Hiruk-pikuk Pilkada DKI Jakarta

Viral, Warga Kramatjati Protes Rumahnya Ditempel Stiker Agus-Sylvi

agus110.jpg

Curahan hati warga Kramatjati, Jakarta Timur, bernama Tetty Pataresia tentang rumahnya yang ditempeli stiker pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta ramai dibicarakan di media sosial. Tetty mengaku didata sebagai pemilih salah satu pasangan calon, meski dia sebenarnya memilih calon lain.

Curhat itu dibeberkan lewat akun Facebook Pataresia Tetty pada Kamis (29/12) yang lalu. Hingga Sabtu (31/12/2016) hari ini, cerita Tetty sudah dibagikan sebanyak 4.325 kali.

Tetty bercerita bahwa dia didatangi oleh perempuan yang mengaku petugas dari kelurahan untuk pendataan pemilih Pilgub DKI 2017. Padahal, Tetty dan sang ayah sudah didata oleh KPU sebulan lalu dan mendapat stiker sebagai bukti terdaftar sebagai pemilih resmi.

Perempuan tersebut mencatat nama Tetty dan sang ayah di balik stiker. Setelah bagian belakang stiker yang berisi data namanya dilepas, stiker itu ditempel di kaca jendela rumah Tetty.

"Mau tau tu sticker gambar siapa? Ternyata tu sticker gambar paslon no.1," tulis Tetty di akun Facebook.

Tetty sempat mendebat perempuan tersebut karena dia tidak akan memilih pasangan calon nomor 1, Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, di Pilgub DKI 2017 mendatang. Dia menilai hal itu merupakan pelanggaran yang bisa diusut Bawaslu.

Namun, perempuan itu mengaku hanya menjalankan tugas untuk mendata. Perempuan itu juga memberikan brosur dan kalender bergambar Agus-Sylvi.

detikcom kemudian mendatangi rumah Tetty di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, untuk mengecek kebenaran cerita viral itu. Tetty membenarkan kemudian menunjukkan stiker Agus-Sylvi yang ditempel di kaca rumahnya. Dia juga bercerita tentang sosok perempuan yang mendatangi rumahnya tersebut.

"Dia masih 1 RT, dia suka ngebantu ibu RT, mau ngedata apa, gitu suka bantu bantu kegiatan kegiatan RT. Kalau ada pemeriksa jentik, dia suka ngebantu Ibu RT," ucap Tetty yang merupakan ibu rumah tangga ini.

agus210.jpg

Foto: Cici Marlina Rahayu/detikcom
Tetty di depan rumahnya yang ditempeli stiker Agus-Sylvi​

Tetty tinggal di kontrakan yang terdiri dari 11 rumah. Dia menyebut rumah lain juga ditempeli stiker yang sama. Dari peristiwa ini, Tetty khawatir pendataan ini nantinya disalahgunakan saat hari pemilihan.

"Saya khawatir. Ini saya didata, yang bukan pemilih orang sini juga didata. Paslon ini jadi punya data akurat pendukung dia, tapi nanti begitu di TPS, kalau pemilih enggak sama hasilnya, digugat sama timsesnya," ungkapnya.

Juru bicara Timses Agus-Sylvi, Rico Rustombi yang dikonfirmasi soal cerita ini mengatakan bahwa timses selama ini hanya mencocokkan data pemilih yang dikeluarkan KPUD dengan kondisi lapangan. Soal penempelan stiker, dia belum bisa memastikan kebenarannya.

"Relawan kali ya, saya nggak tahu itu. Kalau dari tim nggak ada (nempel stiker). Kalau data TPS pasti (kita lakukan pengecekan). Kalau memang dari tim kita, kita tak punya program seperti itu," kata Rico kepada wartawan di RT 11 RW 04 Kalibata Selatan, Jakarta Selatan, Sabtu (31/12/2016).


sumber
 
Last edited:
Begini Cerita Kader PDIP Saat Dikeroyok di Jelambar

b7ab5f1f-8256-41af-bac7-a9feca55dca6.jpg

Widodo didampingi istrinya saat di rumah sakit. Foto: Bartanius Doni

Widodo, salah satu ketua ranting PDIP harus dirawat di rumah sakit lantaran dikeroyok sejumlah orang. Dia bercerita saat kejadian tidak ada tetangga yang mau menolongnya.

"Saya lagi di warung kopi, tiba-tiba ada ormas FPI teriak haram, saya bilang tidak haram. Temennya bilang hajar, HP saya jatoh, saya mau ambil, dihajar lagi," cerita Widodo, di RS Royal Taruma, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).

"Ada yang mau misahin, ada yang bilang 'jangan pisahin, habisin aja'," lanjutnya bercerita.

Setelah dirinya dikeroyok, Widodo mengaku tidak ada tetangganya yang segera menolong. "Tetangga juga enggak ada yang nolong. Tetangga buang muka lah gitu," ucapnya.

Widodo menduga, kejadian itu didasari pada pilihan politiknya yang tidak sama dengan tetangga-tetangganya. Atas kejadian itu, hari ini dirinya dikunjungi oleh pasangan Ahok-Djarot serta Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.

"Pak Ahok niat blusukan ke situ, sekalian aja katanya. Kalau Pak Djarot ngenalin saya," ujarnya yang saat itu mengenakan kemeja kotak-kotak.

