Seputar Sepakbola Indonesia

gupy15

Mod
Catatan Sepakbola
Sigit Nugroho


Seperti Orang Pacaran

Bersandar pada pernyataan Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI, Peter Withe telah menjadi masa lalu. Problemnya, hingga naskah ini diturunkan Minggu malam, masa depan tim nasional Indonesia belum jelas. Siapa nakhodanya?

Yang pasti banyak yang alergi pada Peter. Sebutlah pemain yang lengket dengan bangku cadangan atau bahkan terpental di era Peter. Ada Budi Sudarsono atau Boaz-Ortizan Soloza. Dari kubu pengamat dan fan, sekalipun ada beda pendapat, tetap banyak yang pro pada pemecatan Peter.

Ini belum termasuk dari kalangan jurnalis pascainsiden di Bandung. Mereka diperlakukan kasar oleh Jason Withe, putra Peter. Coach Peter sendiri di Singapura berkali-kali menuding pers terlalu menyorotnya negatif. Ofisial senior timnas Piala AFF menyebut gaya buang badan itu ciri khas Peter.

Sepekan saya mencium semua pertentangan itu kala mengikuti Tim Merah Putih langsung di Singapura. Suasana yang kontras dibanding tim di Piala Tiger 2004 di Vietnam.

Kala itu, saya dan Peter bahkan bekerja sama meringankan sanksi Ilham Jayakesuma lewat hasil jepretan kamera. Foto saya dan nota protes Peter mereduksi sanksi Ilham akibat kartu merah berupa larangan main di tiga laga jadi satu laga.

Sikap Positif

Kisah Peter dan sepakbola Indonesia ibarat orang pacaran. Saat cinta, pacar kerempeng dibilang langsing. Gigi berantakan dibilang gingsul, bikin tambah manis. Nah, saat bubaran, cerita berbalik 180 derajat.

Tak tersisa kelebihan Peter. Bahwa dia pelatih brilian, bahkan merangkap manajer sekalipun, orang lupa. Ia motivator ulung. Peter pun menganut prinsip sepakbola positif: attack and attack. Serang dan serang!

Itulah mengapa ia benci tim pencari hasil seri ala Singapura, atau Laos, yang pelatihnya mematahkan semangat pemain dengan bilang timnya kalah kelas, sehari sebelum main!

Jika performa timnas seperti saat melawan Singapura (skor 2-2) atau kala merajalela di putaran final Piala Tiger 2004, rasanya banyak yang tetap respek pada Peter.

Lantas, apa dosa-dosanya? Benarkah ia kurang memahami karakter pemain Indonesia, disiplin overdosis, keras kepala, dan emoh berdiskusi dengan ofisial? Entahlah.

Yang pasti Ivan Kolev sempat kaget saat Budi Sudarsono tak masuk tim inti. Striker Persik itu dicap kurang punya ambisi meski jelas itu dibantah si pemain. Soal disiplin? Peter mengaku dulu kompromistis, kini ia tak mau didikte lagi.

Malah, saat turnamen berlangsung di Vietnam tiga tahun lalu, akibat keluyuran malam Peter ingin membuang enam pemain inti sekaligus! Untung ia diredam ofisial. Ending-nya, bersama pemain ?nakal? itu Indonesia lolos ke semifinal.

Beda Perlakuan

Nah, plus-minus Peter kini terungkap. Ia bukan pelatih buruk, itu pasti. Hanya, ia tak berjodoh dengan Indonesia, itu juga mungkin sekali. Persoalannya, apakah kelak publik bola Indonesia juga akan bersikap sama pada Kolev atau siapa pun pengganti Peter?

Soalnya menghujat adalah keunggulan kita. Ingat saat Peter kita puji setinggi langit sebagai pelatih berkarakter dengan reputasi berkali-kali membawa Thailand jadi kampiun di banyak event. Ingat pula bagaimana Kolev dulu kita depak lantas diganti Peter.

Faktanya, di tangan pelatih asal Bulgaria itu timnas Myanmar jadi kekuatan baru di ASEAN. Mereka bahkan memukul tim senior polesan Peter di Merdeka Games akhir tahun lalu.

Kontradiksi merupakan ciri khas sepakbola. Real Madrid dulu mentransfer David Beckham dari Manchester United karena dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik dunia yang memiliki popularitas tinggi.

Begitu berniat pergi ke LA Galaxy, Presiden Madrid, Ramon Calderon, menyindir Bekcs hanya sebagai bintang film yang ingin mengadu nasib di Hollywood. Di sepakbola memang tak ada yang pasti. Begitulah nasib Peter, Kolev, atau siapa pun pelatih timnas Indonesia kelak. Semua tak pasti.

