Presiden baru Singapore

spirit

Mod
Dilantik jadi presiden Singapura, Halimah Yacob panen pujian dari perdana menteri

dilantik-jadi-presiden-singapura-halimah-yacob-panen-pujian-dari-perdana-menteri.jpg

Merdeka.com - Dalam pelantikan Halimah Yacob sebagai presiden baru Singapura sore tadi, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan perempuan 63 tahun itu akan menjadi pemersatu bangsa dan menjadi presiden bagi seluruh rakyat Singapura.

Lee juga menyampaikan ucapan selamat kepada Halimah dan menyebut pelantikan itu sebagai momen sejarah penting bagi Singapura.

Halimah Yacob menjadi presiden perempuan muslim pertama dari etnis melayu dalam sejarah Singapura. Dia akan menjabat posisi itu selama enam tahun.

"Ibu Presiden, Anda telah membuat pemilihan presiden ini jadi perhatian sepenuh hati saudara sebangsa. Anda membuktikan telah mengabdi dan mempunyai catatan gemilang sebagai pelayan publik," kata Lee, seperti dilansir laman Channel News Asia, Kamis (14/9).

"Namun ada perbedaan jelas antara menjadi presiden dan jabatan Anda sebelumnya. Kini sebagai presiden, Anda harus menjadi sosok pemersatu bangsa dan mewakili seluruh rakyat Singapura. Saya yakin Anda akan mampu menjalankan tugas baru ini," ujar Lee.
 
Baru sehari dilantik, Presiden Singapura sudah dihantam kritik

Merdeka.com - Baru sehari dilantik menjadi Presiden Singapura, sosok Halimah Yacob sudah dikritik oleh penduduk setempat. Nada miring itu terlontar dengan alasan pengangkatan Halimah tidak mencerminkan demokrasi.

Dilansir dari laman The Guardian, Rabu (13/9), kritik itu mulai tersebar di dunia maya dan jejaring media sosial sejak kemarin. Rata-rata yang melontarkan kritik berasal dari etnis mayoritas China. Di mata mereka, pengangkatan Halimah sebagai Presiden Singapura tanpa pemilihan tidak bisa diterima. Pada kenyataannya pemerintah Singapura yang otoriter dan dikuasai kelompok politik tertentu memang bisa bertindak sesuka hati.

"Terpilih tanpa pemilihan. Lelucon," kata seorang warga Singapura, Pat Eng, dalam akun Facebook.

"Mulai saat ini saya akan memanggilnya Presiden Dipilih," tulis warga Singapura lainnya, Joel Kong. Beberapa bahkan menambahkan tagar #NotMyPresident di belakang unggahan mereka di media sosial.

Kewenangan presiden Singapura juga terbatas. Namun, dia mempunyai hak veto terhadap kebijakan pemerintahan. Hanya saja sepertinya hal itu tidak menimbulkan gejolak terlampau besar lantaran biasanya jarang terjadi konflik tajam antara kabinet serta perdana menteri, presiden, serta parlemen.

Halimah tadinya merupakan juru bicara parlemen Singapura berasal dari etnis minoritas muslim Melayu. Pemerintah memutuskan tidak menggelar pemilihan karena dua lawannya merupakan, Saleh Marican dan Farid Khan, dianggap tidak memenuhi syarat. Sebab, kekayaan mereka dalam perusahaan masing-masing kurang dari SGD 500 juta. Sedangkan Halimah meski bukan pengusaha, dia pernah menjabat sejumlah posisi di pemerintahan dan dianggap cakap dan layak menduduki kursi presiden.

Sebelum terpilih menjadi presiden, Halimah memilih terlebih dulu mundur dari keanggotaan Partai Aksi Rakyat (PAP). Dia menjadi politikus di partai itu selama dua dekade.