Widodo pun merasa tidak dihargai oleh teman-temannya. Padahal menurutnya, dirinya sering aktif di musala. "Saya aktif di musala, tapi masih diginiin aja. Ibaratnya, enggak dihargai," pungkasnya.

Istri Widodo Maafkan Pelaku

Umi Utamimah (29), istri dari Widodo, merasa sedih dan terkejut ketika tahu suaminya dikeroyok. Namun, Umi sudah memaafkan perbuatan pelaku pengeroyokan suaminya.

"Memaafkan, tapi harus ditindaklanjuti. Hukum seberat-beratnya biar dia ngerasain gimana sakitnya, orang dari sehat bisa bonyok kayak gini," ungkap Umi yang berada di samping suaminya.

Umi menceritakan saat kejadian dirinya sedang tidur. Namun ia dibangunkan oleh mertua dan kakaknya.

"Sama mamak (ibu) mertua, sama kakak, soalnya kunci juga dibawa sama dia (Widodo). Kakak bilang, 'Dik, itu Wiwid (Widodo) digebukin sama orang berdarah-darah'," cerita Umi.

Sontak, Umi pun bergegas mengantar Widodo dengan menggunakan mobil milik Ilyas, yang juga salah satu relawan Ahok-Djarot. Malam itu juga Widodo dibawa ke kantor polisi dan ke Rumah Sakit Sumber Waras untuk divisum.

"Saya pas nganterin dia ke mobil mau dibawa ke RS (rumah sakit), saya tahu itu tersangkanya siapa," imbuhnya.

Umi mengaku tidak akan melarang Widodo untuk ikut dalam kegiatan politik ini, tapi malah lebih semangat. Namun dia menyayangkan adanya insiden yang melukai demokrasi Indonesia ini.

"Sedih ngelihat suami saya begitu, enggak punya perasaan. Kita di sini sama-sama manusia, kita kan punya hak asasi manusia sendiri," pungkasnya.

sumber
 
Curi Perhatian Saat Debat Cagub DKI, Ira Koesno Sempat Gugup

9049177d-cef0-4299-ac95-6a214bfac87d_169.png

Moderator Ira Koesno mencuri perhatian saat memimpin jalannya debat perdana Cagub-Cawagub DKI Jakarta. Namun, Ira mengakui sempat merasa gugup.

"Rasanya mungkin yang lebih tegang pasangan calon ya, kalau saya selalu berpikir bintangnya mereka. Saya ini katalisator mereka, harus kuat, harus bersinar," kata Ira di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Jumat (13/1/2017) malam.

Ira menjelaskan, yang membuat dia sempat merasa gugup karena harus menjaga agar para pendukung masing-masing calon tetap tertib dalam mengikuti debat.

"Mungkin agak lebih gugup untuk menjaga supaya pendukung paslon ini sesuai dengan tata tertib sehingga bisa berjalan dengan lancar dan tepat waktu karena durasinya ya," ujarnya.

Ira mengatakan, pada akhirnya masyarakat akan mengambil apa yang disampaikan para kandidat. Warga disebutnya akan memilih yang terbaik dari yang disampaikan tiga pasangan calon tersebut.

Ira tidak lagi menjadi moderator pada debat selanjutnya. Dia berharap debat kedua dapat berjalan lebih tajam.

"Agar lebih tajam. Sesi 4 dan 5 itu harusnya lebih tajam," katanya.

Ira mengungkapkan, keterbatasan durasi menjadi kendala untuk menajamkan debat. Apalagi, moderator tidak diperbolehkan menajamkan di tengah-tengah sesi.

"Karena hitungan keadilan itu dari timsesnya berdasarkan durasi waktu yang agak lebih menyulitkan, dan ini kultur Indonesia sekali di mana hitungan keadilan masih seperti itu," tuturnya.

sumber
 
KPU Puas dengan Debat Perdana Pilgub DKI

b8294fe9-45e8-4065-bede-8ceef2088320_169.jpg


Debat perdana Pilgub DKI yang berlangsung tadi malam berjalan dengan lancar. Ketua KPU DKI Sumarno mengaku puas melihat jalannya debat yang diikuti 3 pasangan cagub cawagub tersebut.

"Ya alhamdulillah sudah cukup puas ya, debat cukup sukses, semua pasangan calon hadir dan pendukungnya juga tertib," kata Sumarno usai debat di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (13/1/2017).

"Walaupun ya lebih euforia saya kira itu bagian dari dinamika demokrasi kita tapi masih dalam koridor yang kita harapkan," tambahnya.

Melihat adanya sindiran-sindiran yang saling dilontarkan oleh paslon satu sama lain, Sumarno tak mempermasalahkannya. Selama tidak menyinggung hal sensitif menurutnya saling menyindir dalam debat tersebut masih dapat ditolerir.

"Enggak apa-apa, saya kira masih dalam koridor yang masih bisa ditolerir jadi kan tidak menyinggung personalnya, tidak menyinggung yang sangat sensitif," ujarnya.

Justru, debat yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam itu dinilainya sangat baik. Dia menilai saling kritik antara paslon sangat baik sebagai bentuk adu gagasan.

