'Emaknya' Programer Go-Jek Hengkang, Kejar Mimpi Jadi Menteri

spirit

Mod
e3c1bf79-9e45-4e59-a768-69681149e70b.jpg

Alamanda Shantika Santoso (Foto: detikINET/Irna Prihandini)

Jakarta - Go-Jek ditinggal salah satu petinggi pentingnya. Alamanda Shantika Santoso yang menjabat sebagai Vice President memutuskan untuk cabut dari perusahaan ojek online itu. Ada apakah?

Berbincang dengan detikINET, perempuan yang kerap disapa Ala ini mengungkapkan alasan kenapa dirinya mendadak hengkang dari Go-Jek.

Ala mengatakan keputusan keluar dari Go-Jek tidaklah tiba-tiba. Sebab sudah dipertimbangkan masak-masak sejak lama. Ia pun menampik dugaan sudah tidak sevisi dengan CEO Go-Jek Nadiem Makarim.

"Sudah dipertimbangkan sejak tiga bulan lalu. Kalau dibilang sudah tidak sevisi dengan Nadiem tak benar, justru saya berhutang dengannya. Karena Nadiem yang bisa bikin saya sampai punya pemikiran kayak sekarang" ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, saat mengambil keputusan untuk keluar dari Go-Jek dirasa Ala cukup berat. Sebab Go-Jek sudah dianggap seperti anaknya sendiri yang dibesarkannya dari lahir hingga tumbuh besar seperti sekarang ini.

Tapi karena keinginan Ala untuk melakukan hal yang lebih besar lagi untuk bangsa ini, rasa berat itu pun dikuburnya. Dengan tekad bulat, sosok yang kerap disebut sebagai umi (ibu) para programer Go-Jek ini memutuskan untuk meninggalkan kursi Vice President.

"Bekal untuk Go-Jek sudah cukup, jadi saya lega ninggalinnya. Sekarang saatnya saya berbagi bekal untuk teman-teman lain yang mau bangun startup," tuturnya.

"Kan mau jadi Menteri Pendidikan," imbuhnya sembari tertawa.

Saat berbincang dengan detikINET beberapa waktu lalu, Ala memang sempat mengutarakan cita-cita yang ingin dikejarnya. Selain meneruskan pendidikan ke jenjang doktoral, dia rupanya tertarik juga mengincar kursi Menteri Pendidikan.

"Ngambil PhD di Stanford University, balik ke Indonesia saya benar-benar fokus ke edukasi. Jadi dosen, guru besar dan Menteri Pendidikan," ujarnya kala itu.

Lantas bagaimana respons Nadiem sendiri saat Ala mengajukan pengunduran diri? Perempuan yang hobi membaca ini mengatakan Nadiem mengaku sedih. Namun pada akhirnya bos besar Go-Jek itu mengerti dan ikhlas melepas Ala.

"Nadiem bilang I let you fly," tutur Ala.

9b5ec231-10b3-4b84-bbaf-fd68a41b69e9.jpg

'Emaknya' Programer Go-Jek Hengkang, Kejar Mimpi Jadi Menteri

Selepas Go-Jek


Banyak rencana yang sudah dipersiapkan Ala selepas tak lagi di Go-Jek. Ingin terjun dalam membesarkan dunia digital Tanah Air menjadi salah satu fokus utamanya.

"Mau jadi bagian dalam membangun mimpi anak-anak Indonesia. Jadi saya pengen ada buat anak-anak Indonesia, kemarin cuma buat anak-anak saya di Go-Jek," kata Ala.

Wanita berperawakan mungil itu melihat anak-anak Indonesia punya mimpi yang luar biasa. Sayangnya banyak yang bingung untuk mengeksekusi mimpi tersebut.

"Saya sudah dapat pelajaran dari Go-Jek. Dan itu yang ingin saya bagikan," tuturnya.

Karena itu selepas Go-Jek, Ala langsung disibukkan dengan Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. Program tersebut digagas oleh Kementerian Kominfo dan Kibar Kreasi Indonesia guna memberikan solusi atas segala permasalahan yang ada di negeri ini.

"Satu Go-Jek saja bisa menghidupkan 250 ribu orang. Kalau ada seribu startup seperti Go-Jek artinya bisa menghidupkan 250 juta orang," ujarnya.

Wanita berusia 27 tahun ini juga mengatakan dirinya akan berkonsentrasi pada Femaledev dan mempersiapakan sebuah proyek yang masih dirahasiakannya.

