Elpiji Capai Rp 130 ribu

Kalina

Moderator
MALINAU - Harga jual gas elpiji 12 kilogram di Kabupaten Malinau melambung hingga Rp 130 ribu per tabung. Ukuran 14 kilogram tabung dari Malaysia dijual Rp 185 ribu.

Menurut Anton Nauli, pemilik Toko Holla Malinau, harga yang dipatoknya itu disebabkan langkanya pasokan. Dia banyak bergantung pada Malaysia.

''Kalau tabung Indonesia, saya dipasok dari Tarakan. Namun, saya juga banyak dikirimi dari Malaysia,'' ujarnya. "Besok (hari ini, Red), rencananya gas dari Tarakan akan masuk ke Malinau, tapi saya belum tahu jumlahnya,'' lanjut Anton. Lantaran minimnya pasokan, mungkin harga elpiji itu naik lagi.

Mahalnya elpiji di Malinau tersebut, menurut dia, juga disebabkan naiknya ongkos angkut kapal dan ongkos bongkar buruh dari kapal. Belum lagi, ongkos tranportasi ke tempat gudang atau toko juga butuh biaya. "Saat ini, kondisi jalan trans Kaltim yang menghubungkan Bulungan-Malinau rusak parah dan sedang dalam pengerjaan sehingga pasokan pun terhenti," jelasnya.

Di Kota Tarakan naik gila-gilaan. Untuk tabung berisi 12 kg, harga di tingkat eceran saat ini Rp 125 ribu. Padahal, harga dari Pertamina hanya separonya.

Tingginya harga elpiji di pasaran tersebut menjadi sorotan berbagai pihak. Di antaranya, Sekretaris Komisi II DPRD Tarakan Ir Yancong. Dia berharap, Pemerintah Kota Tarakan bisa segera menyikapi dan menekan para agen yang menyalurkan elpiji menurunkan harga hingga batas normal.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Investasi (Deperindagkopin) Tarakan Nasib Map menyatakan, pihaknya tidak memiliki kewenangan terkait hal tersebut. Dalihnya, agenlah yang berhubungan langsung dengan Pertamina.

''Karena masalah elpiji ini berhubungan dengan masyarakat Tarakan, kami akan melakukan penjajakan dengan pihak agen. Walaupun wewenang kami tidak sejauh itu," kata Nasib.

Dia mengatakan, harga yang ditentukan agen elpiji tentu sudah berdasarkan estimasi yang ada. Di antaranya, biaya angkut dari Balikpapan ke Tarakan, biaya pelabuhan, serta biaya lain. Dia mencontohkan, perbandingan harga sembako di Tarakan dengan Tanjung Selor bisa saja lebih murah di Tanjung Selor.

''Kalau di Tanjung Selor, barang dari Surabaya bisa langsung masuk ke pelabuhan. Bahkan, truk pemilik barang bisa langsung mengangkut barangnya sehingga cost bisa ditekan. Kalau di Tarakan, banyak tahapan sehingga cost-nya juga mahal. Kalau distributor disuruh untuk menjual murah dan merugi, siapa mau? Lebih baik tidak berjualan,'' tukas Nasib. (rt3/ash/kik/jpnn/ami)

Jawa Pos
 
Back
Top