Dikira meninggal, Waluyo rupanya di Semarang kerja menyapu & parkir

spirit

Mod
dikira-meninggal-waluyo-rupanya-di-semarang-kerja-menyapu-parkir.jpg

Merdeka.com - Kisah kakek Waluyo (62), membuat heboh warga Yogyakarta. Waluyo tiba-tiba pulang ke rumah setelah satu tahun lamanya dianggap keluarga sudah meninggal. Keluarga merasa telah memakamkan Waluyo di Suren, Patalan, Jetis, Bantul.

Ternyata Waluyo tidak meninggal. Dia memang kabur dari rumah kemudian, keluarga mendapatkan kabar ada kecelakaan yang ciri-ciri korban mirip dengan Waluyo. Padahal saat itu, Waluyo tengah berada di Semarang untuk mencari kerja. Di sana, dia bekerja sebagai tukang sapu jalanan.

"Baru tiga bulan di Semarang, saya dah dapat kerja nyapu jalanan," ujar Waluyo, saat ditemui di kediamannya, Rabu (3/8).

Dia menjadi tukang sapu selama 7 bulan. Dari pekerjaannya sebagai tukang sapu itu, Waluyo mengaku digaji Rp 700 ribu perbulan.

Waluyo juga pernah menjadi juru parkir dan pencari barang bekas. "Kalau malam saya tugasnya jaga parkir," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, keluarga meyakini pada Mei lalu Waluyo telah meninggal dunia karena sebuah kecelakaan. Namun ternyata, setelah setahu duka berlalu, Waluyo muncul di rumahnya pada Selasa 2 Agustus kemarin.
 
Waluyo Pulang ke Rumah, Statusnya Akan "Dihidupkan"

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kecamatan Kraton telah berkoordinasi dengan keluarga dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) untuk menghidupkan kembali hak Waluyo sebagai warga negara.

Pasalnya, keluarga sudah meminta surat keterangan meninggal dunia atas nama Waluyo setelah pria itu disebutkan meninggal dunia tahun lalu.

"Kami tadi melakukan pertemuan. Langkah yang akan segera kita lakukan adalah 'menghidupkan' kependudukan Pak Waluyo," ujar Sekretaris Kecamatan Kraton, Widodo Mujiyatno saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (4/8/2016).

Widodo menuturkan, sebelumnya keluarga sudah melaporkan bahwa Waluyo meninggal dunia karena kecelakaan. Atas dasar permintaan keluarga, akte kematian oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Yogyakarta.

"Atas dasar permintaan keluarga dan diketahui RT/RW dan lurah jadi tidak salah, memang seperti itu prosedurnya," ungkapnya.

Namun, karena Waluyo kembali ke rumahnya, maka status kependudukan Waluyo harus dihidupkan kembali agar hak sebagai warga negara tetap dimiliki karena masih hidup.

"Kami akan bantu dan berkoordinasi. Kami harap Pak Waluyo jangan pergi jauh-jauh lagi, untuk proses menghidupkan kependudukan kembali," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Seksi Penerbitan Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Disdukcapil kota Yogyakarta, Bram Prasetya, menjelaskan, sebelum kependudukan dihidupkan kembali, keluarga harus mencabut akte kematian Waluyo.

"Karena sudah diterbitkan, nanti pencabutan akte kematian harus melalui pengadilan," tuturnya.

Usai pengadilan mengeluarkan keputusan, selanjutnya keluarga harus meminta surat keterangan ke RT/RW dan kelurahan. Setelah itu, mengurusnya ke Dukcapil kota Yogyakarta untuk mendapatkan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Yang penting ada dokumennya, prosesnya cepat. KK-nya nanti baru karena setelah akte kematian dikeluarkan, nomor KK-nya dihapus," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, warga Suryoputran PB 3 /43 Panembahan Kraton Yogyakarta mendadak dikejutkan dengan kembalinya Waluyo (62) ke rumahnya. Pada Mei 2015, pria yang bekerja sebagai tukang becak ini dikabarkan meninggal karena jadi korban tabrak lari dan sudah dimakamkan.

Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma
 
Polisi akan Panggil Keluarga Waluyo Terkait Asuransi yang Telah Diterima

28fa8e2b-3328-4f4a-9f60-dd7fb8af8602.jpg

Setelah mengira korban tabrak lari setahun yang lalu adalah Waluyo (62) keluarga telah mencairkan asuransi Jasa Raharja. Karena Waluyo ternyata masih hidup, polisi akan memanggil keluarga untuk membahas soal asuransi tersebut.

"Sudah kami hubungi lewat telepon. Tapi karena (Anti Ristanti, anak Waluyo) baru saja melahirkan jadi belum bisa ke sini," ujar Kasatlantas Polres Gunungkidul AKP Samiyono kepada detikcom, Kamis (4/8/2016).

Meski begitu pihaknya belum bisa memastikan langkah apa yang akan diambil polisi terkait dengan asuransi itu. Samiyono menjelaskan proses pencairan dana saat itu telah melalui prosedur yang tepat.

"Mungkin karena untuk biaya rumah sakit, Anti langsung mengurus keperluan asuransi dengan membawa surat keterangan dari kelurahan," tuturnya.

Dana asuransi Jasa Raharja yang diterima keluarga Waluyo saat itu sebesar Rp 35 juta. Rinciannya, Rp 10 juta dicairkan saat korban dirawat dan Rp 25 juta setelah korban meninggal dunia.

"Kami (saat itu) hanya memberikan surat keterangan saja," imbuhnya.

Tak hanya soal asuransi, Polres Gunungkidul juga akan berusaha mengungkap identitas jenazah yang dikira Waluyo dan telah dimakamkan setahun yang lalu. Data-data identifikasi telah dikantongi polisi sehingga tak perlu membongkar makam.

Tak menutup kemungkinan polisi akan menyebar foto korban saat masih dirawat di RSUP Dr Sardjito. Polisi berharap ada masyarakat yang merasa kehilangan keluarganya untuk melapor.

Sedangkan Kepala Dusun Suren Kulon Agung Sudarto, tempat jenazah tersebut dimakamkan, mengaku tak masalah jenazah Mr X itu dimakamkan di wilayahnya. Yang mungkin akan dilakukan nanti adalah menghapus nama Waluyo di papan pusara makam tersebut.

"Minimal (tulisan di-) papan namanya dihapus. Dikosongkan saja," kata Agung.

~detik.com
 
Kisah Lucu saat Waluyo Pulang: Tetangga Merinding hingga Makam Bolong

6fde6e04-1aa8-4379-9163-0dd3bdf741e5.jpg

Polisi di rumah Waluyo, Rabu 3 Agustus 2016 (Foto: Aditya Mardiastuti/detikcom)

Keluarga dan tetangga yakin Waluyo (62), warga Kampung Suryoputran, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, sudah meninggal dan dimakamkan lebih dari setahun lalu. Ternyata pria dua anak itu masih hidup dan tinggal di Semarang.

Kepulangan Waluyo, Selasa (2/8) kemarin, tentu membuat semua kaget. Keluarga, kerabat, tetangga, tak yakin Waluyo masih hidup.

"Ada (saudara) yang tanya kuburannya bolong nggak," kata istri Waluyo, Alim Eskatinah (64), kepada detikcom, Rabu (3/8/2016).

Pria yang dianggap sebagai Waluyo dikubur di Desa Suren, Patalan, Jetis, Bantul, pada 7 Mei 2015 silam. Kuburan itu masih utuh sampai saat ini. Di pusara tertulis jelas nama 'Waluyo'.

7a72a09c-1618-4e80-bb5a-16b1e5f4768c.jpg

Kuburan Waluyo di Suren Kulon, Desa Canden, Jetisharjo Bantul (Foto: Sukma Indah P/detikcom)

Tetangga yang ikut memakamkan, Yani, mengaku merinding mendengar suara Waluyo. "Kemarin dengar Bapak (Waluyo) ucap salam sambil ketuk pintu, merinding," kata Yani.