"Akan segera diumumkan, tunggu Kamis (6/10/2016) ya," pungkas Ala. (afr/ash)


sumber
 
Startup Mulai Tak Sehat: Pembajakan dan Gaji Ketinggian

cfaa3afc-d86e-4c14-929f-26fc3b3b0757.jpg

Punya pengalaman bertahun-tahun di dunia digital Tanah Air sejatinya modal yang cukup untuk mendirikan startup sendiri. Tapi Alamanda Shantika Santoso memilih jalur berbeda.

Setelah hengkang dari Go-Jek, Alamanda memutuskan bergabung dengan inkubator startup, Kibar Kreasi. Dengan kiprahnya selama ini, rasanya tidak sulit bagi dirinya membuat perusahaan sejenis, tetapi ia lebih memilih berkolaborasi.

"Saya berpikirnya, bila saya dan Yansen (Pendiri sekalgius CEO Kibar) berdiri masing-masing tidak akan sebaik bila berdiri bersama. Kolaborasi itu lebih kuat dari sendiri-sendiri," kata wanita yang kerap disapa Ala ketika ditemui di kantor Kibar di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (10/6/2016) sore.

Bergabungnya Ala ke Kibar tidak terlepas dari kesamaan visi keduanya. Mereka ingin membangun ekosistem startup Indonesia lebih baik. Ala melihat ekosistem startup mulai sedikit tidak sehat, terutama soal pembajakan karyawan. Kebanyakan muncul startup baru dan menawarkan gaji berlipat-lipat.

"Ini akan merusak range salary, lama-lama anak-anak startup mindsetnya hanya duit," keluhnya.

Ala mengkhawatirkan bila range salary makin tinggi ditakutkan akan menjadi startup bubble kayak dotcom bubble. Nasibnya akan seperti Yahoo yang tidak bisa membayar gaji karyawannya.

"Makanya saya mikirnya bagaimana kita bisa membangun ekosistem yang sehat. Saat buka web Kibar, ternyata salah satu visinya ekositem builder, akhirnya saya bergabung," papar wanita yang hobi membaca ini.

1_8fd77609-e0f3-40f9-8f4b-347.jpg

Emang Gampang Jadi Nadiem?

Saat pindah kantor dari Kemang ke Menteng, Ala tidak merasakan perbedaan. Justru yang dirasakan sebaliknya.

"Amazing juga sih, banyak orang dari segala bidang di sini. Anak-anaknya semangat banget. Kaya ada satu visi gitu, membangun bangsa. Ini sama semangatnya dengan di Go-Jek," ujar Ala.

Soal peran barunya pun, sedikit banyak mirip di Go-Jek. Selama pekan pertamanya di Kibar, Ala telah melakukan observasi untuk menyiapkan apa saja yang akan dilakukannya ke depan, salah satunya penerapan pola kerja efektif.

"Di sini energinya tinggi banget, begitu pula semangatnya. Anak-anaknya juga kreatif. Itu tidak bisa dipungkiri. Tapi belum ada yang mengatur agar lebih efektif, di situlah saya akan membantu," jelas wanita kelahiran Jakarta ini.

Untuk program 1.000 Startup, Ala ingin memberi perspektif dari sisi praktisi. Saat ini dirinya tengah membentuk tim dan komposisi di dalamnya.

Bersama Yansen, ia coba mendemotivasi banyak pihak yang ingin terjun ke startup. Keduanya akan melempar pertanyaan soal niat dan keseriusan membuat startup. Sebab harus punya visi yang jelas, jangan hanya ingin punya kartu nama dengan jabatan CEO dan Founder,

"Emang gampang mau kayak Nadiem? Emang Nadiem gampang mikirin meski ngegaji ribuan orang. Itu yang harus kita tanemin, bukan karena lagi hits aja. Tapi memang punya purpose dan visi yang jelas. Jangan sampe kecemplung karena tren doang," tegas Ala.

sumber
 
Last edited:
wah keputusan yang luar biasa, mampu mengambil keputusan seprti ini menurut ane sih memang bukan hal yang mudah, kalau saran ane sih, baiknya Emak bikin wadah baru aja, yang disitu bisa jadi ajang belajar atau yang menjembatani stratup startup baru untuk bisa terus tumbuh dan mencapai goal yang mereka inginkan,, ane rasa itu bisa menjadi tempat untuk menyalurkan ilmu sang Emak,
 
wah keputusan yang luar biasa, mampu mengambil keputusan seprti ini menurut ane sih memang bukan hal yang mudah, kalau saran ane sih, baiknya Emak bikin wadah baru aja, yang disitu bisa jadi ajang belajar atau yang menjembatani stratup startup baru untuk bisa terus tumbuh dan mencapai goal yang mereka inginkan,, ane rasa itu bisa menjadi tempat untuk menyalurkan ilmu sang Emak,

betul dan itu sedang dipersiapkan, kedepan nantinya para programmer bidang starup tidak semata nyari duit tapi juga berinovasi utk menciptakan hal2 baru
 
Jatuh Bangun Ala: Jual DVD untuk Mengejar Gelar PhD

a152a95e-ed63-467b-831d-0a426e46527b.jpg

Karier Alamanda Shantika Santoso terlihat begitu mulus. Padahal untuk meraih semua itu, wanita mungil ini harus banting tulang di usia remaja.

