Freddy Budiman Di Eksekusi Mati

spirit

Mod
Kenakan Gamis, Freddy Budiman Ucapkan Takbir Saat Dieksekusi

093399300_1469745852-ambulanjenazah_07.jpg

Ambulans yang membawa jenazah Freddy Budiman dari Nusakambangan tiba di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016) pagi. (Liputan6.com/Helmi Affandi)

Liputan6.com, Cilacap - Kejaksaan Agung mengeksekusi empat terpidana mati pada Jumat dini hari di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Keempat terpidana itu adalah Freddy Budiman, Seck Osmane, Michael Titus dan Humprey Ejike.

Freddy Budiman adalah terpidana mati yang pertama kali dieksekusi saat cuaca sedang hujan deras itu. Ketika dieksekusi, Freddy Budiman ternyata berpakaian rapi dan bersih. Tepatnya, ia mengenakan pakaian gamis.

"Freddy rapih, bersih, pakaiannya putih. Iya (pakai gamis)," kata rohaniwan Hasan Makarim, saat ditemui di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016) dini hari.

Tak hanya itu, Freddy juga tampak tenang ketika menghadapi regu tembak. Bahkan, ia sempat mengucapkan takbir.

"Iya, seperti itulah Freddy," ucap Hasan.

Freddy Budiman (37) merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang dipidana mati atas kasus impor 1,4 juta butir ekstasi. Tiga terpidana lainnya yang telah dieksekusi mati adalah Michael Titus (34) warga Nigeria, dengan barang bukti 5.223 gram heroin, Humprey Ejike (40) warga Nigeria dengan barang bukti 300 gram heroin, dan Cajetan Uchena Onyeworo Seck Osmane (34) warga Afrika Selatan dengan barang bukti 2,4 Kg heroin.
 
Ambulans Pengangkut 4 Jenazah Terpidana Mati Keluar Dermaga

029741000_1469746044-ambulanjenazah_012.jpg

Ambulans yang membawa jenazah Humprey Ejike alias Doctor dari Nusakambangan tiba di Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (29/7/2016) pagi. (Liputan6.com/Helmi)

Liputan6.com, Cilacap - Empat terpidana kasus narkoba telah dieksekusi mati pada Jumat dini hari tadi. Jenazah Freddy Budiman (37) dan tiga warga negara asing, yakni Cajetan Uchena Onyeworo Seck Osmane (34), Michael Titus (34) dan Humprey Ejike alias Doktor (40), telah diangkut ambulans.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, empat ambulans itu keluar terpisah pada Jumat (29/7/2016) subuh sekitar pukul 04.30 WIB. Empat ambulans yang mengangkut jenazah para terpidana mati itu diberi nomor 6, 7, 9, dan 11. Keempat kendaraan pembawa jenazah terpidana yang telah dieksekusi mati itu keluar dermaga dengan pengawalan ketat dari mobil Patwal kepolisian.

Urutan pertama yang keluar dermaga adalah ambulans bernomor 11 yang mengangkut jenazah Seck Osmane. Rencananya, jenazah Osmane akan disemayamkan terlebih dahulu ke Rumah Sakit St Carolus, Salemba, Jakarta Pusat, sebelum diterbangkan ke negara asalnya, Senegal.

Disusul ambulans bernomor 9 yang mengangkut jenazah Humprey Ejike alias Doctor. Setelah dari dermaga, rencananya jenazah Humprey akan dikremasi di Krematorium Banyumas, Jawa Tengah. Usai ambulans pengangkut jenazah Humprey, barulah keluar ambulans bernomor 7 yang mengangkut jenazah Freddy Budiman.

Jenazah Freddy direncanakan akan dibawa ke rumah duka di Jalan Krembengan Baru VII, Surabaya, Jawa Timur.

Ambulans terakhir yang keluar dermaga adalah yang mengangkut jenazah Michael Titus, bernomor 6. Setelah dieksekusi, jenazah terpidana mati itu akan disemayamkan di RS Cikini Jalan Raden Saleh No. 40 Cikini, Menteng, Jakarta Pusat untuk kemudian diterbangkan ke negara asalnya, yakni Nigeria.
 