"Tapi terkiat dengan itu mengkritisi kebijakan, mengkritisi program, mengkritisi gagasan saya kira bagus sekali," tutupnya.

sumber
 
Dua Dugaan Korupsi yang Seret Nama Sylviana Murni

sylviana-murni-diperiksa-bareskrim-polri_20170120_185226.jpg

Mantan Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta yang juga Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Sylviana Murni usai menjalani pemeriksaan di gedung Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (20/1/2017). Sylviana Murni di Periksa sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pengelolaan dana bantuan sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Kwarda Pramuka DKI Jakarta tahun anggaran 2014 dan 2015. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bareskrim Polri mengendus adanya dugaan korupsi di lingkungan Provinsi DKI Jakarta.

Saat ini, polisi tengah mengusut dua dugaan korupsi di tingkat penyelidikan.
Peristiwa dugaan korupsi itu terbilang bukan hal anyar.

Diduga ada penyelewengan anggaran dalam pembangunan Masjid Al Fauz di kantor Wali Kota Jakarta Pusat, yang dibangun sekitar 2011-2012.

Kasus lainnya yakni dugaan korupsi dana bantuan sosial Pemprov DKI Jakarta untuk Kwarda Pramuka Jakarta tahun 2014 dan 2015.

Kini dua dugaan korupsi yang melibatkan Sylviana Murni itu dilaporkan dan diselidiki pada waktu yang hampir berbarengan.

Dua kasus ini seolah tak mau kalah dengan panasnya momentum Pilkada serentak pada Februari 2017 mendatang.

Kasus ini pun dianggap kontroversial karena Sylviana Murni merupakan calon wakil gubernur yang mendampingi Agus Harimurti Yudhoyono.

Dugaan korupsi pembangunan masjid

Masjid ini pertama kali dibangun pada 2010 di kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Saat itu, birokrat yang menjabat adalah Sylviana Murni.

Masjid berlantai dua itu dibangun dengan menggunakan dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) 2010 sebesar Rp 27 miliar.

Pada 2011 ada tambahan anggaran sebesar Rp 5,6 miliar.

Akhirnya masjid itu selesai dibangun dan diresmikan oleh Fauzi Bowo yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 30 Januari 2011.

Saat itu, kursi Wali Kota Jakarta Pusat telah bergulir ke Saefullah yang kini merupakan Sekretaris Daerah DKI Jakarta.

Dalam penyelidikan ini, Saefullah telah dimintai keterangan oleh polisi.

Belakangan, diketahui bahwa audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menilai ada kelebihan anggaran sebesar Rp 108 juta dari pembangunan Masjid Al Fauz tahun 2011.

Pemkot Jakarta Pusat disebut sudah mengembalikan kelebihan anggaran tersebut ke kas daerah.

Penyelidik menemukan indikasi awal adanya penyimpangan dalam pembangunan masjid tersebut.

Kepala Bareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, diduga ada kerugian negara akibat ketidaksesuaian spesifikasi saat kontrak dan saat sudah dibangun.

Setelah bangunan itu jadi, spesifikasinya ternyata diturunkan dari kesepakatan.

Selain itu, ada dugaan proyek ini tak dikerjakan secara satu kesatuan.

"Pada umumnya pekerjaan itu dikerjakan satu paket, tapi dibagi-bagi dalam finishing," kata Ari di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Petugas sempat beberapa kali mendatangi Masjid Al Fauz untuk melakukan cek fisik.
Bahkan salah satu tiang masjid dibongkar untuk melihat konstruksinya.

Sylvi kemudian dikonfirmasi soal pernyataan Saefullah yang menyebut bahwa penandatanganan kontrak pembangunan Masjid Al Fauz dengan kontraktor dilakukan oleh Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Jakarta Pusat Rospen Sitindjak.

Saat itu, Sylvi tengah mengikuti pelatihan selama sembilan bulan di Lemhannas.

"Ya, kamu sudah tahu berarti," kata Sylviana.

Dugaan korupsi dana bansos

Penyelidikan ini diketahui setelah beredarnya surat undangan permintaan keterangan terhadap Sylvi.

Penyelidik akan meminta keterangan Sylvi pada (20/1/2017) ini terkait dugaan korupsi dalam pengelolaan dana bansos untuk Kwarda Pramuka DKI Jakarta tahun 2014 dan 2015.

Diketahui, Sylvi merupakan Ketua Kwarda DKI Jakarta periode 2013-2018 yang dilantik pada Februari 2014.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, penyelidik butuh keterangan dari Sylvi karena diduga memiliki informasi berkaitan dengan pengelolaan dana tersebut.

Undangan tersebut dilayangkan dalam bentuk surat bernomor B/Pk-86/2017/Tipidkor.
Penyelidikan dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyelidikan Nomor Sprin.lidik/04/I/2017/Tipidkor tanggal 6 Januari 2017 sesuai Laporan Informasi Nomor: LI/46/XI/2016/Tipidkor tanggal 24 November 2016.

Dianggap politis

Sejumlah pihak menganggap munculnya kasus ini berlatar belakang politis.
Bahkan, pasangan Sylviana dalam Pilkada serentak DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono, berpandangan demikian.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul membantah anggapan tersebut.

Menurut dia, laporan masyarakat bisa ditindaklanjuti polisi jika memuat bukti saat pelaporan.

"Bagi masyarakat yang melapor tentu kami terima. Ada yang bisa ditindaklanjuti, ya akan kami ditindaklanjuti. Kalau tidak, ya tidak," kata Martinus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Martinus mengatakan, ada anggaran sebesar Rp 6,8 miliar dari bantuan sosial Pemprov DKI Jakarta, masing-masing untuk tahun 2014 dan 2015.

