Sebuah Pengakuan

akugue

New member
SEBUAH PENGAKUAN Cerpen Cinta dari E-Fa



Beat lagu RUDEBOX-nya Robbie Williams masih menghentak, ketika hapeku bergetar. Kukecilkan volume speaker di samping monitor pisiku. Biasanya kalau dari nomor yang dirahasiakan seperti ini aku akan abaikan. Tapi entah kenapa yang satu ini aku angkat juga. “Hallo …”, sapaku beralih konsen kepada suara di seberang sana. “Hallo… assalamu’alaikum…”, sahut suara di seberang sana lembut. Tiba-tiba hatiku kelu. Suara itu mengingatkanku pada Jane. Ah.. tapi mana mungkin. Tiga tahun aku kehilangan Jane, di mana dia aku tak tahu. Jane hilang seperti ditelan bumi. Tak ada kabar, tak ada berita, sungguh-sungguh misterius. “Hallo…?”, suara diseberang mengembalikan kesadaranku. “Eh.. ya.., wa’alaikum salaam… maaf, emmh siapa ya ?”, tanyaku sambil menata hati. Duet Robbie Williams dan Nicole Kidman dalam SOMETHING STUPID dari speaker terdengar menggantikan lagu sebelumnya.“Waah… itu pasti Something Stupid, kan ?... masih suka dengerin ya?”.. suara di seberang tak memberikan jawaban dan balik bertanya, membuatku semakin penasaran. Tiba-tiba bayang-bayang Jane berkelebat di kepalaku. Kenangan-kenangan manis bersamanya seperti air bah yang segera memenuhi isi kepalaku. Jane yang manis, kenes dan penuh canda. Jane yang semampai, Jane yang memesonaku. Ah.. betapa naifnya aku, betapa bodohnya aku tak bisa menerima Jane hanya sebagai teman. Andai, Allah memberiku kesempatan untuk kembali ke masa lalu, mungkin aku bisa memperbaikinya. Astaghfirullah… aku menggeleng-gelengkan kepala mengusir bayang-bayang masa laluku. Ampuni aku ya Allah, telah menodai kesetiaan Dhea istriku, dan Gita anakku. Aku menekan perasaan rinduku, berusaha menguburnya bersama lembar-lembar merah jambu di dalam dadaku. Meski ini berat tapi harus kulakukan. Demi Dhea, demi Gita…
“Romi.. kau masih mendengarku ?”, tanya suara di seberang. ‘Jane… kau kah itu ?’, tanyaku penuh ragu. ‘Iya… ini aku… maaf lama nggak ngasih kabar, maaf aku kabur meninggalkanmu..” suara Jane menjadi begitu dalam. Setelah kejadian itu tiga tahun Jane tak bisa memaafkanku. Dia mengaku menyayangi pula diriku. Hanya saja dia tak pernah menyangka bila aku tega berbuat tak senonoh terhadap dirinya. “Ah.. Jane tak tahukah kamu bahwa aku hanya ingin menyatakan kesungguhanku ?”… runtukku dalam hati. “Romi, aku tak sempat menyatakan perasaanku padamu. Aku berusaha mengubur namamu, dan indahnya hari-hari kita di dalam benakku, tapi ternyata perasaan yang terkubur itu seringkali membuatku tertekan. Seringkali kau hadir menghiasi mimpi-mimpiku, menghadirkan kebahagiaan, yang pada akhirnya harus membuatku menyesali semuanya, ketika aku terbangun. Romi, aku tak kuat menanggung perasaan ini. Maafkan aku bila mengusik kebahagiaan hidupmu, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku juga menyayangi kamu. Tapi aku berharap ini tak akan pernah muncul menjadi sebuah skandal yang memalukan. Biarkanlah perasaan ini hanya aku, kamu dan Allah yang tahu. Aku hanya ingin, setelah pengakuanku ini, kau tak lagi hadir dalam mimpiku, selamat malam Romi, maafkan aku, semoga kita sama-sama hidup dalam sakinah, mawadah, dan rahmah. Assalaamu’alaikum…”. Aku terpana. “Eh.. seben.. ah terlambat !”, aku hanya bisa mengeluh. Percakapan sudah berakhir. Bahkan aku tak tahu nomor telepon Jane yang dirahasiakan. Ah.. Jane ternyata engkau lebih memiliki keberanian mengutarakan perasaanmu. Jane.. kemana lagi harus kucari dirimu. Tak tahukah kamu bahwa pengakuanmu itu justru membuatku semakin mengharapkanmu…

wismacinta Cerpen Cinta Dari : E-Fa dikirim pada tanggal 24 Aug 2007
 
Back
Top