[POLITICS] G30S/PKI Istilahnya Soeharto

beQ

New member
"G-30 S/PKI adalah Istilah Soeharto"

Wawancara dengan Carmel Budiarjo

Anda termasuk korban pelanggaran HAM pasca G-30S. Sebenarnya, klasifikasi mereka yang dihabisi itu seperti apa saja? Kaum kiri yang seperti apa?
Ada jutaan orang, termasuk saya, yang jadi korban pasca G-30S. Saya yang masuk dalam satu organisasi Himpunan Sarjana Indonesa (HSI), dikatakan terlibat G-30S. Tapi hingga hari ini kita tak tahu keterlibatan itu dalam hal apa. Meskipun demikian organisasi saya yang hanya beberapa ribu anggotanya, dikatakan terlibat. Jadi banyak yang dibunuh di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembataian manusia pada tahun 1965 itu disebut sebagai politik "tumpas kelor". Ditumpas semua dari jajaran yang paling tinggi sampai bawah. Dan juga dari tidak hanya PKI dan onderbouw-nya. Tapi juga kelompok-kelompok yang simpati kepada Soekarno. Kaum Soekarnois. Juga militer yang Soekarnois, banyak dibantai juga.

Sebenarnya berapa jumlah pasti korban pembantaian '65 itu?
Saya belum tahu. Saya kira angka yang pasti itu sulit ditentukan. Saya biasanya menerima jika disebut kira-kira 1 juta. Atau setengah sampai 1 juta. Tak ada yang bisa menghitung tentang pembantaian itu.
Soekarno pernah mengirim suatu tim yang dipimpin oleh Oei Tjoe Tat dan Soemarno pada waktu itu. Mereka memeriksa pada Desember 1965.
Waktu itu pembantaian jauh dari selesai. Oei dan Soemarno memberikan angka 78 ribu, dan mereka mengatakan bahwa jumlah ini hanya sebagian saja. Lalu salah satu anggota tim itu mengatakan kepada seorang wartawan Amerika bahwa jumlah korban itu 10 kali lebih banyak. 780 ribu. Sementara, di Bali, pembantaian itu justru baru terjadi setelah Desember 1965.

Dan anda setuju kalau semua ini dikatakan sebuah genocide?
Ya, sebuah genocide terhadap suatu paham politik.

Lalu bagaimana cara melakukan penelitian kembali jumlah korban itu setelah peritiwa tersebut terjadi 35 tahun?

Selama beberapa minggu berada di indonesia, saya sudah bertemu, antara lain, dengan beberapa organisasi yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki pembunuhan itu. Terutama organisasi yang namanya YPKP 65-66 (Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan tahun 1965-1966). Perlu diakui, ini suatu pekerjaan yang sangat sulit. Tapi, saya perlu angkat topi kepada mereka.

Kemarin saya ke Bali dan bertemu dengan beberapa orang dari YPKP yang mengumpulkan beberapa korban untuk pertama kalinya. Mereka mulai dari kira-kira 25 orang yang berkumpul. Ada korban selamat dan dulunya yang pernah ditahan. Mereka bisa menceritakan bagaimana pembantaian terjadi di Bali.

Permulaan yang baik untuk Bali. Saya dengar, hal ini juga sudah mulai dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang penting, harus dilakukan secara teliti juga mengenai tempat lokasi sebenarnya, jumlahnya, identitas korbannya, saksinya, di kemanakan mayatnya, dan lain sebagainya. Sungguh, sebuah pekerjaan yang memakan waktu lama, memerlukan energi dan ketekunan sangat tinggi.

Selain menyelidiki korban, apalagi yang bisa dilakukan?
Sebetulnya banyak misteri-misteri dari kejadian itu yang sudah diungkapkan. Ada banyak sekali tulisan di luar negeri tentang masalah itu. Tapi masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat Indonesia.

Istilah G30S/PKI, misalnya. Sebetulnya istilah itu ditetapkan oleh Soeharto. Pelaksananya saat itu menyebut hanya dengan istilah G-30 S.
Sementara Soekarno menyebutnya Gestok (Gerakan Satu Oktober).
Padahal, dalam gerakan itu tidak hanya orang PKI yang terlibat.
Bahkan ada kekuatan lain yang melencengkan gerakan, dari hanya menculik dan menghadapkan para jenderal ke Presiden, menjadi membunuhinya.

Lalu apa keuntungan Soeharto mengubah istilah itu?
Pemberian istilah G-30 S/PKI ini menjadikan kesan bahwa Soeharto mau menutup fakta bahwa kejadian yang terjadi pada tanggal 1 Oktober itu adalah pertikaian di dalam kalangan TNI sendiri, dan justru dia juga terlibat di sana.

Anda sangat yakin Soeharto terlibat?
Kolonel Latief mengatakan begitu. Soeharto, kata Latief, sudah tahu peristiwa G-30 S sejak sebelumnya. Dan tak ada bantahan yang meyakinkan atas cerita Latief tersebut. Lalu coba Anda lihat, G-30 S itu bertujuan merebut RRI dan Kantor Telekomunikasi. Itu letaknya di Medan Merdeka. Di seberang kantor Kostrad pimpinan Soeharto. Kalau tidak ada kaitan dengan Soeharto, bagaimana bisa G-30 S merebut RRI
dan Telekomunikasi, tanpa Kostrad menghalanginya malam itu?

source : http://www.progind.net/modules/wfsec...?articleid=191
 
Di buku berjudul "Saya terbakar amarah sendirian", pramoedya ananta toer juga bilang bahwa sarwo edie mengakui membinasakan jutaan rakyat indonesia dengan alasan pengikut komunis.... Saat itu orang dipenjarakan tanpa pengadilan, dijatuhkan vonis tanpa pembelaan. Bahkan ada kesaksian dari kedutaan besar AS saat itu, orang dipenjarakan seperti semut, tanpa perlakuan yang manusiawi... Penjara dipenuhi orang melebihi kapasitas, diberi makan juga tidak memadai.... Jadi mereka banyak yang mati lemas. Bahkan di penjara di digul pun Pram bilang, kalau dia tidak diperjuangkan masyarakat asing, nyawanya pun pasti lewat begitu saja. Karena di pengasingan itu, nyawa narapidana tidak ada harganya. Yang bawa senjatalah penguasa di situ.

Dokumen CIA yang menyangkut PKI, sampai detik ini belum juga dibuka oleh pemerintah AS. Padahal mereka mempunyai kebijaksanaan, setiap 25 tahun, dokumen inteligen akan dibuka untuk publik. Dengan alasan over sensitive, dokumen-dokumen tersebut masih ditutup. Kita liat, dengan mangkatnya Soeharto, apakah dokumen tersebut finally dibuka....
 
Back
Top