Kemudian, ada laporan dugaan penyelewengan pengelolaan dana bansos tersebut.
"Patut diduga ada dana yang tidak bisa dipertanggungjawabkan atau tindak pidana korupsi," kata Martinus.

Saat ditanya perihal penyelidikan tersebut, calon wakil gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan satu itu menilai, pengelolaan dana bantuan sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Kwarda Pramuka DKI Jakarta tahun anggaran 2014 dan 2015 seharusnya tidak dipermasalahkan.

Sylviana khawatir hal itu bisa berdampak pada para pengurus Kwarda Pramuka DKI Jakarta.

"Jangan diperbesar. Kasihan teman-teman Pramuka yang sudah bekerja dengan ikhlas," kata Sylvi.

Mengenai pemanggilannya ke Bareskrim Polri, Sylvi berjanji akan menaati peraturan dengan kooperatif memenuhi panggilan polisi.

"Insya Allah sebagai warga negara yang baik pasti mengerti betul apa urusan hukum. Saya siap ikuti aturan dan saya sangat kooperatif soal itu," kata Sylvi.

(Kompas.com/Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
 
Viral, Warga Kramatjati Protes Rumahnya Ditempel Stiker Agus-Sylvi

agus110.jpg

Curahan hati warga Kramatjati, Jakarta Timur, bernama Tetty Pataresia tentang rumahnya yang ditempeli stiker pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta ramai dibicarakan di media sosial. Tetty mengaku didata sebagai pemilih salah satu pasangan calon, meski dia sebenarnya memilih calon lain.

Curhat itu dibeberkan lewat akun Facebook Pataresia Tetty pada Kamis (29/12) yang lalu. Hingga Sabtu (31/12/2016) hari ini, cerita Tetty sudah dibagikan sebanyak 4.325 kali.

Tetty bercerita bahwa dia didatangi oleh perempuan yang mengaku petugas dari kelurahan untuk pendataan pemilih Pilgub DKI 2017. Padahal, Tetty dan sang ayah sudah didata oleh KPU sebulan lalu dan mendapat stiker sebagai bukti terdaftar sebagai pemilih resmi.

Perempuan tersebut mencatat nama Tetty dan sang ayah di balik stiker. Setelah bagian belakang stiker yang berisi data namanya dilepas, stiker itu ditempel di kaca jendela rumah Tetty.

"Mau tau tu sticker gambar siapa? Ternyata tu sticker gambar paslon no.1," tulis Tetty di akun Facebook.

Tetty sempat mendebat perempuan tersebut karena dia tidak akan memilih pasangan calon nomor 1, Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, di Pilgub DKI 2017 mendatang. Dia menilai hal itu merupakan pelanggaran yang bisa diusut Bawaslu.

Namun, perempuan itu mengaku hanya menjalankan tugas untuk mendata. Perempuan itu juga memberikan brosur dan kalender bergambar Agus-Sylvi.

detikcom kemudian mendatangi rumah Tetty di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, untuk mengecek kebenaran cerita viral itu. Tetty membenarkan kemudian menunjukkan stiker Agus-Sylvi yang ditempel di kaca rumahnya. Dia juga bercerita tentang sosok perempuan yang mendatangi rumahnya tersebut.

"Dia masih 1 RT, dia suka ngebantu ibu RT, mau ngedata apa, gitu suka bantu bantu kegiatan kegiatan RT. Kalau ada pemeriksa jentik, dia suka ngebantu Ibu RT," ucap Tetty yang merupakan ibu rumah tangga ini.

agus210.jpg

Foto: Cici Marlina Rahayu/detikcom
Tetty di depan rumahnya yang ditempeli stiker Agus-Sylvi​

Tetty tinggal di kontrakan yang terdiri dari 11 rumah. Dia menyebut rumah lain juga ditempeli stiker yang sama. Dari peristiwa ini, Tetty khawatir pendataan ini nantinya disalahgunakan saat hari pemilihan.

"Saya khawatir. Ini saya didata, yang bukan pemilih orang sini juga didata. Paslon ini jadi punya data akurat pendukung dia, tapi nanti begitu di TPS, kalau pemilih enggak sama hasilnya, digugat sama timsesnya," ungkapnya.

Juru bicara Timses Agus-Sylvi, Rico Rustombi yang dikonfirmasi soal cerita ini mengatakan bahwa timses selama ini hanya mencocokkan data pemilih yang dikeluarkan KPUD dengan kondisi lapangan. Soal penempelan stiker, dia belum bisa memastikan kebenarannya.

"Relawan kali ya, saya nggak tahu itu. Kalau dari tim nggak ada (nempel stiker). Kalau data TPS pasti (kita lakukan pengecekan). Kalau memang dari tim kita, kita tak punya program seperti itu," kata Rico kepada wartawan di RT 11 RW 04 Kalibata Selatan, Jakarta Selatan, Sabtu (31/12/2016).


sumber

oh ga tahu siapa yang nempel stiker itu dijendela rumahnya ya?









Begini Cerita Kader PDIP Saat Dikeroyok di Jelambar

b7ab5f1f-8256-41af-bac7-a9feca55dca6.jpg

Widodo didampingi istrinya saat di rumah sakit. Foto: Bartanius Doni

Widodo, salah satu ketua ranting PDIP harus dirawat di rumah sakit lantaran dikeroyok sejumlah orang. Dia bercerita saat kejadian tidak ada tetangga yang mau menolongnya.

