Muharam Bukan Bulan Untuk Bersenang-senang

beast666

New member
Tanggal 10 Januari 2008 adalah bertepatan dengan 1 Muharram 1429 Hijriah yakni Tahun baru Hijriah. Sebagian besar kaum muslimin merayakannya sebagai awal Tahun Baru Muslim dengan penuh rasa suka, yang dibarengi dengan berbagai macam bentuk kegiatan. DiJogja dimeriahkan dengan malam satu suro dimana lelek-lelek yang sudah tua, pada siap-siap untuk nyuci keris, belum lagi ngarak kiayi slamet (kerbau keraton) keliling keraton, dan sebagian kegiatan-kegiatan musrik lainnya yang penuh rasa suka di berbagai wilayah Indonesia, tapi tetap ngak semeriah tahun baru orang kafir, dimana penuh kesenangan duniawi. Itu lantaran ada beberapa umat muslim yang tidak meriahkan muharam dengan bersenang-senang yang penuh suka, tapi dengan kesedihan, semua umat muslim mesti sepakat tidak akan menjadikan muharam seperti awal januari yang penuh dengan kemaksiatan, dimalam menunggu jam 00.00 para muda-mudi berkumpul, ntah apa yang dilakukan meraka saya sendiri ngak tau kelakuan mereka seakan sedang menunggu pembagian sumbako. Yang jelas Allah menjadikan malam untuk ketenangan, dan Allah juga mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap kejahatan malam apabila telah gelap gulita.(baca Al-qur?an Alfalaq)
Penetapan penanggalan Islam telah dimulai sejak masa Nabi saww, atas perintah Nabi saww sendiri, pasca pelaksanaan hijrah di bulan Rabi?ul Awal. Mereka (kaum muslimin saat itu) mengatakan bahwa peristiwa penanggalan tersebut terjadi di bulan ini (Rabil?ul Awal), setelah hijrah; dan hal tersebut berlanjut hingga diperoleh satu tahun penuh . Sehingga, dari riwayat ini terlihat bahwa sistem penanggalan dimulai pada bulan Rabi?ul Awal dan diakhiri pada bulan Shafar. Sementara Syaikh Ja?far Subhani menegaskan bahwa riwayat inilah yang benar, berdasarkan bukti surat-surat yang dikirim oleh Nabi saww dan bukti-bukti lainnya .
Dalam peristiwa hijrah itu sendiri, Nabi saww tiba di Quba (10 Km dari Madinah) di rumah Kultsum bin al-Hadam, pada hari Senin tanggal 12 Rabi?ul Awal. Dan perjalanan tersebut ditempuh Nabi saww sekitar sembilan hari, setelah sebelumnya bersembunyi di gua Tsaur (sekitar 5 Km di selatan Mekkah) selama tiga hari. Ini berarti bahwa awal hijrah Nabi saww adalah tanggal 1 Rabi?ul Awal. Sedangkan Imam Ali as baru melakukan hijrah setelah tiga hari keberangkatan Nabi saww dari gua Tsaur, dan beliau as sampai di Quba pada hari Kamis tanggal 15 Rabi?ul Awal. Dan esok harinya, barulah Nabi saww berangkat ke Madinah . Sementara dalam riwayat lain juga disebutkan secara tegas bahwa Nabi saww mengawali hijrah pada tanggal 1 Rabi?ul Awal
Sehingga, dengan melihat tarikh tersebut, mengapa tiba-tiba Tahun Baru muslimin jatuh pada tanggal 1 Muharram, sementara bulan ini sama sekali tidak terkait dengan peristiwa hijrah Nabi saww ? Kalaupun, seandainya yang dilihat adalah tahun hijrahnya Nabi saww dengan tidak memperhitungkan bulannya, maka mengapa mesti dipilih bulan Muharram, sementara masih ada bulan lainnya; dan mengapa tidak memilih bulan yang justru terkait dengan peristiwa hijrah Nabi saww ? Apalagi ternyata penggunaan Muharram sebagai awal tahun merupakan tradisi bangsa Arab pra-Islam.
Sebaliknya, dari kitab-kitab tarikh yang sedemikian banyaknya, baik dari jalur ahlusunnah maupun syi?ah, justru diriwayatkan bahwa pada bulan Muharram telah terjadi peristiwa kezaliman terbesar di seluruh alam atas keluarga Nabi saww, yaitu terbantainya al-Imam Husein as di Karbala beserta keluarga dan para sahabat beliau as, oleh Yazid bin Mu?awiyah dan pasukannya. Diriwayatkan bahwa Imam Husein as beserta rombongan beliau as berangkat dari Mekkah menuju Kufah, dan tiba di Nainawa (atau Karbala) pada tanggal 2 Muharram 61H (atau semestinya 60 H). Dan mulai saat itu hingga tanggal 10 Muharram 61H (atau semestinya 60 H), beliau as diperlakukan dengan kejam, yang iblis sekalipun tak akan mampu melakukannya . Sehingga, tragedi besar inilah yang menjadikan sebagian kecil kaum muslimin berduka, menangis, dan meratapinya; sebagaimana tersebut di awal tulisan ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa riwayat seputar Tahun Baru muslimin di bulan Muharram (1 Muharram) dan peristiwa keberuntungan para Nabi as, menurut saya, merupakan rekayasa dari para musuh Imam Ali as. (Kaum Khawarij (yang menyebabkan terpecahnya islam jadi syi?ah dan suni). Riwayat-riwayat tersebut dibuat pasca tragedi Karbala, untuk melupakan umat manusia dari tragedi alam terbesar itu dan menjauhkan mereka dari hujjah Allah di muka bumi, ataupun dengan motivasi lainnya; dengan cara mempertahankan tradisi penanggalan bangsa Arab pra-Islam. Karenanya, tak heran bila Ibn Sirin (w. 110 H) memberikan pernyataan bahwa : ?Orang-orang, setelah melalui diskusi, secara bulat menyetujui penetapan awal tahun di bulan Muharram.?; yang sebenarnya sekedar pembenaran atau penegasan terhadap praktik penanggalan orang-orang di masanya
. Jadi sekarang masihkah anda menodai kesyahidan Imam Husein dengan rasa yang penuh suka ria seperti orang yang tidak beriman merayakan tahun baru orang kafir?


Handika Dipublikasi pada lembaga dakwah kampus STMIK
 
Back
Top