Tabungan Tidak Diakui Sekolah, Rosita Panik dan Coba Bunuh Diri

spirit

Mod
2fb7fdbf-a7f8-4bd6-97c2-c7874d19dc3b_43.jpg

Saat mengetahui tabungannya sebesar Rp 42 Juta tidak diakui oleh pihak sekolah, Rosita (15) depresi. Siswi kelas 9 MTS Negeri Tumpang, Kabupaten Malang, ini mencoba bunuh diri meminum obat sakit kepala dicampur minuman bersoda.

"Minum paramex dengan sprite. Untung di rumah, jadi langsung bisa ditolong," ujar Wijiyati, ibunda Rosita kepada detikcom, Selasa (20/6/2017).

Sulung bersaudara itu, sempat dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Dengan alasan mendekati lebaran, keluarga memilih agar Rosita mendapatkan perawatan jalan.

"Karena lebaran rawat jalan saja. Ini juga takut dia akan bunuh diri lagi, makanya kami perhatikan betul," kata Wijiyati.

Menurut dia, putrinya memang agak berbeda ketika diminta untuk menagih uang tabungan di sekolah. Pada awalnya, Wijiyati tidak mengetahui, jika uang tabungan itu tak diakui. "Baru tahu saat mau bunuh diri," tuturnya.

Rosita sempat mengaku, kalau uang yang disetor untuk ditabung tidak diberikan oleh wali kelas. Hal itulah yang mengakibatkan dirinya panik, karena orang tuanya terus meminta hasil uang ditabung.

"Iya itu, gurunya tak memberikan. Katanya tidak ada tabungan, dengan jumlah sampai Rp 42 juta seperti yang kami miliki dalam catatan," jelas Wijiyati.

Meski diragukan kebenarannya oleh pihak sekolah, Wijiyati tetap menyakini jumlah tabungan yang telah disetor sesuai dengan catatan yang dimilikinya.

"Sampai kapanpun akan kami tagih," tegasnya.


sumber
 
Ortu Rosita Menuntut Tabungan Anaknya Rp 42 Juta Dikembalikan

Rosita mulai menabung Rp 20 Juta di sekolahnya MTS Negeri I Tumpang, Kabupaten Malang, semenjak duduk di bangku kelas 9. Kini, tabungan Rosita tidak diakui pihak sekolah.

Wijiyati, ibunda Rosita menerangkan, awal uang tabungan mulai disetor ke wali kelas pada 24 September 2016 sebesar Rp 20 juta. Nilainya memang cukup besar, tapi Wijiyati bersama Suryono punya alasan, kenapa uang itu ditabungkan ke sekolah.

"Kami pikir nanti saat lulus bisa diambil. Untuk Rosita masuk SMA, dan kebutuhan lebaran. Kami percaya saja, karena ditabung di sekolah," terang Wijiyati kepada detikcom, Selasa (20/6/2017).

Selama duduk di bangku kelas 9, Rosita telah berulangkali menyetor uang tabungan, uangnya berasal dari kedua orang tuanya. Hingga jumlahnya mencapai Rp 42,7 juta, uang sebesar itu diyakini telah ditabung karena keluarga Rosita memiliki catatan.

"Semua yang menabung Rosita dan kami selalu mencatat. Tetapi ketika mau diambil, katanya tidak ada. Aneh, karena ketika waktu bayar SPP, wali kelas selalu menawari untuk dipotong dari uang tabungan," jelas ibu dua anak ini.

Wijiyati sangat menyesalkan sikap dari wali kelas yang tidak mengakui, bila putrinya pernah menabung. Padahal, uang tabungan langsung diberikan kepada wali kelas.

"Aneh, setor ke wali kelas. Tapi tak diakui, kami kesal," sesal Wijiyati.

Pertemuan untuk menyelesaikan masalah itu sempat digelar pihak sekolah, namun justru semakin menambah kejengkelan keluarga Rosita. Karena, wali kelas tetap saja membantah, pernah menerima uang tabungan Rosita.

"Percuma ada pertemuan, uang kami tidak diakui," ujar Wijiyati.

Keluarga Rosita enggan membawa perkara ini ke jalur hukum. Menurut mereka, penyelesaian dengan cara begitu, tidak akan mengembalikan uang tabungan Rosita.

"Kami hanya ingin uang itu diberikan. Daripada lapor ke polisi, sampai bapaknya menantang untuk sumpah pocong," tegas Wijiyati.

Sampai kapanpun, lanjut dia, akan terus berupaya menagih uang tabungan itu. Apalagi, dirinya sangat membutuhkan uang, untuk sekolah Rosita ke jenjang berikutnya (SMA) dan lebaran.

