Uber 'Bakar' Uang Rp 37,2 Triliun Sepanjang 2016

spirit

Mod
461919ba-d1c0-4a9a-afef-810a8aa582a4_169.jpg

Pertumbuhan Uber yang terbilang pesat selama 2016 mempunyai dampak tersendiri, yaitu mereka 'sukses' merugi sebesar USD 2,8 miliar, atau sekitar Rp 37,2 triliun.

Angka kerugian yang fantastis ini tak termasuk kerugian Uber di China, yang sebelumnya disebut mencapai USD 1 miliar per tahun. Kerugian Uber di Negeri Tirai Bambu itu tak dihitung karena mereka sudah menjual unit bisnisnya itu ke pesaingnya, yaitu Didi Chuxing.

Juru bicara Uber Momo Zhou mengkonfirmasi angka kerugian puluhan triliun rupiah tersebut, seperti dilansir CNN Money, Minggu (16/4/2017). Meski menderita banyak kerugian, secara performa, pertumbuhan penjualan Uber terbilang besar namun dengan angka kerugian yang konstan, alias tak ikut naik.

"Kami sangat beruntung karena mempunyai bisnis yang sehat dan terus tumbuh, memberikan kami cukup ruang untuk melakukan perubahan yang kami butuhkan baik di sisi manajemen, akuntabilitas, kebudayaan, organisasi dan hubungan kami dengan para sopir, ujar Rachel Holt, GM uber bagian AS dan Kanada dalam pernyataannya.

Langkah Uber yang mempublikasikan laporan keuangannya ini sebenarnya mengagetkan. Pasalnya, sebagai perusahaan privat, mereka tak diwajibkan untuk melaporkan keuangannya.

Namun mempublikasikan sebagian kondisi keuangannya yang positif bisa meningkatkan kepercayaan diri, baik bagi investor, karyawan atau pun pihak terkait lain. Terlebih lagi karena Uber beberapa bulan belakangan sering dilanda masalah, dari pelecehan seksual antar karyawan hingga gerakan boikot #DeleteUber yang viral di media sosial.

sumber
 
Wah, Uber Ketahuan Rugi Rp 10 Triliun

Sudah bukan rahasia umum kalau layanan ride sharing seperti Uber masih dalam tahap 'bakar bakar uang' dengan tujuan menggaet pengguna sebanyak-banyaknya. Tapi cukup bikin mengernyitkan dahi juga kalau kerugian yang diderita mencapai triliunan.

Laporan dari Bloomberg yang mengutip sumber terkait menyebutkan kalau Uber menderita kerugian USD 800 juta atau di kisaran Rp 10,7 triliun. Itupun belum memperhitungkan operasional mereka di China.

Di kuartal sebelumnya, kerugian Uber menurut Bloomberg malah lebih dari angka USD 800 juta tersebut. Sehingga di kuartal III 2016, kerugian sebenarnya bisa sedikit ditekan.

Adapun pendapatan di kuartal III 2016 mencapai USD 1,7 miliar, naik dari angka USD 1,1 miliar di kuartal sebelumnya. Perusahaan yang didirikan CEO Travis Kalanick ini diperkirakan akan meraih pendapatan total USD 5,5 miliar di tahun fiskal 2016.

Mengapa layanan ride sharing asal Amerika Serikat itu 'membakar' uang begitu banyaknya?Sebagai perbandingan, kerugian terbesar yang dialami retail online terbesar di dunia, Amazon, adalah sebesar USD 1,4 miliar. Kerugian di tahun 2000-an itu membuat CEO Amazon, Jeff Bezos memecat sampai 15% karyawan.

"Uber kehilangan uang lebih cepat dari perusahaan teknologi lain dan ini disebabkan terutama karena komponen penting dalam operasi perusahaan itu, yakni para pengemudinya," sebut Michael Nunez, kolumnis media teknologi, Gizmodo.

Uber memang menerapkan prinsip yang dianut banyak startup, yaitu tumbuh cepat terlebih dulu, baru mencari uang. Maka tarif agresif pun diterapkan untuk menarik pelanggan. Namun tetap dianggap kurang sehat jika mereka terlalu banyak mengeluarkan subsidi bagi pengemudi.

Kerugian besar sepertinya tidak hanya dialami oleh Uber. Bisa dibilang, hampir semua layanan ride sharing saat ini masih dalam tahap 'bakar' duit untuk memperluas pasarnya, belum sama sekali menghasilkan laba. Mereka mengincar laba dalam jangka panjang.


sumber
 
461919ba-d1c0-4a9a-afef-810a8aa582a4_169.jpg

Pertumbuhan Uber yang terbilang pesat selama 2016 mempunyai dampak tersendiri, yaitu mereka 'sukses' merugi sebesar USD 2,8 miliar, atau sekitar Rp 37,2 triliun.

Angka kerugian yang fantastis ini tak termasuk kerugian Uber di China, yang sebelumnya disebut mencapai USD 1 miliar per tahun. Kerugian Uber di Negeri Tirai Bambu itu tak dihitung karena mereka sudah menjual unit bisnisnya itu ke pesaingnya, yaitu Didi Chuxing.

Juru bicara Uber Momo Zhou mengkonfirmasi angka kerugian puluhan triliun rupiah tersebut, seperti dilansir CNN Money, Minggu (16/4/2017). Meski menderita banyak kerugian, secara performa, pertumbuhan penjualan Uber terbilang besar namun dengan angka kerugian yang konstan, alias tak ikut naik.

"Kami sangat beruntung karena mempunyai bisnis yang sehat dan terus tumbuh, memberikan kami cukup ruang untuk melakukan perubahan yang kami butuhkan baik di sisi manajemen, akuntabilitas, kebudayaan, organisasi dan hubungan kami dengan para sopir, ujar Rachel Holt, GM uber bagian AS dan Kanada dalam pernyataannya.

Langkah Uber yang mempublikasikan laporan keuangannya ini sebenarnya mengagetkan. Pasalnya, sebagai perusahaan privat, mereka tak diwajibkan untuk melaporkan keuangannya.

Namun mempublikasikan sebagian kondisi keuangannya yang positif bisa meningkatkan kepercayaan diri, baik bagi investor, karyawan atau pun pihak terkait lain. Terlebih lagi karena Uber beberapa bulan belakangan sering dilanda masalah, dari pelecehan seksual antar karyawan hingga gerakan boikot #DeleteUber yang viral di media sosial.

sumber
Kerugian Uber di Negeri Tirai Bambu itu tak dihitung karena mereka sudah menjual unit bisnisnya itu ke pesaingnya, yaitu Didi Chuxing.
wah yang di china udah dijual ya

Didi Chuxing itu seperti gojeknya china kali ya?
 
wah yang di china udah dijual ya

Didi Chuxing itu seperti gojeknya china kali ya?

sudah bs di prediksi sebenarnya jika perusahaan itu merugi secara hitung2an angka. Gaji karyawan dan bonus driver tidak sebanding dengan biaya operasional bulanan. Mereka bisa tetap eksis karena modal yang kuat. Sama halnya dengan Go-jek sebenarnya merugi
 
kalau menurut ane, uber dan layanan ojek online lainnya itu memang untuk saat ini belum berorientasi profit gan,, ada hal lain yang ingin mereka bangun,, dan perusahaannya pun punya dana yang mungkin tidak terbatas,, jadi bukan jadi hal yang bermasalah ketika menghabiskan uang triliunan untuk membangun sebuah pondasi yang kuta,,
 
Back
Top