Pemerintah Singapura memutuskan membolehkan jabatan presiden diisi oleh etnis minoritas Melayu, sebagai cara buat membina kerukunan masyarakat antar-etnis di Negeri Singa, yang penduduknya mencapai 5,5 juta orang dengan etnis mayoritas China. Namun, sebagian kalangan 'konservatif' tidak setuju dengan cara itu. Mereka merasa semestinya jabatan presiden tidak boleh diberikan begitu saja tanpa pemilihan, apalagi sudah disiapkan kandidat dari etnis tertentu.

Hal ini menjadi bertentangan lantaran pemerintah Singapura menerapkan sistem otoriter dalam menjalankan negara. Mereka membatasi kebebasan pers dan mengeluarkan pendapat, termasuk dialog soal politik. Sebab, percaturan politik di Singapura selalu dikuasai PAP dari masa ke masa. Sedangkan partai lainnya seperti Partai Buruh, Partai Rakyat Singapura, Partai Demokratik Singapura, Partai Solidaritas Nasional, Partai Reformasi, Aliansi Demokratik Singapura, Partai Progresif Singapura, Partai Singapura Pertama, dan Partai Kekuatan Rakyat sepertinya cuma menjadi penggembira.

Maka dari itu, alasan mereka mengkritik kebijakan memberikan kursi kepresidenan kepada Halimah, dan tidak menggelar pemilihan sukar dipahami. Toh sebagian besar masyarakat meyakini pemilihan umum atau pemungutan suara di Singapura sepertinya tidak perlu terjadi lantaran pemenangnya sudah bisa diperkirakan jauh hari. Mereka juga bisa sesuka hati menggugurkan kandidat tertentu dari kontestasi politik. Seperti dialami Tan Cheng Bock.

Tan mendadak dihapus dari daftar calon presiden lantaran pemerintah dikuasai PAP khawatir bakal kalah. Tan menggugat keputusan itu dan minta digelar pemilihan ulang, tetapi tidak dikabulkan.

Penduduk Singapura juga mengkritik Halimah dari sisi latar belakang etnis. Hal tentu seperti mencoreng wajah negara itu yang selalu menggalakkan harmonisasi dalam kemajemukan dan perbedaan. Hanya saja memang dalam stratifikasi sosial, etnis Melayu sebagai minoritas menduduki posisi paling bawah di sana.

Sedangkan bagi kalangan warga Melayu, pernyataan seperti itu dianggap mengingkari prinsip meritokrasi dianut Singapura. Yang mana seharusnya suatu penganugerahan sebuah jabatan didasarkan atas kemampuan, dan tidak dilihat dari perbedaan ras.

Walau dikritik dari berbagai sisi, nampaknya Halimah yang di masa lalu sempat mencicipi rasanya berjualan nasi Padang di kaki lima tetap sabar.

"Saya berjanji akan melakukan apapun yang saya mampu buat melayani rakyat Singapura. Dan hal itu tidak akan berubah walau digelar pemilihan atau tidak," kata Halimah.
 
Presiden Singapura Halimah Yacob dulu jualan nasi Padang pakai gerobak

presiden-singapura-halimah-yacob-dulu-jualan-nasi-padang-pakai-gerobak.jpg

Merdeka.com - Nama Halimah Yacob mendadak jadi perbincangan di kalangan masyarakat dunia. Wanita 63 tahun tersebut merupakan seorang muslimah pertama yang berhasil menduduki jabatan sebagai presiden Singapura.

Halimah yang merupakan mantan Ketua Parlemen Singapura, secara resmi ditetapkan sebagai presiden dan mendapat sertifikat kelayakan setelah mengalahkan empat kandidat lain yang tidak memenuhi untuk ikut pencalonan.

Dilansir dari laman Straits Times, Selasa (12/9), perjalanan karir Halimah untuk menjadi presiden tidak dilaluinya dengan mudah. Dia juga mengalami masa-masa sulit bersama dengan keluarganya.