Haris Azhar Ungkap Freddy Budiman Beri Upeti BNN Rp450 Miliar

Lr45CcFuOz.jpg

Metrotvnews.com, Jakarta: Gembong narkoba Freddy Budiman disebut memberikan upeti kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) ratusan miliar rupiah. Upeti itu diberikan sebagai upaya penyelundupan narkoba berjalan mulus.

"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang Rp450 miliar ke BNN," kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar yang mengutip kesaksian Freddy Budiman melalui keterangan tertulis, Jumat (29/7/2016).

Haris mendapatkan kesaksian Freddy di sela-sela berkunjung ke Lapas Nusakambangan pada 2014. Fakta itu baru diungkap setelah Freddy selesai dieksekusi mati, Jumat dini hari.

Haris mengaku mendatangi lapas lantaran diundang sebuah organisasi gereja. Organisasi itu aktif melakukan pendampingan rohani di Lapas Nusakambangan.

"Melalui undangan gereja ini, saya jadi berkesempatan bertemu dengan sejumlah narapidana dari kasus teroris, korban kasus rekayasa yang dipidana hukuman mati. Antara lain saya bertemu John Refra alias Jhon Kei, juga Freddy Budiman," ujar dia.

Dugaan upeti yang diberikan kepada BNN itu berpengaruh pada pengamanan Freddy di Lapas. BNN diduga mencoba menghambat proses pencegahan yang dilakukan Lapas agar Freddy tidak lagi liar.

Harris mengaku mendapatkan kesaksian ini langsung dari Kepala Lapas Nusa Kambangan (2014) Sitinjak. Kesaksian didapatkan di sela-sela Harris bertukar pikiran dengan Sitinjak dalam mengelola Lapas.

Harris mengatakan, Sitinjak bekerja profesional. Di antaranya, Sitinjak bersama staf rajin melakukan sweeping terhadap barang kepemilikan narapidana. Terutama, alat komunikasi dan senjata tajam.

"Bahkan saya melihat sendiri hasil sweeping tersebut, ditemukan banyak sekali HP dan sejumlah senjata tajam," ujar dia.

Selain itu, Sitinjak menaruh perhatian khusus kepada Freddy. Sitinjak memasang dua kamera pengintai selama 24 jam untuk memonitor pergerakan Freddy selama di dalam sel.

"Tetapi malang, pak Sitinjak di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy, beliau menceritakan sendiri beliau pernah beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusa Kambangan agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy itu," ucap Harris.

Cara kerja Freddy

Haris mengatakan Freddy menyelundupkan narkoba dari seorang bosnya di Tiongkok. Sebelum dibawa ke Indonesia, Freddy terlebih dahulu menghubungi oknum polisi, BNN, dan Bea Cukai.

"Orang-orang yang saya telepon itu semuanya menitip harga," kata Harris menirukan kesaksian Freddy.

Haris mengatakan, modal satu butir narkoba yang dijual di Jakarta sekira Rp200 ribu hingga Rp300 ribu itu, hanya Rp5 ribu. Pihak tertentu menitip harga Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per butir dari harga penjualan kepada konsumen.

"Dan itu, saya tidak pernah bilang tidak. Saya selalu oke kan. Kenapa pak Haris? Freddy menjawab sendiri. Karena saya bisa dapat per butir Rp200 ribu. Jadi kalau hanya membagi rezeki Rp10 ribu hingga Rp30 ribu ke masing-masing pihak, di dalam institusi tertentu, itu tidak ada masalah," ucap Freddy kepada Haris.

Tidak hanya upeti kepada BNN, Freddy juga memberikan Rp90 miliar kepada pejabat tertentu di Mabes Polri. Kemudian, Freddy membawa barang haram itu dengan mobil fasilitas TNI berbintang 2. Jenderal itu bahkan duduk di sampingnya saat menyetir dari Medan sampai Jakarta.

"Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun," ucap Freddy melalui cerita Haris.

Menurut haris, cerita ini sudah diungkapkan Freddy kepada pengacaranya. Freddy juga mengaku kesaksiannya ini juga telah disampaikan di dalam pledoi.

Harris sudah bekerja keras mencari tahu siapa pengacara Freddy, namun tidak ketemu. Begitupun pledoi Freddy tidak tercantum di dalam situs resmi Mahkamah Agung.

Haris membenarkan kejadian tersebut. "Iya benar seperti itu, nanti saja penjelasannya pukul 19.00 WIB di kantor," Haris kepada Metrotvnews.com.

Humas BNN Slamet Pribadi pun belum mau berkata banyak. Yang pasti, BNN segera memberikan keterangan resmi. "Nanti kita keluarkan rilis itu," kata Slamet saat dihubungi Metrotvnews.com.
 
Wah akhirnya tn, freedy si gombong narkoba ini dieksekusi juga
hmm, dan ya kasus ini sepertinya tidak usai sampai disini, masih perlu diusut sampe akar"nya, orang" yang mendapatkan suap untuk bekerja sama baik orang dalam BNN, Kapolri, Tni dan siapapun yang terlibat didalamnya harus segera ditangkap dan ikut di eksekusi juga, biar Tn, fredy ada temennya disana
 
Wah akhirnya tn, freedy si gombong narkoba ini dieksekusi juga
hmm, dan ya kasus ini sepertinya tidak usai sampai disini, masih perlu diusut sampe akar"nya, orang" yang mendapatkan suap untuk bekerja sama baik orang dalam BNN, Kapolri, Tni dan siapapun yang terlibat didalamnya harus segera ditangkap dan ikut di eksekusi juga, biar Tn, fredy ada temennya disana

di penjara aja masih menjalankan bisnisnya, mustahil jika bekerja sendirian tanpa ada yang membantunya dari dalam. Yang jadi persoalan ga ada tindakan tegas bagi oknum2 ini
 
Kapolri Utus Boy Rafli Temui Koordinator KontraS

145742_568383_162824_569158_Haris_Azhar.jpg

Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan Haris Azhar. Foto : dok jpnn

Kapolri Jenderal Tito Karnavian angkat bicara soal tulisan Haris Azhar terkait cerita tereksekusi mati kasus narkoba, Fredi Budiman. Dalam tulisan Haris, Fredi membeberkan banyaknya oknum kepolisian berpangkat jenderal yang terlibat dalam peredaran narkoba.

Tito mengatakan, ia sudah mengutus Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli untuk mencari kebenaran tersebut."Saya sudah tugaskan Pak Kadiv Humas untuk bertemu Pak Haris Azhar, informasinya tepatnya seperti apa. Karena kalau kita lihat yang beredar viral itu informasinya kan tidak jelas, ada polisi, ada disebut nama-nama BNN, yang lain-lain. Nah kami ingin tahu," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/7).

Tito sendiri mengakui sudah membaca secara utuh tulisan Haris Azhar tersebut. Namun, tulisan tersebut harus diuji kebenarannya. "Apakah Pak Haris Azhar mendapat informasi itu. Ada tidak nama-nama yang jelas berikut buktinya," tegas Tito.

Namun demikian, saat ini Tito belum mau berspekulasi terkait tulisan tersebut. Sebab, mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini beranggapan bahwa tidak menutup kemungkinan tulisan tersebut dimunculkan agar eksekusi mati Fredi ditunda.