"Saya lagi di warung kopi, tiba-tiba ada ormas FPI teriak haram, saya bilang tidak haram. Temennya bilang hajar, HP saya jatoh, saya mau ambil, dihajar lagi," cerita Widodo, di RS Royal Taruma, Jakarta Barat, Sabtu (7/1/2017).

"Ada yang mau misahin, ada yang bilang 'jangan pisahin, habisin aja'," lanjutnya bercerita.

Setelah dirinya dikeroyok, Widodo mengaku tidak ada tetangganya yang segera menolong. "Tetangga juga enggak ada yang nolong. Tetangga buang muka lah gitu," ucapnya.

Widodo menduga, kejadian itu didasari pada pilihan politiknya yang tidak sama dengan tetangga-tetangganya. Atas kejadian itu, hari ini dirinya dikunjungi oleh pasangan Ahok-Djarot serta Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.

"Pak Ahok niat blusukan ke situ, sekalian aja katanya. Kalau Pak Djarot ngenalin saya," ujarnya yang saat itu mengenakan kemeja kotak-kotak.

Widodo pun merasa tidak dihargai oleh teman-temannya. Padahal menurutnya, dirinya sering aktif di musala. "Saya aktif di musala, tapi masih diginiin aja. Ibaratnya, enggak dihargai," pungkasnya.

Istri Widodo Maafkan Pelaku

Umi Utamimah (29), istri dari Widodo, merasa sedih dan terkejut ketika tahu suaminya dikeroyok. Namun, Umi sudah memaafkan perbuatan pelaku pengeroyokan suaminya.

"Memaafkan, tapi harus ditindaklanjuti. Hukum seberat-beratnya biar dia ngerasain gimana sakitnya, orang dari sehat bisa bonyok kayak gini," ungkap Umi yang berada di samping suaminya.

Umi menceritakan saat kejadian dirinya sedang tidur. Namun ia dibangunkan oleh mertua dan kakaknya.

"Sama mamak (ibu) mertua, sama kakak, soalnya kunci juga dibawa sama dia (Widodo). Kakak bilang, 'Dik, itu Wiwid (Widodo) digebukin sama orang berdarah-darah'," cerita Umi.

Sontak, Umi pun bergegas mengantar Widodo dengan menggunakan mobil milik Ilyas, yang juga salah satu relawan Ahok-Djarot. Malam itu juga Widodo dibawa ke kantor polisi dan ke Rumah Sakit Sumber Waras untuk divisum.

"Saya pas nganterin dia ke mobil mau dibawa ke RS (rumah sakit), saya tahu itu tersangkanya siapa," imbuhnya.

Umi mengaku tidak akan melarang Widodo untuk ikut dalam kegiatan politik ini, tapi malah lebih semangat. Namun dia menyayangkan adanya insiden yang melukai demokrasi Indonesia ini.

"Sedih ngelihat suami saya begitu, enggak punya perasaan. Kita di sini sama-sama manusia, kita kan punya hak asasi manusia sendiri," pungkasnya.

sumber

waha namanya widodo & pakai baju kotak2, sekilas seperti nama orang no.1 di Indonesia aja












Curi Perhatian Saat Debat Cagub DKI, Ira Koesno Sempat Gugup

9049177d-cef0-4299-ac95-6a214bfac87d_169.png

Moderator Ira Koesno mencuri perhatian saat memimpin jalannya debat perdana Cagub-Cawagub DKI Jakarta. Namun, Ira mengakui sempat merasa gugup.

"Rasanya mungkin yang lebih tegang pasangan calon ya, kalau saya selalu berpikir bintangnya mereka. Saya ini katalisator mereka, harus kuat, harus bersinar," kata Ira di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Jumat (13/1/2017) malam.

Ira menjelaskan, yang membuat dia sempat merasa gugup karena harus menjaga agar para pendukung masing-masing calon tetap tertib dalam mengikuti debat.

"Mungkin agak lebih gugup untuk menjaga supaya pendukung paslon ini sesuai dengan tata tertib sehingga bisa berjalan dengan lancar dan tepat waktu karena durasinya ya," ujarnya.

Ira mengatakan, pada akhirnya masyarakat akan mengambil apa yang disampaikan para kandidat. Warga disebutnya akan memilih yang terbaik dari yang disampaikan tiga pasangan calon tersebut.

Ira tidak lagi menjadi moderator pada debat selanjutnya. Dia berharap debat kedua dapat berjalan lebih tajam.

"Agar lebih tajam. Sesi 4 dan 5 itu harusnya lebih tajam," katanya.

Ira mengungkapkan, keterbatasan durasi menjadi kendala untuk menajamkan debat. Apalagi, moderator tidak diperbolehkan menajamkan di tengah-tengah sesi.

"Karena hitungan keadilan itu dari timsesnya berdasarkan durasi waktu yang agak lebih menyulitkan, dan ini kultur Indonesia sekali di mana hitungan keadilan masih seperti itu," tuturnya.

sumber

Ira Koesno sekarang kerja di statsiun tv apa ya, atau lagi ga di manapun?
 
Ira Koesno sekarang kerja di statsiun tv apa ya, atau lagi ga di manapun?

