Polusi Udara Sibukkan Beijing

Kalina

Moderator
14971large.jpg


Kurangi Jumlah Kendaraan hingga Tinggal 10 Persen

BEIJING - Pemerintah Tiongkok kian kewalahan menekan kadar polusi udara di Beijing. Berbagai cara sudah dilakukan, termasuk mengurangi jumlah kendaraan hingga menutup pabrik-pabrik di wilayah perkotaan. Tapi, pencemaran udara tetap saja tinggi.

Beberapa hari terakhir langit Beijing justru tertutup kabut polusi. Karena itu, pemerintah segera menerapkan aturan lebih ketat untuk menjernihkan udara ibu kota. Apalagi, perhelatan akbar Olimpiade Beijing tinggal dua pekan lagi. "Kami akan menerapkan rencana darurat dalam 48 jam ke depan untuk memperbaiki kualitas udara sebelum 8 Agustus," ujar Li Xin, pejabat senior Beijing Environmental Protection Bureau, kemarin (28/7).

Mengutip ahli lingkungan hidup Zhu Tong, harian China Daily melaporkan bahwa Tiongkok bakal sekali lagi mengurangi jumlah kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan kota. Sejak 20 Juli, pemerintah sudah memangkas jumlah kendaraan hingga tinggal 50 persen. "Bila perlu, 90 persen dari kendaraan yang lalu lalang sekarang akan dikandangkan pula," ujarnya. Aturan yang sama akan diterapkan pada pabrik-pabrik di kawasan pinggiran kota dan proyek-proyek konstruksi yang sedang berjalan.

Indeks polusi udara di Beijing memang menunjukkan angka di atas 100 empat hari terakhir. Artinya, kualitas udara di pusat pemerintahan Tiongkok itu jauh dari kategori baik. "Untuk kelompok masyarakat tertentu, terutama yang sensitif terhadap udara, kualitas udara Beijing sangat tidak sehat," lapor Beijing Environmental Protection Bureau.

Suhu udara yang cukup panas, dengan kelembapan 70 persen dan lemahnya embusan angin, udara Beijing dianggap berbahaya. Gabungan uap air dan partikel kimia dari cerobong pabrik atau knalpot kendaraan diyakini bisa mengancam kesehatan warga.

Selain menurunkan kualitas udara, polusi yang menjelma menjadi kabut itu mengganggu pandangan. Menurut laporan beberapa media Tiongkok, jarak pandang di kota tersebut kurang dari satu kilometer empat hari terakhir. "Tapi, kabut tidak selalu identik dengan buruknya kualitas udara," ujar Du Shaozhong, wakil direktur Beijing Environmental Protection Bureau. Sebab, kabut tebal juga bisa muncul karena pengaruh iklim.

Tak hanya di Beijing, polusi juga menghantui Hongkong. Kendati masih berada di bawah level 100, kualitas udara di kota bisnis itu tidak lebih baik daripada Beijing. Bahkan, pemerintah setempat mengimbau warga yang punya masalah pernapasan dan jantung tidak meninggalkan rumah. (AP/AFP/BBC/hep/soe)

Sumber: Jawa Pos
 
Back
Top