Di masa kecilnya, keluarga Alamanda cukup bergelimang harta. Ayahnya seorang pengusaha perbankan, memiliki rumah cukup besar dengan mobil berjejer di garasi.

Namun kehidupan selalu berputar bak roda pedati. Ketika ayahnya terkena stroke, sedikit demi sedikit harta yang dimiliki terkuras habis untuk biaya pengobatan.

"Ibu saya sempat jadi tukang masak di rumah nenek demi mendapatkan serantang makanan untuk keluarga di rumah," cerita Ala, sapaan akrabnya, ketika ditemui di kantor Kibar Kreasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (6/10/2016) sore.

Kondisi ini membuat rencana kuliah Ala di luar negeri hancur seketika. Padahal ayah, ibu dan kakaknya merupakan lulusan luar negeri, demikian pula para sepupunya. Malang bagi Ala, harapan untuk kuliah di Universitas Indonesia pun ikut kandas. Krisis keuangan yang menimpa keluarganya tidak mampu membiayai ujian masuk.

"Ibu saya tidak punya uang untuk mendaftar SPMB, waktu itu sebesar Rp 150 ribu," kenangnya.

Namun Ala remaja tidak lantas patah semangat. Ia putar otak agar bisa mencicipi bangku kuliah. Ia lantas berjualan DVD bajakan."Dulu suka desain, terus beli DVD bajakan photoshop top secret. Akhirnya terpikir untuk menjual DVD tutorial," ujarnya.

Karena dari kecil ia sudah akrab dengan teknologi, Ala pun memasarkan DVD tersebut lewat media sosial yang populer saat itu, Friendster.

"Tiap hari saya cari orang yang sukanya desain, saya kirim pesan ke semua. Friendster dulu membatasi 100 pesan per hari," cerita wanita yang doyan membaca ini.

Pemasukan Ala pun didapat dari mengajar privat anak SD dan SMP. Lagi-lagi ia memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan jasanya itu.

"Saya pake robot untuk ngeblast iklan baris online. Bisa 10 anak tiap minggu. Satu kali datang Rp 70 ribu, lumayan untuk anak kuliahan," ujarnya.

Es Potongroyong

Karier Ala yang cemerlang mendatangkan pundi-pundi uang yang tidak sedikit. Jerih payahnya mampu membeli dua unit mobil Mercedes Benz. Walau demikian ia merasa kurang sepenuhnya bahagia.

"Masuk mobil mercy memang keren, kayak dalam pesawat. Tapi kebahagiannya sesaat. Seminggu pakai itu mobil rasanya biasa aja. Kebahagiaan yang lebih malah saya dapati ketika saya bisa membahagiakan orang lain," ujarnya.

Salah satu yang dilakukannya membantu para startup lokal agar dapat maju dan berkembang. Ia lantas meninggalkan posisi Vice President di Go-Jek dan bergabung dengan Kibar Kreasi, perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengembangan ekosistem startup digital untuk mewujudkan hal tersebut.

"Sebenarnya banyak yang menawarkan saya untuk bergabung, tapi saya memilih Kibar karena sevisi dengan saya untuk membangun bangsa ini," tutur Ala.

"Saat Hari Kartini lalu, ibu saya berpesan selama ini saya sudah membimbing anak-anak di Jakarta dan Jogja, jangan lupa lho anak-anak yang di pelosok yang belum tersentuh internet. Ini saatnya saya mewujudkan pesan tersebut," yakinnya.

Wanita berkacamata ini pun tengah menggulirkan program Es Potongroyong. Program ini mengajak relawan untuk membantu anak jalanan mandiri dan dapat mewujudkan cita-cita mereka.

"Ini ajaran ayah saya. Beliau semasa hidupnya sering membantu orang. Ketika kami mengalami kesusahan, banyak bantuan yang datang," katanya.

Mengejar Gelar PhD

Ala masih menyimpan mimpi yang ingin segera diwujudkannya. Ia ingin kuliah kembali mengambil gelar PhD di luar negeri.

