JAKARTA-Pamor premium makin tergerus oleh pertalite. Konsumen
kini lebih memilih menggunakan pertalite ketimbang premium.
Sebab, pertalite lebih irit. Selain itu, selisih harga premium
dan pertalite juga tak terlalu besar. Vice Presiden Fuel
Marketing PT Pertamina (Persero) Afandi mengatakan, kehadiran
pertalite mengakibatkan penggunaan bensin bersubsidi premium
menurun. "Pangsa pasar premium tinggal 44 persen pada maret
2017,"katanya di kantor pusat Pertamina, Selasa (4/4).
Menurut Afandi, perubahan tersebut mencerminkan mayoritas
masyarakat makin menyadari kualitas BBM dan pengaruhnya terhadap
kondisi kendaraan. Sebelom kehadiran pertalite, pangsa pasar
premium tercatat mencapai 85 persen dari total seluruh produk
BBM milik Pertamina. Jumlah itu menurun tajam hingga Maret lalu.
Yakni, tinggal 44 persen. Lebih dari separuh Konsumen premium
telah beralih ke bensin RON 92 atau pertamax.
Perinciannya, sebanyak 38 persen konsumen premium mencapai 44 persen, pertamax 18 persen. Artinya, 38 persen konsumen premium pindah ke pertalite dan ke pertamax 14 persen," terangnya. peralihan konsumsi bukan sekadar harga. Sebab, berdasar survei Pertamina, konsumen menganggap pertalite dan pertamax lebih efisien serta menghasilkan tenaga yang lebih besar dan maksimal.
Tiap liter pertamax dan pertalite juga bisa di gunakan untuk jarak tempuh yang lebih jauh."Berdasarkan riset kami, yang mulai banyak membeli pertalite justru tukang ojek karena biaya per kilometer lebih murah. Energi yang ditimbulkan jauh lebih powerful dari pada premium. dari sisi bahan bakar lebih hemat sepuluh persen,"tuturnya.
Dari sisi wilayah, perpindahan jumlah konsumen dari premium terjadi sangat besar di Pulau Jawa. Sebab, sebagian besar kendaraan minimal harus menggunakan RON 90. Di jawa, posisi premium tinggal 30 persen, yang masih dominan konsumsi premium itu adalah Kalimantan dan timur indonesia,"paparnya
Sumber Tangsel Pos
kini lebih memilih menggunakan pertalite ketimbang premium.
Sebab, pertalite lebih irit. Selain itu, selisih harga premium
dan pertalite juga tak terlalu besar. Vice Presiden Fuel
Marketing PT Pertamina (Persero) Afandi mengatakan, kehadiran
pertalite mengakibatkan penggunaan bensin bersubsidi premium
menurun. "Pangsa pasar premium tinggal 44 persen pada maret
2017,"katanya di kantor pusat Pertamina, Selasa (4/4).
Menurut Afandi, perubahan tersebut mencerminkan mayoritas
masyarakat makin menyadari kualitas BBM dan pengaruhnya terhadap
kondisi kendaraan. Sebelom kehadiran pertalite, pangsa pasar
premium tercatat mencapai 85 persen dari total seluruh produk
BBM milik Pertamina. Jumlah itu menurun tajam hingga Maret lalu.
Yakni, tinggal 44 persen. Lebih dari separuh Konsumen premium
telah beralih ke bensin RON 92 atau pertamax.
Perinciannya, sebanyak 38 persen konsumen premium mencapai 44 persen, pertamax 18 persen. Artinya, 38 persen konsumen premium pindah ke pertalite dan ke pertamax 14 persen," terangnya. peralihan konsumsi bukan sekadar harga. Sebab, berdasar survei Pertamina, konsumen menganggap pertalite dan pertamax lebih efisien serta menghasilkan tenaga yang lebih besar dan maksimal.
Tiap liter pertamax dan pertalite juga bisa di gunakan untuk jarak tempuh yang lebih jauh."Berdasarkan riset kami, yang mulai banyak membeli pertalite justru tukang ojek karena biaya per kilometer lebih murah. Energi yang ditimbulkan jauh lebih powerful dari pada premium. dari sisi bahan bakar lebih hemat sepuluh persen,"tuturnya.
Dari sisi wilayah, perpindahan jumlah konsumen dari premium terjadi sangat besar di Pulau Jawa. Sebab, sebagian besar kendaraan minimal harus menggunakan RON 90. Di jawa, posisi premium tinggal 30 persen, yang masih dominan konsumsi premium itu adalah Kalimantan dan timur indonesia,"paparnya
Sumber Tangsel Pos