Opini: Krisis Nuklir Korea Utara akan Berlanjut Setelah Olimpiade Musim Dingin

Politik

New member
Banyak yang menganggap bahwa Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan, akan meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Masalah parade perdamaian melalui Olimpiade ini adalah, bahwa tidak ada yang benar-benar terselesaikan. Begitu pertandingan berakhir, semua masalah yang sama akan tetap ada. Jika AS melanjutkan latihan militer, Korea Utara dapat kembali melakukan uji coba rudal dan bom. Walau adanya jeda saat Olimpiade, namun kemudian, sayangnya, krisis akan berlanjut.

Oleh: David Ignatius (The Washington Post)

WASHINGTON—Terkadang diplomasi adalah seni yang berjalan dua arah sekaligus, dan pemerintahan Trump tampaknya telah memilih titik ambiguitas, untuk saat ini, dalam menghadapi perlawanan yang terus berlanjut dengan Korea Utara.

Presiden Donald Trump telah menghentikan hinaan “Manusia Roket Kecil”-nya, dan membanggakan ukuran tombol nuklirnya sendiri. Dia bersikeras bahwa pembicaraan mengenai serangan militer Amerika Serikat (AS) yang dia dorong “benar-benar salah,” dan menyerukan agar dilaksanakannya diskusi dengan Korea Utara “dalam situasi yang tepat.”

Ketegangan tampaknya sudah dimulai. Korea Utara belum melakukan uji coba senjata lebih dari satu bulan, dan telah melakukan perundingan dengan Korea Selatan. Para atlet dan penonton Korea Utara akan menghadiri Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang. AS telah menunda latihan militer terjadwal, hingga medali emas terakhir telah diberikan. Sebut saja diplomasi balap luncur, kalau anda mau, tapi meja perundingan paling tidak telah ditetapkan.

Diplomasi pemerintahan Trump sering dikutip: Jika anda tidak menyukainya, tunggu sesaat lagi. Tapi setidaknya sampai akhir Februari, kita akan mengalami pencairan ketegangan di Semenanjung Korea, dan sangat menarik untuk mengeksplorasi apa arti dari pencairan ini.

Trump merasa berjasa atas keberhasilan “perdamaian melalui kekuatan,” dan anda tidak dapat mengabaikan argumennya bahwa ketegasan membawa beberapa keuntungan. Tapi pemenang sesungguhnya di babak ini mungkin adalah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang fokus pada diplomasi dalam pidatonya pada tanggal 1 Januari, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, yang menanggapi positif tawaran tersebut. Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mungkin mendapat “pertolongan”, tapi bukan kemenangan, karena ia bertahan dengan agenda diplomatiknya, terlepas dari serangan berkala dari Trump.

Masalah pada parade perdamaian melalui Olimpiade ini adalah, bahwa tidak ada yang benar-benar terselesaikan. Begitu pertandingan berakhir, semua masalah yang sama akan tetap ada. Jika AS melanjutkan latihan militer, Korea Utara dapat kembali melakukan uji coba rudal dan bom. “Kami telah menghindari peningkatan ketegangan,” kata seorang pejabat AS, namun dalam beberapa bulan, “kami kembali ke titik awal.”

Idealnya, langkah selanjutnya adalah perundingan langsung antara AS-Korea Utara. Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri mengatakan kepada saya bahwa dia berharap perundingan tatap muka akan dimulai sebelum Olimpiade berakhir; AS akan menetapkan tujuan dari perundingan yaitu denuklirisasi di Semenanjung Korea. Korea Utara mungkin menawarkan tujuan yang berbeda, namun Washington mungkin tidak akan peduli, asalkan pihak lainnya muncul. Namun begitu, belum ada tanda bahwa pembicaraan langsung itu akan terjadi.

Pejabat Kementerian Luar Negeri menjelaskan bahwa percakapan dengan Pyongyang dapat “dimulai dari hal yang lebih luas,” dimana masing-masing negara menggambarkan bagaimana mereka melihat masa depan, dan kemudian “bergerak ke arah intinya,” yaitu denuklirisasi. “Olimpiade itu sendiri mungkin merupakan barometer” dari awal pembicaraan, kata pejabat tersebut.

Trump berargumen bahwa kebijakan ancaman nuklirnya selama setahun terakhir telah berhasil. “Apakah ada yang benar-benar percaya bahwa pembicaraan dan dialog akan berlangsung antara Korea Utara dan Korea Selatan saat ini jika saya tidak tegas, kuat, dan bersedia berkomitmen total terhadap ‘niat’ kami terhadap Korea Utara,” dia menulis tweet pada tanggal 4 Januari. Trump terkenal senang disanjung, dan Moon pada pekan ini dengan bijak memuji “sumbangan besar” Trump untuk perundingan damai.

Siapa yang mengalah? Sulit untuk membantah bahwa itu adalah Kim. Melonggarnya ketegangan yang sama-sama dilakukan untuk Olimpiade, terlihat sangat mirip dengan pendekatan “pembekuan untuk pembekuan” yang direkomendasikan oleh Rusia dan China pada tahun lalu, walaupun pejabat AS menolak penyebutan tersebut.

Untuk semua kata-kata dan ucapan selamat dari Trump, diplomasi bulan lalu benar-benar merupakan acara Korea, dimana Kim dan Moon sama-sama menunjukkan kemampuan yang cukup besar. Kim memberikan pidato Tahun Baru dengan kepercayaan dari anggota klub nuklir, namun dia juga bersikap hormat terhadap Seoul. Moon menanggapi dengan penuh semangat, namun dia juga tetap percaya pada Washington, dengan menekankan bahwa diplomasi pada akhirnya harus bertujuan denuklirisasi.

Apa yang dapat dibanggakan oleh Trump adalah, usahanya untuk membangun koalisi internasional yang kuat terkait tuntutan bahwa Korea Utara pada akhirnya harus melepaskan senjata nuklirnya. Rusia dan China telah bergabung dalam serangkaian resolusi Dewan Keamanan PBB yang memberi sanksi kepada Korea Utara, dan pemerasan perlahan ini mulai berdampak. Para diplomat melaporkan dimulainya kekurangan pangan di Korea Utara, dan China memulangkan beberapa pekerja Korea Utara.

Tillerson bertemu di Kanada pada Senin (15/1) sampai Rabu (17/1) dengan para diplomat dari negara-negara yang mengirim pasukan untuk bertempur di Perang Korea hampir 70 tahun yang lalu. Pertemuan itu dimaksudkan untuk memberi sinyal solidaritas dan tekad global. Namun hal itu juga akan menekankan kegagalan koalisi pimpinan AS, sejauh ini, untuk menghentikan Korea Utara menjadi negara nuklir yang de facto.

Walau adanya jeda saat Olimpiade, namun kemudian, sayangnya, krisis akan berlanjut.

Washington Post Writers Group

David Ignatius adalah kolumnis Washington Post.

Sumber : Opini: Krisis Nuklir Korea Utara akan Berlanjut Setelah Olimpiade Musim Dingin
 
Last edited:
Back
Top