Mahasiswa UNAIR Ciptakan Alat Deteksi Dini Penyakit ”Angin Duduk”

zulfeekei

New member
PKMKC-i-Humble-new-ok.jpg


Ada sebagian masyarakat menyebutnya “angin duduk”. Dalam bahasa kedokteran disebut sebagai Angina Pectoris, merupakan salah satu jenis penyakit jantung yang menyerang secara mendadak akibat kurangnya pasokan oksigen pada otot-otot jantung.

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute's Atherosclerotic Risk in Communities (ARIC), kematian karena “angin duduk” ini mencapai 37% per tahun. Saat ini, deteksi terhadap gangguan kesehatan bernama “angin duduk” ini dapat dilakukan menggunakan Electro Cardio Graph (ECG).

Sayangnya, ECG ini hanya dimiliki rumah sakit saja, sehingga pasien “angin duduk” sebagian besar tak tertolong, apalagi di daerah-daerah terpencil yang jauh dari rumah sakit.

Berangkat dari kebutuhan yang penting itulah, lima orang mahasiswa Universitas Airlangga menciptakan alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini penyakit “angin duduk” ini. Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) Universitas Airlangga yang berkreasi ini diketuai Ahmad Nurianto, dengan anggota Aji Sapta, Rahardian, Difa Fanani, dan Novi Dwi.

Setelah melalui seleksi yang ketat pada Dirjen Dikti, proposal PKM-KC karya Ahmad Nurianto Dkk ini berhasil lolos seleksi, dan berhak mendapatkan dana pengembangan dari Kementerian Riret Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) program PKM tahun 2016-2017.

Dijelaskan oleh Ahmad Nurianto, alat inovasinya itu diberi nama i-Humble, singkatan dari Innovation Heart Monitoring Portable Device. Alat ini dilengkapi dengan filter digital dan sistem pakar. Dengan menggunakan filter digital, dimaksudkan agar grafik sinyal jantung yang dihasilkan lebih mudah dibaca.

i-humble.jpg


Selain itu, alat yang dihasilkan memiliki ukuran yang relatif kecil, dikarenakan komponen yang digunakan merupakan komponen digital. Dengan ukuran yang kecil itulah, alat ini mudah untuk dipindah-pindah dan dapat digunakan pada kondisi darurat.

Pada alat ini juga ditambahkan sistem pakar yang dapat mendeteksi besar resiko pasien terserang penyakit “angin duduk”. Alat ini juga menggunakan tampilan layar sentuh, sehingga menambah nilai plus pada kemudahan pengoperasian alat ini pada penggunanya.

Menjawab news.unair.ac.id, dikatakan Ahmad, bahwa biaya yang dibutuhkan untuk membuat alat ini tidaklah besar. Pengoperasiannya pun mudah.

“Dengan demikian kami berharap alat ini dapat menjangkau tenaga medis yang berada di pelosok-pelosok desa di Indonesia, mengingat deteksi dini angin duduk dan penyakit jantung lainnya penting untuk seluruh masyarakat Indonesia,” kata Ahmad Nurianto.
 
Back
Top