi pilihannya kali ini.

Sebelumnya, pada tahun 2010, dia pernah lakukan aksi ‘gila’, berjalan kaki dari Malang ke Jakarta untuk mengadu pada Presiden tentang ketidakadilan yang dialaminya. Kasus ini menarik perhatian publik. Pada 8 Agustus 2010, dia ‘mengadu’ ke patung Gorilla di Ragunan terkait ketidakadilan yang dialaminya. Sempat putus asa dan nyaris pulang ke Malang, dia dihubungi Denny Indrayana staf khusus Presiden bidang hukum dan pada 10 Agustus 2010 pukul 17.30 WIB dia bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Tapi janji hanyalah janji. Sampai detik ini pelaku penabrak mati anaknya belum tersentuh hukum.

“Biarkan saya mati dalam perjalanan ke Mekkah ini. Kalau saya dibunuh, Alhamdulillah. Kalau saya mati, istri dan anak saya yang lain akan melanjutkan perjalanan ini, jalan kaki. Ini harga mati,” kata dia.

Lebih lanjut, dia mengaku sudah membuat wasiat jika meninggal nanti. “Kalau saya mati dalam perjalanan ini, saya minta jasad saya jangan dimandikan, jangan dikafani ! Antarkan mayat saya ke Istana Kepresidenan,” tegas dia dengan suara bergetar menahan amarah.

Indra Azwan mengatakan tidak ada lagi yang ditakutinya kecuali pada Allah SWT dan mendiang orangtuanya. “Jangankan Kapolda, Presiden saja saya tidak takut! Saya takut kalau saya salah! Saya hanya menuntut keadilan yang tidak pernah berpihak pada orang kecil seperti saya! Saya 19 tahun menunggu keadilan, tapi pelaku penabrak lari anak saya masih bebas, bahkan menjabat di Blitar. Ini sungguh tidak adil!” katanya saat ditemui suarasurabaya.net di Mapolda, tadi.

Dia menegaskan dirinya tetap akan menempuh perjalanan jalan kaki yang berisiko itu ke Mekkah. "Kecuali jika Presiden meminta saya untuk berhenti, saya akan berhenti. Tapi saya akan minta kejelasan pada Presiden tentang realisasi penegakan hukum yang saya tunggu-tunggu ini,"


sumber: http://www.sejahterafm.com/2012/02/demo-tunggal-jalan-kaki-ke-surabaya.html
 
Last edited:
bahkan naik pangkat tuh kapolsek yang nabrak anak petani itu. Tabrak lari dan mati

nih ortunya

demo.jpg
kalo udah seperti itu masyarakat juga gak bisa berbuat apa2, paling bisanya membantu orang tuanya dengan seadanya saja
 
Back
Top