Wanita yang lahir di Queen Street tersebut merupakan anak terakhir dari lima bersaudara. Dia dilahirkan dari orangtua keturunan Melayu. Pada tahun 1962, ayahnya yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga keamanan meninggal dan tugas mencari nafkah otomatis digantikan oleh sang ibu.

Ibu Halimah berjualan nasi padang menggunakan gerobak dorong di sekitar jalan Shenton untuk menghidupi anak-anaknya sebelum akhirnya membeli sebuah kios jajanan. Halimah yang saat itu masih berusia 8 tahun sering ikut membantu ibunya bersih-bersih, mencuci piring, membersihkan meja, hingga melayani pelanggan.

Halimah bersekolah di Singapore Chinese Girls School. Dia menjadi satu dari sedikit murid keturunan Melayu di sana. Dia lalu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Singapura dan mengambil jurusan hukum.

Setelah lulus, Halimah bergabung dengan National Trades Union Congress (NTUC) sebagai pegawai di bidang legal. Dia menghabiskan waktu 30 tahun di sana sebelum akhirnya ditunjuk menjadi wakil sekretaris jenderal.

Halimah kemudian terjun ke dunia politik atas desakan Perdana Menteri Goh Chok Tong. Dia pernah dinominasikan dan memenangkan empat pemilihan umum sejak masuk ke dunia politik, seperti kursi di Jurong GRC dan Marsiling-Yew Tee GRC.

Karir Halimah di bidang politik berkembang dengan pesat. Pada 2011 dia ditunjuk sebagai Menteri Negara di Kementerian Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga. Kemudian pada 2013, dia ditunjuk sebagai perempuan pertama Ketua Parlemen Singapura.

Pada 2017, Halimah memberanikan diri maju dalam pemilihan presiden dan memenangkan jabatan tersebut pada 11 September. Kini Halimah sedang mempersiapkan diri untuk pengukuhan presiden yang akan dilakukan Rabu (13/9).

Saat ditanya tujuan utamanya mengikuti pemilihan umum, tanpa ragu Halimah menjawab, "Saya ingin melayani rakyat Singapura dan negri ini. Itu tujuan utama saya tak ada yang lain".
 
Perdana menteri berkuasa di Singapura, lalu apa tugas presiden?

perdana-menteri-berkuasa-di-singapura-lalu-apa-tugas-presiden.jpg

Merdeka.com - Halimah Yacob hari ini akan dilantik menjadi presiden Singapura. Perempuan 63 tahun itu tercatat sebagai muslimah pertama dari etnis minoritas Melayu yang menjadi presiden Singapura.

Sama seperti di Inggris, perdana menteri Singapura yang dipegang Lee Hsien Loong saat ini adalah kepala pemerintahan sedangkan presiden sama seperti Ratu Inggris yang merupakan jabatan bersifat seremonial atau formalitas saja. Namun presiden juga memiliki hak veto atas keputusan-keputusan yang diambil pemerintah, termasuk soal anggaran negara dan penyelidikan kasus korupsi.

Dikutip dari laman Wikipedia, sebelum 1991, presiden ditunjuk oleh parlemen. Namun setelah perubahan konstitusi maka presiden dipilih langsung oleh rakyat dengan masa jabatan enam tahun.

Presiden bertugas mengangkat anggota kabinet atas saran perdana menteri. Selain itu presiden juga mengangkat Hakim Agung, Jaksa Agung, panglima angkatan bersenjata, serta komisioner kepolisan.

Dalam mengambil keputusannya, presiden juga disarankan berkonsultasi dengan Dewan Penasihat Presiden (CPA). Anggota dewan ini terdiri dari enam orang, dua orang pilihan presiden, dua orang dari saran perdana menteri, dua dari saran hakim agung, dan satu lagi dari saran kepala Komisi Pelayanan Publik. Presiden juga berhak memilih salah satu dari mereka sebagai ketua dewan penasihat presiden.
 
Back
Top