bom poso diduga dari semarang

andy_baex

New member
Kelompok ini juga bisa memproduksi peluru sendiri.

WONOGIRI -- Bom yang digunakan dalam kerusuhan Poso ditengarai berasal dari Semarang, Jawa Tengah. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Dody Sumantyawan mengatakan bahan pembuat bom dikirim dari kota itu dengan menggunakan jasa kargo. "Tim sedang melacak dan mengembangkan pemeriksaan untuk mengetahui pengirim sebenarnya," katanya di Wonogiri kemarin.

Menurut dia, saat ini polisi belum mengetahui pengirimnya karena menggunakan nama palsu. Kepolisian tengah menyelidiki keterkaitan antara pengiriman bahan peledak itu dan kelompok-kelompok yang ada di Jawa Tengah. Namun, Dody tidak mau buru-buru mencurigai organisasi tertentu. "Mestinya si pengirim ini punya jaringan luas," katanya.

Saat ditanyai kemungkinan terlibatnya kelompok Sri Rejeki Semarang yang beberapa tahun lalu digulung karena memiliki bahan peledak, Dody tidak memberikan jawaban yang tegas. Dia hanya mengungkapkan semua kelompok yang ada tetap dalam pengawasan aparat. Dia juga tidak bersedia menjelaskan berapa orang yang telah diperiksa aparat terkait dengan pengiriman bahan peledak tersebut.

Tentang senjata yang digunakan warga dalam bentrokan antara polisi dan warga pada Senin lalu, Markas Besar Kepolisian RI belum mau memastikan dari mana senjata itu berasal. "Asal senjata itu sekarang baru berupa indikasi-indikasi, masih harus kami cek dulu kebenarannya," kata Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Anton Bachrul Alam, kemarin.

Sebelumnya, polisi sudah membantah pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo A.S. dua hari lalu, yang mengatakan senjata itu berasal dari gudang Asrama Brimob I di Ambon yang dibobol beberapa waktu lalu.

Nasir Abbas, mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (Sabah, Kalimantan Timur, Palu, dan Mindanao), menyatakan sebagian senjata itu berasal dari bekas senjata kelompok muslim Ambon. Setelah konflik Ambon mereda, senjata tersebut dialihkan ke Poso melalui jalur laut.

Menurut dia, saat berlangsung konflik Ambon, senjata dipasok dari kamp Hubaidiyah, Filipina, melalui Pulau Sangir dan Pulau Bangka dengan kapal nelayan. Senjata itu kemudian dibawa ke Manado, dan terakhir sampai di Ambon dengan menggunakan feri.

Setelah konflik Ambon mereda, senjata itu dibawa kelompok Jamaah Islamiyah ke Poso melalui jalur laut. Ada dua alternatif membawa senjata dari Ambon ke Poso. Pertama, jalur Ambon-Pulau Sangir-Manado. Kedua, jalur Ambon-Pulau Sangir-Bitung. Dari Manado dan Bitung, senjata dibawa ke Poso melalui jalur darat menggunakan mobil boks.

Masih menurut Nasir, di samping dari Filipina (AK-47 dan M-16), senjata di Poso banyak dibeli secara gelap dari Pulau Jawa, yakni Jakarta dan Semarang (produk dalam negeri).

Kelompok Jamaah Islamiyah juga bisa memproduksi peluru sendiri. Selongsong peluru bekas dipermak kembali, kemudian diisi dengan bubuk amunisi, lalu dipres. "Sehingga, bagi kami, bukan hal yang sulit untuk memperoleh senjata," kata Nasir.
 
Teroris lagi kucing-kucingan ma polisi nich
Apa ndak cukup bunuh saudara sendiri yang ndak bersalah, buat beli sembako aja duit buat beli senjata itu, khan lebih berguna.
Doktrin siapa itu sich ???
Harus dihukum mati !
 
Back
Top