"Tetap kami akan menagih," tandasnya.
 
Keluarga Rosita Siap Sumpah Pocong Buktikan Tabungan Rp 42 Juta

Sumpah pocong menjadi jalan terakhir untuk menyelesaikan tabungan Rosita yang hilang di sekolahnya. Rosita adalah siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTS) 1 Tumpang yang mengaku memiliki tabungan kurang lebih sebesar Rp 42 juta.

Kasus uang tabungan Rosita mencuat, setelah siswi kelas 9 Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTS) 1 Tumpang itu nekat bunuh diri, dengan menengak obat sakit kepala dengan minuman bersoda.

Mediasi untuk menyelesaikan masalah sempat digelar oleh sekolah, wali kelas, orang tua Rosita serta jajaran Muspika Kecamatan Tumpang. Namun, tidak ada titik temu dalam pertemuan tersebut.

Kepala Sekolah MTS Negeri 1 Tumpang, Pono, membantah tidak adanya titik temu soal uang tabungan Rosita. Kepada detikcom, Pono mengakui persoalan sudah selesai. "Sudah clear," tegas Pono saat dikonfirmasi, Selasa (20/6/2017).

Pono menambahkan, pihaknya serius ingin menyelesaikan persoalan ini. Sumpah pocong menjadi jalan terakhir pasca pertemuan tidak menemukan titik temu.

"Sumpah pocong permintaan dari mereka. Kami ingin memfasilitasi bersama perangkat desa setempat. Waktu dan tempatnya masih menunggu konfirmasi dari yang bersangkutan," kata Pono.

2fb7fdbf-a7f8-4bd6-97c2-c7874d19dc3b_34.jpg

Menurut Pono, sudah menyarankan agar persoalan ini diselesaikan ke jalur hukum, namun keluarga Rosita lebih memilih sumpah pocong. "Dari mereka menginginkan sumpah pocong, untuk membuktikan siapa yang benar," terang Pono.

Pono mengungkapkan, tidak pernah menginstruksikan para siswa menabung, tetapi dari kasus Rosita murni inisiatif wali kelas. "Sementara alasan buku tabungan tidak diberikan, karena takut disalahgunakan siswa. Dengan kasus ini, kami menyetop adanya kegiatan menabung siswa ke sekolah," ungkapnya.


sumber
 
sayangnya berita ini hanya sepihak. harusnya buku tabungannya yg dipegang pihak wali kelas di foto juga atau bisa juga wawancarai siswa lain yang menabung.

hebat benar anak itu bisa nabung tiap hari jutaan
 
Kisah Lain di Balik Kematian Rosita Pemilik Tabungan Rp 42 Juta

c8e32d9b-0f33-4858-a10a-e943a24d0419_169.jpg

Jenazah Rosita dimakamkan kemarin/Foto: Muhammad Aminudin

Rosita (16), muncul dengan kontroversi tabungan Rp 42 juta yang tidak diakui sekolahnya saat masih duduk di MtS Negeri Tumpang. Dibalik itu, ternyata ada kisah lain yang mengenaskan.

Hari ini, Rosita sebenarnya akan 'diselamatkan' oleh Dinas Sosial, KPAI, dan aparat desa dari rumah orang tuanya, Suliono (42) dan Wijiyati (37). Namun, sebelum semuanya terwujud, Rosita sudah ditemukan meninggal di dalam kamarnya, Jumat (29/7/2017) pagi kemarin.

"Sebenar kami (sekolah) bersama dengan Dinas Sosial, KPAI, dan Aparat Desa, hari ini, berencana akan menyelamatkan Rosita. Dengan mengambil alih pengasuhan oleh negara," terang Pono, Kepala Sekolah MtS Negeri 1 Tumpang kepada detikcom, Sabtu (29/7/2017).

Pono mengaku, ada beberapa fakta dan bukti kuat untuk mengungkap kebenaran dari persoalan yang pernah terjadi. Tetapi, bagi dia, sangat tabu untuk membeberkannya, karena sangat bertolak belakang dan diakui oleh orang tua Rosita.

[CENTER
93cab5c3-5672-425c-ac66-294c374ae479_169.jpg

Risita mendekap boneka kesayangannya/Foto: Muhammad Aminudin[/CENTER]

"Semua mohon disikapi dengan bijak, ada fakta-fakta yang bisa membuktikan semua itu tidak benar. Kami sangat berduka dengan meninggalnya Rosita," ungkap Pono.

Rencana pendampingan Dinas Sosial dan pihak terkait untuk Rosita, turut dibenarkan aparat kepolisian.