"Artinya kami akan lakukan klarifikasi ke Pak Haris Azhar yang menyampaikan informasi ini ke publik. Kalau informasi hanya seperti itu, kami akan lakukan anev (analisa dan evaluasi, red) ke dalam. Tapi juga jangan salah, bisa juga yang bersangkutan (Fredi) menyampaikan dalam rangka untuk menunda eksekusi dan itu trik-trik seperti ini sering kami temui," papar Tito. (Mg4/jpnn)

~jpnn.com
 
di penjara aja masih menjalankan bisnisnya, mustahil jika bekerja sendirian tanpa ada yang membantunya dari dalam. Yang jadi persoalan ga ada tindakan tegas bagi oknum2 ini
sangat disayangkan sekali jika benar seperti ini den,
apa gaada yang berfikir untuk mengambil tindakan selanjutnya untuk mengusut tuntas kasus tsb ?


Kapolri Utus Boy Rafli Temui Koordinator KontraS

145742_568383_162824_569158_Haris_Azhar.jpg

Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan Haris Azhar. Foto : dok jpnn

Kapolri Jenderal Tito Karnavian angkat bicara soal tulisan Haris Azhar terkait cerita tereksekusi mati kasus narkoba, Fredi Budiman. Dalam tulisan Haris, Fredi membeberkan banyaknya oknum kepolisian berpangkat jenderal yang terlibat dalam peredaran narkoba.

Tito mengatakan, ia sudah mengutus Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli untuk mencari kebenaran tersebut."Saya sudah tugaskan Pak Kadiv Humas untuk bertemu Pak Haris Azhar, informasinya tepatnya seperti apa. Karena kalau kita lihat yang beredar viral itu informasinya kan tidak jelas, ada polisi, ada disebut nama-nama BNN, yang lain-lain. Nah kami ingin tahu," kata Tito di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/7).

Tito sendiri mengakui sudah membaca secara utuh tulisan Haris Azhar tersebut. Namun, tulisan tersebut harus diuji kebenarannya. "Apakah Pak Haris Azhar mendapat informasi itu. Ada tidak nama-nama yang jelas berikut buktinya," tegas Tito.

Namun demikian, saat ini Tito belum mau berspekulasi terkait tulisan tersebut. Sebab, mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini beranggapan bahwa tidak menutup kemungkinan tulisan tersebut dimunculkan agar eksekusi mati Fredi ditunda.

"Artinya kami akan lakukan klarifikasi ke Pak Haris Azhar yang menyampaikan informasi ini ke publik. Kalau informasi hanya seperti itu, kami akan lakukan anev (analisa dan evaluasi, red) ke dalam. Tapi juga jangan salah, bisa juga yang bersangkutan (Fredi) menyampaikan dalam rangka untuk menunda eksekusi dan itu trik-trik seperti ini sering kami temui," papar Tito. (Mg4/jpnn)

~jpnn.com

bisa saja benar adanya bukan karna ingin menunda eksekusi matinya.
ini yang berkata bahwa freddy berkata seperti itu hanya sebagai trik" mungkin saja orang yang berkata tersebut takut kena usut. benar atau salahnya kan lihat nanti saja setelah diusut, toh kalau memang ditunda juga ujung"nya tetep dieksekusi kan
 
Mengejutkan! Begini Omongan Kawan Freddy Budiman

063441_821231_Freddy_Budiman_mif_d.jpg

Di mata warga sekitar kediamannya, Krembangan, Surabaya, Freddy Budiman dikenal sebagai sosok yang sangat baik.

Lebih dari itu, dia dikenal sangat dermawan. Tak jarang, baik materi ataupun hanya bahan pokok, Freddy kerap membaginya kepada tetangga disekitar rumahnya.

Seperti yang dikatakan Effendi, teman sekelas Freddy saat kecil. Menurutnya, sosok sahabatnya tersebut jauh dari kesan negatif. Bahkan, Freddy cenderung pendiam dan rajin mengaji. ''Baik orangnya, supel sekali sama siapapun juga,'' ucapnya.

Bahkan, Freddy yang dikenalnya dulu tidak segan membantu temannya yang kesusahan. Hobi mentraktir makan adalah salah satu yang diingat Effendi. ''Wes pokoke apik mas, gak onok cacate,'' ujarnya.

