Penjara Khan Bani Saad, Proyek AS di Iraq Senilai Rp 364,5 M yang Sia-

Kalina

Moderator
Berkapasitas 1.800 Tahanan, Penghuninya Cuma Burung-Burung Liar

Gampang saja cara Negeri Paman Sam "buang-buang" duit. Kompleks Penjara Khan Bani Saad, utara Baghdad, Iraq, ini contohnya. Proyek milik Amerika Serikat yang konon pembangunannya menelan USD 40 juta (sekitar Rp 364,5 miliar) itu telantar. Tak seorang narapidana pun yang dikurung di sana.

"Kompleks itu kini tak lebih dari monumen di padang pasir yang tidak akan pernah difungsikan sebagai penjara," papar Stuart Bowen, inspektur jenderal khusus untuk rekonstruksi Iraq, kemarin (28/7). Selain menjadi simbol kesia-siaan, Penjara Khan Bani Saad yang kosong tanpa penghuni tersebut merupakan bukti tidak matangnya perencanaan Gedung Putih. Terutama terkait dengan proyek-proyek pembangunan di Iraq, negara yang sudah empat tahun ini mereka invasi.

Namun, pemerintahan Presiden George W. Bush tidak mau disebut ceroboh. Disorot karena banyaknya dana yang dihabiskan dalam proyek sia-sia itu, mereka lantas menyeret Parsons Construction Group sebagai pemenang tender. Perusahaan yang berkantor pusat di Pasadena, California, tersebut dinyatakan tidak becus mengurus proyek pemerintah. "Investasi USD 40 juta yang ditanamkan dalam proyek ini tidak menghasilkan apa pun. Memang, ada bagian yang bisa difungsikan. Tapi, sebagian besar gagal," seru Bowen.

Lebih lanjut, Bowen mengatakan bahwa Penjara Khan Bani Saad hanyalah salah satu contoh produk gagal AS dalam upaya merekonstruksi Iraq. Dia menyatakan, sekitar 20 persen dana rekonstruksi dan pemulihan Iraq atau lebih dari USD 4 miliar (sekitar Rp 36,4 triliun) terbuang percuma. Sama sekali tidak ada aktivitas manusia di kompleks tersebut. Lorong-lorong yang seharusnya menjadi jalur lalu lintas tahanan dan para petugas penjara kini hanya dipadati sarang-sarang burung.

Kepala Dewan Kota Khan Bani Saad Sayyed Rasoul al-Husseini menyebut kompleks penjara tersebut sebagai monster. "Ini (Penjara Khan Bani Saad) telah menjelma menjadi monster besar yang menelan banyak uang dan harapan," tandasnya. Di awal pembangunannya, pemerintahan Bush menjanjikan sedikitnya 1.200 pekerjaan baru untuk warga Iraq di kompleks tersebut. Kini harapan itu sia-sia belaka.

Kompleks yang terletak tidak jauh dari bekas kamp militer Saddam Hussein tersebut benar-benar tidak bisa lagi difungsikan. "Saya sering melewati bangunan itu dan berharap ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk menyelamatkannya," kata Husseini. Namun, tidak banyak yang ditawarkan bangunan telantar itu sekarang. Kompleks hunian jelas tidak akan bisa bertahan di kawasan padang gersang tersebut. Apalagi, kualitas bangunan yang kurang memadai justru bisa mengancam nyawa penghuninya kelak.

"Sebagian tembok begitu rapuh dan bisa runtuh sewaktu-waktu. Tapi, ada sebagian blok sel yang cukup bagus. Mungkin, sisi tersebut bisa disulap menjadi pabrik," paparnya. Tapi, dia tidak begitu yakin dengan ide tersebut. Apalagi, kontraktor yang membangunnya sudah meninggalkan Iraq sekitar dua tahun lalu. Sejak mulai membangun kompleks itu, mereka juga terlibat sejumlah konflik dengan pemerintah. Karena itu, penjamin kualitas bangunan yang bisa menampung hingga 1.800 tahanan tersebut tidak ada. (AP/hep/ami)

Sumber: Jawa Pos
 
Back
Top