"Pengen ngambil neuroscience di Stanford," katanya.

Mimpinya itu sempat tertunda saat dirinya di Go-Jek. Pasalnya Nadiem tidak memberikan izin.

"Dari ngomongnya pelan, email pakai kata-kata inspiratif, sampai marah yang intinya gak ngizinin mau kuliah lagi," ungkap Ala.

Tapi kini ia ingin segera mewujudkan mimpinya itu. Ia berharap ada lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP) ada yang memberikannya beasiswa.

"Mudah-mudah LPDP mau memberikan beasiswa kepada saya. Pengennya tahun depan kalau dapet beasiswa, biar cepat balik ke Indonesia dan jadi Menteri," tutup wanita energik ini. (afr/ash)

 
walah kuper ni aku. gak pernah pakai app go-jek.
kalo dia mumpuni napa ga ditarik ke LIPI sih... masih dicari programer2 yg bisa membuat rakyat indonesia "pinter" agar lewat ilmunya bisa menutup kebutuhan hidup hariannya.

- n1 -
malu nih aku.. sampai saat ini jik tetep2 jadi "dukun", dropseler herabalabal sama tukang khayal...
 
walah kuper ni aku. gak pernah pakai app go-jek.
kalo dia mumpuni napa ga ditarik ke LIPI sih... masih dicari programer2 yg bisa membuat rakyat indonesia "pinter" agar lewat ilmunya bisa menutup kebutuhan hidup hariannya.

- n1 -
malu nih aku.. sampai saat ini jik tetep2 jadi "dukun", dropseler herabalabal sama tukang khayal...

pake motor sendiri ngapain juga pake gojek :)


kl ak sering banget pake go-jek atau go-car, lbh efektif saat berada di luar kota. Tentu yg ada layanan go-jek. Blm semua daerah ada go-jek seperti halnya Kendari, Manado, dll
 
Go-Jek Ditinggal Salah Satu Pendirinya

185123814671105-10157549819985591-76478861709-47606-n780x390.jpg

Michaelangelo Moran.

Salah satu pendiri (co-founder) Go-Jek Michaelangelo Moran atau yang akrab dipanggil Mikey Moran mengundurkan diri dari startup penyedia layanan transportasi online tersebut.

Pengumuman pengunduran diri Moran dibuat melalui akun Facebook pribadinya, Selasa (18/10/2016) sore ini.

"Its been such an amazing 6 year journey, but with a sad and heavy heart, my time in GO-JEK has come to an end," demikian tulis Moran.

"I would like to thank everyone who has helped me along the way, inside and outside of the company," imbuhnya.

Mikey bersama dengan Nadiem Makarim mendirikan Go-Jek pada 2010 lalu. Berdua mereka merintis Go-Jek dari nol hingga kini perusahaan tersebut telah mendapat suntikan dana hingga triliunan rupiah.

Mundurnya Mikey dari Go-Jek diakuinya sebagai pilihan yang sulit, namun ia percaya Go-Jek akan terus berkembang di tangan para petinggi dan karyawannya.

14671105_10157549819985591_7647886170903947606_n.jpg

Belum diketahui ke mana Mikey akan berlabuh selanjutnya. Ia juga menyatakan akan terus memberikan dukungannya kepada Go-Jek.

KompasTekno telah berupaya menghubungi juru bicara Go-Jek Rindu Ragilia untuk mengonfirmasi kabar ini, namun belum mendapatkan jawaban.

Update: Pihak Go-Jek membenarkan hengkangnya Mikey dari Go-Jek. CEO Go-Jek juga memberikan tanggapan dan menyebut karir yang dipilih Mikey setelah meninggalkan Go-Jek. Selengkapnya baca di Nadiem Makarim Sedih Ditinggal Rekan Sesama Pendiri Go-Jek.

Mikey bukan satu-satunya orang penting Go-Jek yang hengkang dalam kurun satu bulan ini. Sebelumnya, Go-Jek juga ditinggal oleh Vice President of Technology Product Go-Jek, Alamanda Shantika Santoso.

Ala, panggilan akrabnya, meninggalkan posisinya di Go-Jek pada awal Oktober lalu.

Go-Jek juga sedang mendapat tekanan dari para pengemudinya yang menuntut perubahan dalam penghitungan sistem performa yang diterapkan.

Minggu lalu, massa yang terdiri atas driver Go-Jek berunjuk rasa di depan kantor pusat Go-Jek menuntut perubahan penghitungan performa. (Baca: Dilema Go-Jek, Peningkatan Performa dan Unjuk Rasa Pengemudinya)

sumber
 
Back
Top