"Ada rencana memang mau dijemput oleh dinas sosial," tegas Kapolsek Tumpang AKP Yusuf Suryadi terpisah.

Ada dugaan kuat, Rosita mengalami tekanan terkait tabungan yang diklaim telah disetorkan kepada sekolah.

Disisi lain, sekolah memiliki bukti mengacu kepada buku tabungan dengan nilai yang berbeda jauh.

"Dulu kami sempat menawarkan agar melapor ke polisi, tapi keluarga tidak mau. Mungkin buktinya kurang kuat," ujar Yusuf.

sumber
 
Polisi Temukan Obat di Kamar Rosita saat Lakukan Olah TKP

474cf093-da5c-4ee9-b7ea-b2f09581ff14_169.jpg

Almarhum Rosita dan sang ibu (Foto: Muhammad Aminudin/dok)

Rosita sempat sakit sebelum ditemukan meninggal. Rosita mempunyai sakit lambung yang membuatnya mengonsumsi sejumlah obat untuk perawatan.

"Kalau keterangan keluarga, korban mengalami sakit lambung sebelumnya. Dan mengonsumsi beberapa obat," ujar Kasatreskrim Polres Malang AKP Azi Pratas Guspitu kepada detikcom, Jumat (28/7/2017).

Sejumlah obat jenis anti biotik ditemukan polisi saat melakukan olah tempat kejadian perkara di rumah Rosita, Dusun Glendangan, Desa Ngingit, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

"Ada beberapa obat anti biotik kami temukan di dalam kamar. Belum bisa dipastikan apakah bunuh diri atau karena obat. Keluarga menolak autopsi. Kami akan dalami," kata Azi di ujung telpon.

Nama Rosita mencuat setelah muncul pengakuan jumlah tabungan di sekolah yang mencapai Rp 40 juta lebih. Sekolah pun membantah besaran tabungan itu, karena mengklaim nilai tabungan Rosita hanya Rp 135 ribu sesuai catatan di buku tabungan.

Puasa Ramadan lalu, Rosita sempat berniat mengakhiri hidupnya dengan menenggak obat sakit kepala bercampur minuman bersoda. Beruntung nyawa sulung dari dua bersaudara ini bisa diselamatkan.


sumber
 
Keluarga Tolak Autopsi, Kematian Rosita Jadi Tanda Tanya

f4ae3cf5-9515-4f79-b456-c0ffa266b6a6.jpg

Liang lahat yang disiapkan untuk jenazah Rosita (Foto: Muhammad Aminudin)

Penyebab kematian Rosita masih menjadi tanda tanya. Sebelum ditemukan meninggal, Rosita sempat mengalami sakit. Misteri kematian tersebut semakin suram karena keluarga Rosita menolak autopsi.

"Keluarga menolak autopsi, kami tetap menghormati keputusan keluarga, asal mau membeberkan alasan," ungkap Kapolsek Tumpang AKP Yusuf Suryadi kepada detikcom, Jumat (28/7/2017).

Yusuf mengaku, penanganan kematian Rosita kini ditangani Satreskrim Polres Malang. Upaya otopsi yang ditolak keluarga bisa juga menyulitkan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian Rosita.

"Autopsi sebagai langkah untuk mengungkap penyebab pasti kematian korban melalui medis. Keluarga menolak dan telah mencantumkan pernyataan tidak akan menuntut siapapun," tegas Yusuf di ujung telpon.

Kapolsek mengakui, Rosita pernah mencuat dengan persoalan buku tabungannya. Saat itu, pihaknya sudah menawarkan agar diselesaikan melalui jalur hukum.

Tetapi keluarga Rosita sepertinya tidak menginginkannya. Hingga kemudian Rosita ditemukan tewas di dalam kamarnya tadi pagi.

"Dulu sudah kami sarankan, silakan melapor jika memang menduga ada pelanggaran hukum. Tetapi tidak direspons orang tuanya," terang Yusuf.

Hingga kini, keluarga belum dapat diwawancarai mengenai kematian Rosita. Jenazah Rosita telah dimakamkan di TPU setempat, Desa Ngingit, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, siang tadi.

"Jenazah sudah dimakamkan, setelah visum luar dan olah TKP selesai dilakukan," tegas Yusuf.


sumber
 
kasus ginian ni yg perlu dpt perhatian khusus Organisasi/ikatan/orang2 yg suka meng atas-namakan "PERLINDUNGAN ANAK".
gak cuman bikin kisruh HAM saja. blum keliatan idungnya tindakan positif yg dilakukan.
namanya saja badan suka-suka....

- n1 -
bikin ngenes saja ni bocah. sampai matipun gak ada berita kejelasannya gimana.
 
Back
Top