(bolanews.com)
 
Atep Masuk, Pola Berubah

Timnas U-23
Atep Masuk, Pola Berubah

Timnas U-23 memang akhirnya harus menyerah 0-1 dari klub divisi dua Korea Selatan, Ulsan Hyundai Mipo Dockyard, Jumat (26/1), di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan. Walau begitu, dilihat dari penampilan, aksi Toni Sucipto dkk. tidak terlalu mengecewakan.

Hal ini tak lepas dari kehadiran bintang muda timnas senior, Atep, yang diperbantukan sementara waktu hingga laga Pra-Olimpiade melawan Maladewa.

?Kelemahan paling mencolok yang terlihat selama ini adalah minimnya pasokan bola dari lini kedua ke depan. Hal ini berpengaruh langsung pada produktivitas. Dengan adanya Atep, kondisi itu bisa diperbaiki,? ucap Bambang Nurdiansyah, asisten pelatih timnas.

Atep sendiri mengaku belum nyetel betul dengan rekan-rekannya. ?Jujur secara permainan saya belum puas. Selain masih didera kelelahan pasca-Piala AFF, saya masih kesulitan beradaptasi dengan pola permainan 4-3-3 yang dipakai timnas U-23,? aku Atep.

Selain faktor Atep, semangat bertanding para pemain juga mulai tumbuh seiring kepastian masa depan mereka dari BTN. ?Pemain kami bebaskan melakukan negosiasi dengan klub. Prioritas utama tetap klub lamanya, tapi kalau yang bersangkutan mau pindah tak masalah,? kata Rahim Soekasah, asisten pelatih.

Yang penting bagi manajemen timnas para pemain bisa merasakan atmosfer kompetisi rutin. ?Tapi, syarat utamanya saat kami memanggil mereka untuk TC klub tidak mempersulit,? tambah Rahim.

Pelatih gres, Ivan Kolev, yang baru resmi turun tangan langsung memimpin latihan awal pekan ini berencana melakukan sejumlah perubahan. ?Setelah sepekan mengamati saya melihat bahwa sisi fisik pemain masih kurang bagus. Pemain tak bisa tampil konstan selama 90 menit penuh,? ucap pelatih asal Bulgaria itu.

Selain membenahi fisik, Kolev juga berencana mengganti sistem pola permainan. Kalau selama ini timnas terbiasa memainkan pola 4-3-3, ilmu yang mereka dapat selama di Belanda, di Pra-Olimpiade, kemungkinan Kolev bakal menyulapnya menjadi 4-4-2.

?Kita sesuaikan dengan calon lawan yang dihadapi. Pola 4-3-3 bagus dari sisi penyerangan, tapi menyisakan kelemahan di lini belakang. Tapi, hal itu perlu saya diskusikan dengan asisten,? jabar Kolev. (yos)

Data-Fakta
Timnas U-23: 0
Pemain: Roni Triprasnanto (g); Taufiq Kasrun (k), Wahyu Wijastanto/Ahmad Jupriyanto, Deny Rumba, Pitono, Herman Rohmansyah, Hendra Ridwan, K. Choirul Munif/Jajang Mulyana (43?)/Steffan R. Keltjes (87?), Atep, Toni Sucipto, Gerry Setia.

Ulsan Hyundai: 1 (Lee Hyun Il 32?)
Pemain: Yoo Hyun (g); Park Young Seok, Moon Jong Chul, Kim Byong Gyeom/ Hwang Tae Yung (80?), Kim Won Jae, Choi Yung Nam/Sung Seong Pyo (56?), Jung Jae Suk (k), In Jun Sik, Kim Doo Hee/Kim Young Hoo (56?), Lee Hyun Il/Amn Seong Nam (56?), Gu Hyun Seo/Woo Choo Young (64?) Pelatih: Choi Soon Ho
 
Instropeksi lah PSSI

siapapun pelatih nya bahkan kalau mampu mengontrak Bora Mulitinovic (pelatih kebangsaan Serbia) yang selalu sukses mengantarkan tim nas ke Piala dunia dari 1994 sampai 2002 kalau kompetisi domestik masih kacau ditambah kurang bernyali nya mental pemain apabila maen di luar kandang, -selama ini ada kesan pemain yang merumput di Liga Indonesia hanya mau all out kalau main di kandang sendiri- sebaiknya kita berkaca pada mental tanding pemain saat tahun 1980 bahkan sebelumnya (sewaktu olimpiade melbourne,maaf taunnya lupa) yang mana pd saat itu pemain kita dengan gagah nya bisa menahan soviet 0 - 0 meski pun di pertandingan kedua kita dihajar 4 - 0
tapii saat itu pelatih soviet pun memuji penampilan pemain2 indonesia

Dan lagi dalam pemilihan pemain tim nas jangan lah terlalu Persija / PERSIT Sentris seperti yang terjadi selama ini, masih banyak kok pemain dari luar kedua klub tersebut yang berkualitas tetapi kenapa gak dipanggil :( semacam Boaz Salossa atau Edu Ivakdalam
 
Back
Top