Effendi sendiri mengatakan Freddy tinggal di Surabaya hanya sampai SMP saja. Masuk ke bangku SMA, sahabatnya itu pergi ke Jakarta dan tinggal bersama kakak pertamanya.

Walau begitu, pria yang juga seorang tentara itu menjelaskan masih sering berkomunikasi sebelum Freddy tertangkap polisi. ''Kaget, wong seingat saya dia jauh dari hal-hal seperti itu,'' tegasnya. (rid/did)

~jpnn.com
 
Mengejutkan! Begini Omongan Kawan Freddy Budiman

063441_821231_Freddy_Budiman_mif_d.jpg

Di mata warga sekitar kediamannya, Krembangan, Surabaya, Freddy Budiman dikenal sebagai sosok yang sangat baik.

Lebih dari itu, dia dikenal sangat dermawan. Tak jarang, baik materi ataupun hanya bahan pokok, Freddy kerap membaginya kepada tetangga disekitar rumahnya.

Seperti yang dikatakan Effendi, teman sekelas Freddy saat kecil. Menurutnya, sosok sahabatnya tersebut jauh dari kesan negatif. Bahkan, Freddy cenderung pendiam dan rajin mengaji. ''Baik orangnya, supel sekali sama siapapun juga,'' ucapnya.

Bahkan, Freddy yang dikenalnya dulu tidak segan membantu temannya yang kesusahan. Hobi mentraktir makan adalah salah satu yang diingat Effendi. ''Wes pokoke apik mas, gak onok cacate,'' ujarnya.

Effendi sendiri mengatakan Freddy tinggal di Surabaya hanya sampai SMP saja. Masuk ke bangku SMA, sahabatnya itu pergi ke Jakarta dan tinggal bersama kakak pertamanya.

Walau begitu, pria yang juga seorang tentara itu menjelaskan masih sering berkomunikasi sebelum Freddy tertangkap polisi. ''Kaget, wong seingat saya dia jauh dari hal-hal seperti itu,'' tegasnya. (rid/did)

~jpnn.com

Tuh kan sama seperti kasus" lainnya den, baik itu bandar narkoba dan seorang teroris pasti latar belakangnya mereka dikenal sangat ramah dan dermawan, baik dan bermasyarakat. sayang sekali yah dibutakan dengan hal" seperti ini
 
Tuh kan sama seperti kasus" lainnya den, baik itu DILARANG KERAS narkoba dan seorang teroris pasti latar belakangnya mereka dikenal sangat ramah dan dermawan, baik dan bermasyarakat. sayang sekali yah dibutakan dengan hal" seperti ini

koruptor juga terkenal dermawan, agar mereka dicintai masyarakat, demi menutupi kebusukannya.
 
koruptor juga terkenal dermawan, agar mereka dicintai masyarakat, demi menutupi kebusukannya.

kalau koruptor mah mungkin beda halnya den mereka dermawan untuk cuci tangan suoaya gaterlalu keliatan punya banyak duit dari hasil korupnya
 
wah sudah ya eksekusinya pada malam jumat?

nama freddy agak berkonotasi negatif, tapi cenderung cocok ke bidang entertainment


ini katanya freedy ke 2 loh







freedy ke 1 katanya yang ini, pembunuh berantai langsung, ga pakai narkoba lagi
FVJ.jpg
 
Polisi, BNN, dan TNI Laporkan Haris Azhar ke Bareskrim Terkait Cerita Freddy Budiman

haris-azhar_20160803_103155.jpg

Koordinator Kontras, Haris Azhar

TRIBUNMANADO.CO.ID- Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar dilaporkan ke Bareskrim Polri.

Ia dilaporkan oleh Kepolisian RI, TNI dan Badan Narkotika Nasional (BNN) terkait kesaksian Freddy Budiman yang dibeberkan Haris ke media.

"Benar, ada tiga laporan dari TNI, polisi, dan BNN," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul, saat dihubungi, Rabu (3/8/2015) pagi. Laporan tersebut didaftarkan pada Selasa (2/8/2016) pagi.