Terakhir Ira Koesno memilih untuk bergabung dengan TV One, televisi pimpinan Karni Ilyas, mantan atasannya ketika masih bekerja di SCTV. Dan sekarang sudah tak jadi presenter. Memimpin Media & PR practitioner, own a communication strategic company.
 
kalau sudah seprti ini memang sudah sangat syarat dengan politisi, kasus kasus lama atau bahkan diada adakannya kasus, untuk menjatuhkan lawan politik,, yang membuat ane heran malah, kenapa petahana itu masih ngotot untuk maju jadi DKI 1 lagi, katanya jadi gubernur itu nggak enak, tapi koq masih mau lagi
 
3 Persiapan Tina Talisa Jelang Jadi Moderator Debat Pilgub DKI

ea13e403-6ad1-4b98-a8e0-6969efa4f0cf.jpg

Presenter kenamaan Tina Talisa akan menjadi moderator debat ke-2 calon gubernur dan wakil gubernur DKI yang akan digelar Jumat (27/1/2017) lusa. Bersama Eko Prasojo, mojang kelahiran Bandung 24 Desember 1979 itu akan memandu debat yang rencananya akan berlangsung selama 120 menit.

Dua hari menjelang debat, apa saja persiapan Tina?

Tina mengaku ada tiga hal yang dia persiapkan yakni: pikiran, fisik dan mental. Persiapan pikiran, Tina melakukannya dengan mempelajari visi dan misi ketiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

"Dari sisi pikiran, saya kan sudah pernah membaca visi misi pasangan calon nomor urut 1, 2 dan 3. Kini saya pelajari lagi, tentunya berkaitan dengan tema debat," kata Tina saat berbincang dengan detikcom, Rabu (25/1/2017).

"saya perhatiin sekali subtansi konten masing-masing kandidat," tambah perempuan yang di tahun 2012 pernah menyabet penghargaan Panasonic Gobel Award 2012 untuk kategori Presenter Talkshow Berita dan Informasi Terfavorit itu.

Dari sisi fisik, Tina akan mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan. Apalagi saat ini tengah hamil muda dan durasi debat nanti sampai 120 menit dan lebih lama dari sebelumnya. "Saya jaga kesehatan banget apalagi durasi debat kali ini lebih lama dan saya lagi hamil. Saya harus memastikan sebelum debat dalam kondisi fit," kata Tina.

Tak lupa, alumnus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung itu mempersiapkan mental. Tina menyadari bahwa suasana dan antusiasme pendukung pasanan calon di debat Pilgub DKI sangat luar biasa.

Hal itu bisa dilihat saat debat pertama yang dipandu oleh Ira Koesno. Saat itu Ira beberapa kali mengingatkan pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk menahan diri. Suasana dan antusiasme pendukung dipastikan tetap luar biasa di debat kedua nanti.

Untuk itulah Tina akan mempersiapkan mental untuk bisa mengelola suasana debat agar tetap lancar. "Persiapan mental lebih dengan mengelola suasana supaya lancar, supata pasangan calon bisa menyampaikan gagasannya untuk Jakarta dan masyarakat bisa mendengarkan yang terbaik dari mereka (Paslon)," tutur Tina.

Debat kedua cagub-cawagub DKI nanti akan mengangkat tema besar 'Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik serta Penataan Kawasan Perkotaan'. Tempat penyelenggaraan debat masih berlokasi di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

 
sebenarnya tujuan paslon gubernur DKI itu bukan semata2 untuk jadi gubernur tapi untuk maju kepilpres..terbukti visi dan misinya nyontek dari gubernur yang sudah ada,g ada program baru yang luar biasa lain dari gubernur2 yang sudah ada...
 
Last edited:
Menurut sy,gubernur yg sudah ad sekarang dh jujur dn transparan,hanya saja karakternya agk keras dn tegas..walaupun bicaranya it agak tajam dn pedas..
 
Hari Terakhir Kampanye, Ahok Minta Maaf ke Timsesnya

385f802a-77c0-499b-8852-f6a52351a707.jpeg


Pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat menggelar acara di Pullman Hotel, Jakarta. Dalam sambutannya, Ahok meminta maaf kepada tim suksesnya.

"Kami mau berterima kasih kepada Pak Ketut, yang punya saham di hotel ini, yang membuat acara di hotel ini. Tapi, di kesempatan ini, saya mau sampaikan permohonan maaf kami, kadang-kadang kita lagi stres bisa nyemprot orang," ujar Ahok di Pullman Hotel, Jalan MH Thamrin No 59, Jakarta Pusat, Sabtu (11/2/2017).

Ahok bercerita ia pernah menolak agenda yang diberikan oleh tim suksesnya. Sebab, ia pernah terjebak kemacetan di kawasan Pulomas selama 4 jam.

Dalam sambutannya itu, Ahok juga merasa tersanjung. Menurutnya, massa pendukungnya adalah massa yang paling banyak menciptakan lagu untuk Ahok-Djarot.

"Kami sangat terima kasih. Kalau mau 'GR' gitu ya, saya kira ini massa ciptakan lagu paling banyak buat kami," ujar Ahok disambut tepuk tangan pendukung.

Ahok dalam sambutannya percaya akan politik akal sehat. Menurut Ahok, politik akal sehat akan selalu menang.

"Kita berpolitik itu politik akal sehat, kok," imbuh Ahok.

