Tempuh S-3, Akbar Tandjung Siapkan Disertasi Partai Golkar

pratama_adi2001

New member
Tempuh S-3, Akbar Tandjung Siapkan Disertasi Partai Golkar

Dibimbing Oleh Salah Satu Kolega di Golkar
Gagal dalam konvensi capres Partai Golkar 2004 dan kalah dari Jusuf Kalla dalam pemilihan ketua umum DPP Golkar tidak mengurangi rasa cinta Bang Akbar Tandjung kepada Partai Beringin. Bahkan, disertasi S-3 yang kini tengah disiapkan pun tak jauh dari topik Partai Golkar.

Priyo Handoko

Hampir semua jabatan politik penting di negeri ini sudah dipegang Akbar Tandjung. Dia pernah menjadi ketua DPR dan berkali-kali menjadi menteri, seperti Menpora, Menpera, dan Mensesneg. Dia menjadi pejabat sejak pemerintahan Soeharto, Habibie, Gus Dur, hingga era Megawati.

Selain itu, karir politik Akbar sudah mencapai puncak dengan meraih jabatan ketua umum Partai Golkar. Dia lengser setelah dikalahkan Jusuf Kalla dalam munas di Bali.

Usia Akbar sudah 62 tahun. Namun, dia tidak mengenal kata tua. Dengan semangat yang masih menggebu, pria kelahiran Sibolga, Sumut, itu kini menempuh S-3 di UGM Jogjakarta. "Saya ambil ilmu politik," kata ketua umum PB HMI periode 1972-1974 itu.

Akbar mengaku tidak mengalami kesulitan beradaptasi dengan wilayah disiplin akademis ilmu politik yang kini tengah digelutinya. Meskipun gelar sarjana (S-1)-nya diperoleh dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia. "Memang sedikit perlu adaptasi, tapi tidak terlalu berat," ujarnya lantas tersenyum.

Tentu sangat wajar Akbar mengatakan hal tersebut. Sebab, pengalaman praktisnya di pentas politik nasional selama ini sudah tidak diragukan lagi. Akbar mengaku, hal itu menjadi salah satu motivasinya untuk mengambil gelar S-3 ilmu politik. "Saya punya banyak pengalaman praktis di dunia politik. Sekarang saya ingin mendalaminya secara teoretis akademis," tegasnya.

Meski memiliki segudang pengalaman di dunia politik praktis, Akbar mengaku tidak pernah merasa rikuh menghadapi dosen-dosen S-3-nya. Dalam perkuliahan pun, tidak ada perlakuan istimewa yang diberikan kepadanya. Bahkan, dia kerap terlibat dalam perdebatan hangat dengan para dosennya. "Saya datang sebagai mahasiswa, maka saya harus siap diperlakukan sebagaimana mahasiswa pada umumnya," ungkapnya.

Dalam menulis disertasi, Akbar dibimbing tiga promotor. Ketiga promotor itu ialah Prof Ichlasul Amal, mantan rektor UGM yang kini ketua Dewan Pers; Prof Muchtar Mas?ud, dosen senior UGM; dan Prof Burhan Magenda, dosen senior UI yang juga kolega Akbar dan mantan pengurus Golkar.

Akbar sering berdebat dengan para promotornya itu, misalnya, terkait dengan sejumlah asumsi teoretis yang coba dia kembangkan dalam disertasi. "Saya biasa mendebat mereka, begitu juga mereka berkali-kali mendebat saya," katanya.

Disertasinya akan menganalisis relasi antara Partai Golkar dan perubahan-perubahan politik di era reformasi dan transisi. "Intinya, disertasi ini tentang dinamika Partai Golkar. Kalau sudah jadi, saya ingin sekali memublikasikannya," jelasnya.

Suami Krisnina Maharani itu menceritakan, dirinya mulai mengambil program S-3 di UGM awal 2005. Tahun pertama, dia cukup sering berada di Jogja. "Paling tidak, dua minggu sekali saya pasti ke Jogja," kisahnya. Meski melelahkan, Akbar mengaku sama sekali tidak pernah mengeluh. "Sudah biasa. Malah, rasanya seperti kembali ke masa mahasiswa (S-1, Red) dulu," ujarnya.

Mengapa kuliahnya hanya dua minggu sekali? Apa sering titip absen? "Bukan, bukan begitu," katanya diiringi tawa lepas. Akbar memang mengambil program khusus yang memungkinkan dirinya tidak harus mengikuti proses perkuliahan konvensional. "Jadi, tidak harus rutin datang dan duduk di ruang kelas. Ini sedikit mempermudah saya," jelasnya.

Lantas, bagaimana proses perkuliahan yang harus dijalaninya? Ketua DPR periode 1999-2004 itu menceritakan, dia cukup datang untuk berdiskusi dengan dosen. Selain itu, dia diberi tugas-tugas membahas buku yang dituangkan dalam bentuk paper.

"Semua itu sudah saya lewati pada tahun pertama proses perkuliahan. Bahkan, saya telah mengikuti ujian comprehension," katanya. Karena itulah, saat ini Akbar sudah jarang datang ke Jogja.

Karena telah "lolos" dari tahun pertama itu, Akbar kini tinggal melanjutkan proses untuk meraih gelar doktoralnya tersebut dengan mempersiapkan disertasi. "Sejauh ini, proses penelitian sudah mulai saya jalani. Data-data awal juga sudah mulai terkumpul. Bahkan, saya juga sudah memasuki proses penulisan," paparnya.

Mengapa tetap semangat menempuh S-3? Apakah itu pelarian dari dunia politik? Dengan nada hangat, Akbar menegaskan bahwa ilmu akan selalu kita butuhkan, sampai kapan pun. "Saya kuliah lagi karena merasa selalu butuh ilmu," tegasnya. (*)
 
Back
Top