Haris dituduh melanggar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Namun, Martinus enggan mengungkapkan siapa yang mewakili tiga institusi itu sebagai pelapor.

"Nanti saja, tunggu konpers," kata Martinus.

Sebelumnya, Haris Azhar mengaku mendapatkan kesaksian dari Freddy Budiman terkait adanya keterlibatan oknum pejabat Badan Narkotika Nasional, Polri, dan Bea Cukai dalam peredaran narkoba yang dilakukannya.

Kesaksian Freddy, menurut Haris, disampaikan saat memberikan pendidikan HAM kepada masyarakat pada masa kampanye Pilpres 2014.

Menurut Haris, Freddy bercerita bahwa ia hanyalah sebagai operator penyelundupan narkoba skala besar.

Saat hendak mengimpor narkoba, Freddy menghubungi berbagai pihak untuk mengatur kedatangan narkoba dari China.

"Kalau saya mau selundupkan narkoba, saya acarain (atur) itu. Saya telepon polisi, BNN, Bea Cukai, dan orang yang saya hubungi itu semuanya titip harga," kata Haris mengulangi cerita Freddy.

Freddy bercerita kepada Haris, harga narkoba yang dibeli dari China seharga Rp 5.000.

Sehingga, ia tidak menolak jika ada yang menitipkan harga atau mengambil keuntungan penjualan Freddy.

Oknum aparat disebut meminta keuntungan kepada Freddy dari Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per butir.
 
waduh freddy sudah wafat masih ada masalah saja...

ini juga skenario kelompok Anti Hukuman mati, agar dapat dipertimbangkan bahwa hukuman mati itu tidak tepat diterapkan di indonesia. Ditengarai msh banyak oknom yang ikut terlibat.

tadi ada pernyataan Haris Azhar bahwa hari senin akan mengumumkan sedikitnya 20 nama2 aparat negara yang terlibat kerjasama dgn freddy. jika ini jadi di umumkan bisa panjang masalahnya :)
 
di penjara aja masih menjalankan bisnisnya, mustahil jika bekerja sendirian tanpa ada yang membantunya dari dalam. Yang jadi persoalan ga ada tindakan tegas bagi oknum2 ini
well,.. parah jg ya
emang gimana caranya tuh selama dipenjara mesih berjalan? jgn2 main sama polisi juga
 
well,.. parah jg ya
emang gimana caranya tuh selama dipenjara mesih berjalan? jgn2 main sama polisi juga

paling efektif para terpidana narkoba dipasangin chips di badan. Jd ketauan gerak gerik mereka dan ketauan siapa aja aparat yang berhubungan dengan mereka
 
paling efektif para terpidana narkoba dipasangin chips di badan. Jd ketauan gerak gerik mereka dan ketauan siapa aja aparat yang berhubungan dengan mereka
trus apa bisa ya chips mengetahui aktivitas orang? apa cuma bisa mengetahui lokasi aja?
 
Haris Azhar Ungkap Freddy Budiman Beri Upeti BNN Rp450 Miliar

Lr45CcFuOz.jpg

Metrotvnews.com, Jakarta: Gembong narkoba Freddy Budiman disebut memberikan upeti kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) ratusan miliar rupiah. Upeti itu diberikan sebagai upaya penyelundupan narkoba berjalan mulus.

"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang Rp450 miliar ke BNN," kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar yang mengutip kesaksian Freddy Budiman melalui keterangan tertulis, Jumat (29/7/2016).

Haris mendapatkan kesaksian Freddy di sela-sela berkunjung ke Lapas Nusakambangan pada 2014. Fakta itu baru diungkap setelah Freddy selesai dieksekusi mati, Jumat dini hari.

Haris mengaku mendatangi lapas lantaran diundang sebuah organisasi gereja. Organisasi itu aktif melakukan pendampingan rohani di Lapas Nusakambangan.