Acara pendukung Ahok-Djarot ini bertajuk #Te2imakasihPendukungBadja.⁠⁠⁠⁠ Acara ini digelar sebelum Ahok kembali aktif menjadi gubernur. Sore ini akan ada sertijab dari Plt Gubernur DKI Sumarsono ke Ahok sebagai gubernur definitif.

sumber
 
Agus Yudhoyono: Salah Pilih Pemimpin Sengsaranya 7 Turunan

81311d95-1c9b-4ada-83d6-1e4f6e468a18.jpeg

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI nomor urut 1, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, tiba di lokasi kampanye akbar #SATUkanJakarta. Agus kemudian memberi sambutan dari atas panggung.

"Hari ini kita berkumpul di hari terakhir kampanye untuk membulatkan tekad, menyatukan hati, pikiran, dan menyatukan perjuangan kita untuk pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Tinggal 4 hari lagi. Empat bulan sudah kita bergerilya lapangan, bertemu dengan ratusan ribu rakyat Jakarta di seluruh wilayah Jakarta, saya ucapkan terima kasih," ujar Agus di Stadion Soemantri, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (11/2/2017).

Agus kemudian bercerita soal pengalamannya bergerilya di masa kampanye kepada massa pendukungnya. Dia berkata sudah bergerilya di bawah hujan dan terik matahari.

"Selama 4 bulan kita bergerilya di bawah hujan, disengat matahari, tidak pernah putus bertemu masyarakat. Karena Jakarta butuh pemimpin baru," paparnya.

Menurut Agus, Jakarta butuh pemimpin yang benar-benar mencintai rakyatnya, juga pemimpin yang mengayomi semua elemen masyarakat.

"Jakarta butuh pemimpin yang benar-benar mencintai rakyat apa adanya, yang benar-benar siap untuk membela rakyat Jakarta. Semuanya, tidak sebagian kecil saja," tegasnya.

Agus kemudian mengajak semua relawannya menggunakan hak pilih mereka. Agus juga mengingatkan agar tidak salah pilih, karena akan sengsara 7 turunan.

"Jangan sampai salah pilih. Kalau salah pilih, sengsaranya 5 tahun. Jangan sampai kita salah pilih pemimpin lagi, sengsaranya 7 turunan. Kata-kata yang keras, kasar, yang menggusur rakyatnya sendiri, memaki-maki publik," beber Agus.

"Perjuangan belum usai. Empat hari lagi, kalau ingin perubahan itu, bersama-sama datang ke TPS dan coblos nomor 1. Jakarta harus satu. Kita berbeda tapi satu. Untuk Jakarta baru!" tutupnya.

sumber
 
Anies-Sandi akan Kampanye Bersama Rhoma Irama di Lapangan Belalang

a66bf5d6-499a-4d9d-9269-81b3853a144a.jpeg

Pasangan calon Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dan wakilnya Sandiaga Uno akan menyelenggarakan kampanye dengan menggandeng Ketua Umum Partai Idaman Rhoma Irama. Namun hingga siang menjelang, belum ada tanda-tanda kampanye akan dimulai.

Kampanye Anies-Sandiaga berlokasi di Lapangan Belalang, Rawa Jati, Pasar Minggu, hari ini (11/2/2017) pukul 12.30 WIB. Ketum Partai Idaman Rhoma Irama direncanakan tampil. Dari poster digital yang disebar, seharusnya acara dimulai pukul 12.30 WIB.

Namun hingga pukul 13.00 WIB, acara belum juga dimulai. Panggung memang sudah berdiri, namun belum ada perlengkapan sound system.

Cuaca di lokasi tak menentu, sebentar hujan, sebentar berawan. Boleh jadi hujan inilah yang menghambat persiapan. Belum terlihat pendukung yang datang.

Di Lapangan Belalang hanya berdiri dua panggung rakyat besar bersebelahan dan sebuah panggung kecil di seberang panggung besar. Di atas panggung belum ada aktivitas mengatur sistem suara (sound system), yang biasanya menjadi pertanda acara akan dimulai.

Diketahui hari ini adalah hari terakhir masing-masing pasangan calon Gubernur DKI Jakarta dan wakilnya melaksanakan kampanye Pemilihan Gubernur 2017.

sumber
 
Ini Imbauan Ketua Umum PBNU soal Memilih Pemimpin di Pilkada

73e8be1f-a2e0-40b8-b3bc-aac9110b4df0_169.jpg

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memberikan imbauan terkait pemilihan kepala daerah (pilkada). Dia mengatakan warga dipersilakan memilih pasangan nomor berapa pun asalkan bertanggung jawab.

Pernyataan tersebut tertulis dalam pernyataan Kiai Said yang diunggah di akun Twitter resminya @saidaqil seperti dilihat detikcom, Sabtu (11/2/2017). detikcom telah menghubungi Kiai Said lewat pesan singkat dan membenarkan pernyataannya itu.

Dalam pertanyaan bertanggal 10 Februari 2017 itu, Kiai Said menegaskan, sesuai Khittah 1926, NU tidak terlibat dalam politik praktis. Karena itu, tidak mungkin dan tidak boleh PBNU memberikan dukungan politik pada kandidat mana pun.