Semua mengira Waluyo hidup lagi. Wajar saja, sebab mereka ikut memakamkan pria yang mempunyai ciri fisik seperti Waluyo. Pria itu merupakan korban kecelakaan di daerah Gading, Wonosari, Gunungkidul, pada 1 Mei 2015.

Ternyata selama ini Waluyo tinggal di Semarang. Dia 'minggat' pada Januari 2015 karena tak sanggup membayar sewa becak. Pada saat bersamaan, ekonomi keluarga kian seret.

Waluyo mengaku menggelandang ke Semarang. Jalan kaki dari Yogyakarta selama 4 hari dan bekerja serabutan di Semarang. Jarak Yogyakarta-Semarang kurang lebih 120 kilometer. Waluyo pulang setelah diajak kenalan yang berasal dari Yogyakarta. (try/nrl)

~detik.com
 
nah pertanyaannya: yang di kubur itu sopo?

orang lain tentu saja, yang ciri2nya mirip seperti waluyo


itu banyak polisi datang karena pihak asuransinya yang mengadukan atau gimana ya?
uang asuransinya kemungkinan akan dikembalikan keluarga ke perusahaan asuransi ya?
 
klo kejadiannya kaya gt tp asuransinya udah dicairkan emangnya masalah ya?
itu kan kesalahan asurasi jg yg mencairkan, kcuali pihak cstmer ngakalin buat bajak asuransi
 
klo kejadiannya kaya gt tp asuransinya udah dicairkan emangnya masalah ya?
itu kan kesalahan asurasi jg yg mencairkan, kcuali pihak cstmer ngakalin buat bajak asuransi

bisa di tuntut sama pihak asuransi, jika ada unsur kesengajaan

Melakukan kejahatan Asuransi
Yang dimaksud kejahatan asuransi adalah tindakan kebohongan atau sabotase yang dilakukan secara sengaja oleh pemilik polis atau ahli warisnya agar klaim asuransi dibayarkan. Seorang pemilik polis asuransi bisa saja melukai dirinya, membakar rumah sendiri, atau dengan sengaja menyebabkan kecelakaan untuk mendapatkan ganti rugi dari asuransi, atau mengakui kematian secara palsu. Pihak asuransi secara otomatis akan menolak klaim bila setelah penyelidikan diketahui bahwa tindakan tersebut disengaja. Hal yang sama juga berlaku bila ahli waris melakukan kejahatan terhadap pemilik polis agar mendapatkan klaim dari asuransi.
 
wah terus yang dikubur itu siapa ya mas, hehehe,
yang saya pikir, itu pas kakek itu sakit, apa tidak terlihat ciri ciri fisiknya, atau paling nggak pas memandikan jenazah, paling tidak anaknya itu kan familiar dengan fisik kakek itu, biasanya kalau itu orang lain kan sperti ada yang janggal,,

ini kakek tenaga nya masih kuat juga, dengan umur segitu kerja jauh merantau dan pulang juga masih dalam keadaan segar bugar gitu,, coba kalau kakeknya punya smartphone ya gan, mungkin bisa update status terus
 
wah terus yang dikubur itu siapa ya mas, hehehe,
yang saya pikir, itu pas kakek itu sakit, apa tidak terlihat ciri ciri fisiknya, atau paling nggak pas memandikan jenazah, paling tidak anaknya itu kan familiar dengan fisik kakek itu, biasanya kalau itu orang lain kan sperti ada yang janggal,,

ini kakek tenaga nya masih kuat juga, dengan umur segitu kerja jauh merantau dan pulang juga masih dalam keadaan segar bugar gitu,, coba kalau kakeknya punya smartphone ya gan, mungkin bisa update status terus
kalau keluarga jujur, kemungkinan karena ciri fisiknya mirp








7a72a09c-1618-4e80-bb5a-16b1e5f4768c.jpg

lalu masalah lainnya malaikat yang menanyai dikubur bingung mungkin & doa tahlilan yang diberikan an.waluyo sampainya ke mana :D
 
Back
Top