"Melalui undangan gereja ini, saya jadi berkesempatan bertemu dengan sejumlah narapidana dari kasus teroris, korban kasus rekayasa yang dipidana hukuman mati. Antara lain saya bertemu John Refra alias Jhon Kei, juga Freddy Budiman," ujar dia.

Dugaan upeti yang diberikan kepada BNN itu berpengaruh pada pengamanan Freddy di Lapas. BNN diduga mencoba menghambat proses pencegahan yang dilakukan Lapas agar Freddy tidak lagi liar.

Harris mengaku mendapatkan kesaksian ini langsung dari Kepala Lapas Nusa Kambangan (2014) Sitinjak. Kesaksian didapatkan di sela-sela Harris bertukar pikiran dengan Sitinjak dalam mengelola Lapas.

Harris mengatakan, Sitinjak bekerja profesional. Di antaranya, Sitinjak bersama staf rajin melakukan sweeping terhadap barang kepemilikan narapidana. Terutama, alat komunikasi dan senjata tajam.

"Bahkan saya melihat sendiri hasil sweeping tersebut, ditemukan banyak sekali HP dan sejumlah senjata tajam," ujar dia.

Selain itu, Sitinjak menaruh perhatian khusus kepada Freddy. Sitinjak memasang dua kamera pengintai selama 24 jam untuk memonitor pergerakan Freddy selama di dalam sel.

"Tetapi malang, pak Sitinjak di tengah kerja kerasnya membangun integritas penjara yang dipimpinnya, termasuk memasang dua kamera selama 24 jam memonitor Freddy, beliau menceritakan sendiri beliau pernah beberapa kali diminta pejabat BNN yang sering berkunjung ke Nusa Kambangan agar mencabut dua kamera yang mengawasi Freddy itu," ucap Harris.

Cara kerja Freddy

Haris mengatakan Freddy menyelundupkan narkoba dari seorang bosnya di Tiongkok. Sebelum dibawa ke Indonesia, Freddy terlebih dahulu menghubungi oknum polisi, BNN, dan Bea Cukai.

"Orang-orang yang saya telepon itu semuanya menitip harga," kata Harris menirukan kesaksian Freddy.

Haris mengatakan, modal satu butir narkoba yang dijual di Jakarta sekira Rp200 ribu hingga Rp300 ribu itu, hanya Rp5 ribu. Pihak tertentu menitip harga Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per butir dari harga penjualan kepada konsumen.

"Dan itu, saya tidak pernah bilang tidak. Saya selalu oke kan. Kenapa pak Haris? Freddy menjawab sendiri. Karena saya bisa dapat per butir Rp200 ribu. Jadi kalau hanya membagi rezeki Rp10 ribu hingga Rp30 ribu ke masing-masing pihak, di dalam institusi tertentu, itu tidak ada masalah," ucap Freddy kepada Haris.

Tidak hanya upeti kepada BNN, Freddy juga memberikan Rp90 miliar kepada pejabat tertentu di Mabes Polri. Kemudian, Freddy membawa barang haram itu dengan mobil fasilitas TNI berbintang 2. Jenderal itu bahkan duduk di sampingnya saat menyetir dari Medan sampai Jakarta.

"Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun," ucap Freddy melalui cerita Haris.

Menurut haris, cerita ini sudah diungkapkan Freddy kepada pengacaranya. Freddy juga mengaku kesaksiannya ini juga telah disampaikan di dalam pledoi.

Harris sudah bekerja keras mencari tahu siapa pengacara Freddy, namun tidak ketemu. Begitupun pledoi Freddy tidak tercantum di dalam situs resmi Mahkamah Agung.

Haris membenarkan kejadian tersebut. "Iya benar seperti itu, nanti saja penjelasannya pukul 19.00 WIB di kantor," Haris kepada Metrotvnews.com.

Humas BNN Slamet Pribadi pun belum mau berkata banyak. Yang pasti, BNN segera memberikan keterangan resmi. "Nanti kita keluarkan rilis itu," kata Slamet saat dihubungi Metrotvnews.com.
harus di tuntas kasus yang kaya gini...
 
Back
Top