"Kalau ada pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap kandidat dalam pilkada, mulai dari PBNU, lembaga, lajnah, badan otonom, dari tingkat pusat sampai daerah, tidak ada yang sah dan boleh mewakili NU sebagai jam'iyyah (organisasi). Kalaupun ada, tidak lebih sebagai pernyataan pribadi," kata Kiai Said.

Terkait penyelenggaraan pilpres, pileg, maupun pilkada, lanjut Kiai Said, dirinya akan melakukan sejumlah hal. Salah satunya aktif mendorong warga NU agar menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab.

"Tanggung jawab itu ya cari-cari informasi, pakai perenungan, dan terus berdoa agar Indonesia dikaruniai pemimpin yang tidak zalim," ujar Kiai Said. "Ini pertimbangan yang sifatnya pribadi sekali. Silakan pilih nomor berapa saja asalkan bertanggung jawab," sambungnya menegaskan.

C4TLWKhUoAEX_jg.jpg

Berikut pernyataan lengkap kiai Said:

Salah satu kewajiban yang saya emban sejak Muktamar di Makassar hingga Jombang, salah satunya adalah mematuhi Khittah 1926. Dan Khittah 1926 itu kan sudah jelas. Khittah 1926 itu sudah tak perlu syarah, tak perlu penjelasan. NU tidak terlibat politik praktis. Karenanya, tidak mungkin dan tidak boleh PBNU memberikan dukungan politik pada kandidat manapun. Ini tidak hanya untuk konteks Pilpres, termasuk juga pemilihan legislatif dan Pilkada. Saya tegaskan lagi, saya mematuhi ini.

Kalau ada pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap kandidat dalam pilkada mulai dari PBNU, Lembaga, Lajnah, Badan Otonom, dari tingkat pusat sampai daerah, tidak ada yang sah dan boleh mewakili NU sebagai Jam'iyyah (organisasi). Kalaupun ada, tidak lebih sebagai pernyataan pribadi.

Nah, soal pribadi itu begini. Kyai Mustofa Bisri sering menegaskan, Warga NU itu orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang kebetulan ada di Indonesia. Maka, orang NU itu juga patuh konstitusi. Punya hak dan kewajiban yang dilindungi konstitusi. Salah satunya adalah hak untuk memilih dan dipilih. Hal inilah yang bersifat pribadi. Ini sederhana dan mendasar sekali.

Sekarang kan ada yang merasa bahwa ber-Islam itu harus sambil menafikan Indonesia dan seluruh kelengkapan kenegaraan dan pemerintahannya. Menurut saya, ini tidak benar. Ada memang ormas-ormas yang tidak setuju dengan empat pilar: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Di mana-mana, saya katakan empat pilar itu kalau disingkat kan PBNU. Bagi yang tidak setuju, saya imbau untuk jangan berhenti ngaji, berhenti belajar. Kalau tetap ngotot ya cari negara atau planet lain. Jangan di Indonesia.

Terkait Pilpres, Pileg, maupun Pilkada, saya akan melakukan beberapa hal sebagai berikut,

Pertama, saya akan aktif menggalang dukungan warga NU untuk aktif menggunakan hak pilihnya secara bertanggung jawab. Tanggung jawab itu ya cari-cari informasi, pakai perenungan, dan terus berdoa agar Indonesia dikaruniai pemimpin yang tidak dzalim.

Ini pertimbangan yang sifatnya pribadi sekali. Silakan pilih nomor berapa saja, asal bertanggung jawab.

Kedua, siapapun yang terpilih nanti harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Ini soal amanah yang tidak mudah. Makanya, tidak hanya NU, semua orang Indonesia harus mengawal dan mengawasi pemerintahan terpilih. Saya bilang begini karena doa orang NU di bilik suara itu bunyinya begini, Allahumma la tusallith 'alaina bidzunubina man laa yakhafuka walaa yarhamunaa (Ya, Allah, ya, Tuhan kami, jangan kuasakan atas kami, karena kesalahan-kesalahan kami, penguasa yang tak takut kepadaMu dan tak berbelas kasihan kepada kami).

Sekarang ini kan prinsip one man-one vote mulai berubah jadi one envelope-one vote. Maka dari itu, kata bidzunubina (sebab kesalahan kami) dalam doa tadi menjadi sangat penting dari sudut pandang pemilih. Logikanya, pemilih yang ngawur kan memilih pemimpin yang keliru. Maka, sejak sebelum, ketika, dan seudah mencoblos, setiap pemilih harus menilai tinggi-tinggi suara pribadinya itu. Kemarin saya bilang, yang penting bukan saat coblosan saja, tapi hari-hari panjang sesudahnya.

Kalau perbedaan pendapat, biasa. Itu kan memang biasa dan perlu. Perbedaan pendapat itu yang membuat kita cerdas, kritis. Tapi tidak boleh kemudian saling menjatuhkan, apalagi fitnah. Namun tidak sedikit orang luar atau pengamat yang tidak memahami disiplin berpikir pesantren tidak jarang berlebihan melihat perbedaan pendapat di tubuh NU.

Jakarta, 10 Februari 2017

Said Aqil Siroj
Ketua Umum PBNU

 
pertarungan politik kian sengit saja. Waktu debat ketiga terlihat sekali perseteruan antara pasangan nomor urut 1 dan nomor urut 2. Saling serang.

semoga di pilkada nanti akan aman2 saja dan memilih pemimpin yang bs kita andalkan
 
Back
Top