Satelit Rakitan Indonesia Berhasil Mengorbit

gupy15

Mod
Kamis, 11 Januari 2007

Satelit Rakitan Indonesia Berhasil Mengorbit



JAKARTA -- Satelit pertama hasil karya putra-putra Indonesia akhirnya bisa dikendalikan dari Stasiun Bumi Rumpin, Serpong. Satelit yang diberi nama Lapan-Tubsat ini akan mengorbit di atas langit Indonesia empat kali sehari.
'

'Kemarin (Selasa, 9/1), satelit itu sudah bisa kita track dari Stasiun Bumi Rumpin. Artinya, satelit itu sudah bisa kita kendalikan, sehingga kita bisa mengetahui, misalnya temperaturnya maupun instrumen data yang lain seperti baterai,'' kata Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Agus Nuryanto, kepada Republika, Rabu (10/1).

Menurut Agus, satelit yang pembuatannya membutuhkan biaya Rp 25-Rp 30 miliar ini akan sangat berguna bagi Indonesia. Ini karena satelit itu berisikan video surveillance dan store and forward communication. Video surveillance ini memuat dua kamera. Kamera pertama mempunyai resolusi 5-6 meter, dan kamera kedua resolusinya sebesar 200 meter. Pada kamera pertama, radiusnya bisa mencakup hingga 3,5 kilometer, sedangkan kamera kedua, mampu memotret wilayah hingga radius 81 kilometer..

Satelit pertama yang lebih dari 60 persennya dirakit sendiri oleh insinyur-insinyur Indonesia ini, diluncurkan dengan menumpang roket Polar Satellite Launch Vehicle-C7 milik India dari Sriharikota, India pada pukul 10.30 WIB, Rabu (10/1). Kemudian pada pukul 11.00-12.00 WIB, roket itu melakukan pemisahan (separasi). Pertama kali berhasil di-track dari Stasiun Bumi Berlin, Jerman pukul 15.30 WIB. Dan, pada pukul 21.30 WIB semalam, satelit itu berhasil di-track dari Stasiun Bumi Rumpin. Pada pagi hari ini, satelit itu akan diuji coba memotret wilayah di Bumi.

Ke depannya, dengan adanya kamera beresolusi tinggi tersebut, satelit ini dapat difungsikan untuk memetakan hutan yang kebakaran, banjir di suatu daerah, ataupun semburan lumpur. ''Asal masih utuh dan tidak berada di dalam laut, bangkai pesawat Adam Air yang hilang bisa dilacak. Asalkan itu tadi, bangkainya ada di daratan,'' jelasnya . Proyek Lapan-Tubsat sendiri merupakan hasil kerja bareng antara Lapan dengan Universitas Teknik Berlin. Lapan telah mengirim empat insinyur muda sebagai tim inti untuk belajar, mulai dari merancang, memberi komponen, dan mengintegrasikan komponen satelit itu menjadi satu. Di Berlin, mereka juga mendapatkan arahan dari seorang profesor.

Namun, kalau ditotal, jumlah insinyur yang dikirimkan sebenarnya ada 16 orang. Tidak hanya dari Lapan, mereka juga berasal dari LIPI, PT LEN, PT DI, dan ITB. ''Waktu yang diperlukan sekitar satu tahun enam bulan dan Rp 10 miliar telah dikeluarkan untuk merakit satelit pertama buatan Indonesia ini,'' kata Agus yang juga Ketua Program Satelit Mikro Indonesia ini. Dengan alih teknologi ini, Lapan berharap pada 2009-2010 Indonesia sudah mampu membuat satelit sendiri. ''Kalau alat integrasi dan laboratoriumnya kita sudah punya sendiri, mungkin kita bisa merakit di Indonesia,'' kata Agus. has
(republika.co.id)
 
Back
Top