Perempuan Ahli Ibadah Yang Masuk Neraka Hanya Karena Air Wudhu

destiination

New member
Berikut ini adalah cerita tentang dua orang dengan kondisi yang kontras, seorang laki-laki kaya raya dan perempuan papa. Dalam keseharian pun, keduanya tampak begitu berbeda. Sang lelaki hidupnya padat oleh kesibukan duniawi, sementara wanita yang miskin itu justru menghabiskan waktunya untuk selalu beribadah. Kesungguhan dan kerja keras lelaki tersebut membawanya pada kemapanan ekonomi yang diidamkan. Kekayaannya tak ia nikmati sendiri. Keluarga yang menjadi tanggung jawabnya merasakan dampak ketercukupan karena jerih payahnya. Lelaki ini memang sedang berkerja untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya.

Nasib lain dialami si perempuan miskin. Para tetangganya tak menemukan harta apapun di rumahnya. Kecuali sebuah bejana dengan persediaan air wudhu di dalamnya. Ya, bagi wanita taat ini, air wudhu menjadi kekayaan yang membanggakan meski hidup masih pas-pasan. Bukankah kesucian menjadikan ibadah kita lebih diterima dan khidmat? Dan karenanya menjanjikan balasan yang jauh lebih agung dari sekadar kekayaan duniawi yang fana ini? Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani dalam kitab al-Minahus Saniyyah mengisahkan, suatu ketika ada seorang yang mengambil wudhu dari bejana milik perempuan itu. Melihat hal demikian, si perempuan berbisik dalam hati, “Kalau air itu habis, lalu bagaimana aku akan berwudhu untuk menunaikan sembahyang sunnah nanti malam?”

34417926005_9ea5a3942d_m.jpg


Apa yang tampak secara lahir tak selalu menunjukkan keadaan sebenarnya. Diceritakan, setelah meninggal dunia, keadaan keduanya jauh berbeda. Sang lelaki kaya raya itu mendapat kenikmatan surga, sementara si perempuan papa yang taat beribadah itu justru masuk neraka. Apa pasalnya sehingga di ceritakan seperti itu?. Lelaki hartawan tersebut menerima kemuliaan lantaran sikap zuhudnya dari gemerlap duniawi. Kekayaannya yang banyak tak lantas membuatnya larut dalam kemewahan, cinta dunia, serta kebakhilan. Apa yang dimilikinya semata untuk kebutuhan hidup, menunjang keadaan untuk mencari ridla Allah.

Pandangan hidup semacam ini tak dimiliki si perempuan. Hidupnya yang serbakekurangan justru menjerumuskan hatinya pada cinta kebendaan. Buktinya, ia tak mampu merelakan orang lain berwudhu dengan airnya, meski dengan alasan untuk beribadah. Ketidakikhlasannya adalah petunjuk bahwa ia miskin bukan karena terlepas dari cinta kebendaan melainkan “dipaksa” oleh keadaan.

Syekh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani menjelaskan dalam kitab yang sama bahwa zuhud adalah meninggalkan kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, tapi bukan berarti mengosongkan tangan dari harta sama sekali. Segenap kekayaan dunia direngkuh untuk memenuhi kadar kebutuhan dan memaksimalkan keadaan untuk beribadah kepada-Nya. Nasihat ulama sufi ini juga berlaku kebalikannya. Untuk cinta dunia, seseorang tak mesti menjadi kaya raya terlebih dahulu. Karena zuhud memang berurusan dengan hati, bukan secara langsung dengan alam bendawi.
 
katanya nih.. yg pernah tak pelajari juga.
orang mati ketentuan mau dinerakakan pa disurgakan nunggu ntar kalo dunia sudah kiamat. saat penantian hari kiamat sukma2 masih di "alam-penantian".(namanya bisa macam2)
....

- n1 -
saat ini sukma2 yg se"jalan" dg apa yg tak pikirkan+kerjakan ada di"alam"ku. mau mendptkan ilmu/pengetahuan ini bisa kok kaji lewat trid ku
 
, kok bisa balik lagi ke masa sekarang ?
Biar bisa cerita kalo pernah lihat orang masuk neraka karena air wudhu.
....
Loh kenapa bisa gitu ya
Kan air wudhu bukanya buat shalat
Kenapa masuk neraka!
Ya memang ceritanya dibuat gitu! Kok buktikan saja besok2 kalo sampai neraka lihat/tanya dianya.
....
cxixixixi.. gak perlu binnun! Cerita agar orang gak perlu pelit, besok bisa di"nerakakan" sama gusti Allah. Makanya, bagi2 pulsa cepetannnn... nih punyaku 0811806543 isio sebanyak mungkin ya!
 
Back
Top