Kewajiban Bagi Seorang Buddhis

singthung

New member
KEWAJIBAN BAGI SEORANG BUDDHIS


A.Pendahuluan

Banyak orang mengira bahwa datang ke vihāra mempersembahkan bunga-bunga di kaki Buddha Rupang, menyalakan lampu minyak, membakar hio atau dupa, di dalam vihara merupakan akhir dari semua pelaksanaan Ajaran Para Buddha. Mereka sudah merasa puas seolah-olah kewajibannya sudah dipenuhi dengan baik, karena sudah merasakan adanya suatu kepuasan dengan melakukan segala ritulitas tersebut di atas. Menurut Ajaran Sang Buddha tidak seharusnya merasa puas diri dengan melakukan hal yang sederhana atau membayangkan sudah dapat disebut sebagai umat Buddha.

Agama Buddha bukan suatu ajaran kepercayaan, melainkan agama yang didasari oleh kemoralan, konsentrasi dan kebijaksanaan. Ajaran Sang Buddha dihargai dunia karena memberi alasan-alasan mengenai pengetahuan yang lebih luas, dan menyingkirkan kepercayaan yang membuta (bersifat dogma).

Sewaktu membabarkan Dhamma, Sang Buddha tidak berharap banyak pengikut yang memuja diri-Nya, yang diinginkan adalah masyarakat damai dan beradab, yang berjuang untuk membebaskan dirinya masing-masing menuju lenyapnya penderitaan (samsara) mencapai Nibbana.

B. Kewajiban Bagi Umat Buddha

Bagi seorang Buddhis lahir sebagai manusia merupakan kesempatan hidup yang sangat berharga, keberuntungan yang besar. Karena kelahiran manusia itu tidak mudah, dalam syair Dhammapada 182 berbunyi: Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengar Ajaran Benar, begitu pula, sungguh sulit menculnya Seorang Buddha.

Sang Buddha pernah memberikan suatu perumpamaan untuk memperjelas bagaimana sulitnya sebuah kelahiran di suatu alam kehidupan utamanya kelahiran sebagai manusia seperti: seekor kura-kura yang hanya muncul dalam setiap 100 tahun sekali, pada saat yang sama ada seorang laki-laki melempar sebuah gelang-gelang ke samudara luas itu. Dalam waktu yang sama apa mungkin kura-kura yang munculnya amat jarang itu seratus tahun sekali memasukan kepalanya ke gelang-gelang yang telah dilempar oleh pemuda itu kelautan bebas?. Mustahil sekali bukan. Salah satunya menjadi manusia sesuatu yang sangat sulit terjadi di dunia ini. Namun kehidupan manusia, juga sulit sekali, dan begitu pula mendengar Ajaran yang Benar. Muncul atau lahirnya seorang Buddha adalah suatu berkah bagi manusia semua mahkluk hidup, tapi sungguh sulit terjadi.

Kelahiran sekarang sebagai manusia adalah kamma baik karena memiliki kesadaran moral, serta prilaku yang baik di waktu yang lalu. Umat Buddha mencari perlindungan kepada Tiratana (Permata Buddha, Permata Dhamma dan permata Sangha) mereka yang yakin kepada tiga permata di atas akan terhindar hidupnya dari rasa khawatir, takut, dan tidak bahagia. Juga mereka yang telah sadar, berlindung kepada Buddha Dhamma dan Sangha, mereka akan terhindar dari perbuatan buruk akibat dari kekotoran yang menjerumuskan kejahatan berakibat pada penderitaan.

Sang Buddha adalah seorang guru yang ideal, bijaksana, dan tidak ada kekurangan dalam diri Beliau, seorang yang sempurna, Dhamma Ajaran-Nya sebagaimana rakit yang digunakan untuk menyeberang hingga pantai seberang sana terbebas dari (samsara) penderitaan dunia mayapada. Sangha sebagai ladang ditunai panen besar, ia menjalani hidup benar. Ia berbuat penuh kesadaran sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Sebagai seorang Buddhis yang telah mempelajari secara teori dan mempraktekkan dengan menghayati secara mendalam menyadari bahwa semua kehidupan segala sesuatunya sebagai perubahan (tidak kekal), tidak memuaskan dan tanpa aku (tak berjiwa). Ia memahami kehidupan sehari-hari berusaha sebagaimana adanya.

Suksesnya seorang perumah tangga tergantung pada kesehatan (pingan) dan kekayaan materi (hokie) maka seorang perumah tangga hendaknya mau menabung untuk menanggung anak dan isteri. Menurut Anguttara Nikaya IV, 281 terdapat empat macam Dhamma, hal-hal yang berguna pada kehidupan sekarang;

a. Rajin dan bersemangat dalam bekerja mencari nafkah(Uttahanasampada)

b. Bersikap penuh hati-hati, menjaga harta yang telah diperoleh,tidak membiarkan hilang atau dicuri, menggunakan dengan hemat(Arakkhasampada)

c. Memiliki teman-teman yang baik, dan tidak bergaul dengan orang-orang dungu dan jahat (Kalyanamitta).

d. Menempuh hidup sesuai dengan penghasilan, tidak terlalu kikir dan tidak terlalu boros (Samajivita).

Hal tersebut di atas bila dapat dipenuhi dengan baik itu membawa dalam kehidupan keluarga yang sejahtera bahagia. Dan untuk mencapai keadaan bahagia itu dan untuk lebih menunjang, maka perumah tangga yang wajib dimiliki, yaitu;

a. Kejujuran dan selalu menepati janji kepada orang lain.
b. Pengendalian diri yang baik.
c. Kesabaran dalam menghadapi setiap persoalan sulit.
d. Kemurahan hati terhadap mereka yang pantas untuk diberi.
(Samyutta Nikaya, 1, 215)

Selain dari itu seorang Buddhis melatih diri, dengan melaksanakan latihan kemoralan dan berusaha menjalankan kehidupan benar, membunuh, mencuri, segala bentuk perbuatan melanggar kesusuliaan, menghindari berbohong, serta minum-minuman keras atau obat-obatan terlarang dsb,.

Seorang Buddhis sangat memperhatikan keutamaan, atau prilaku santun kepada orang tua, guru-guru, mereka yang lebih tua, pasangan hidup, kepada yang lebih muda, anak-anak dan kepada handai taulan, itulah kewajiban yang harus dilakukan dengan sebaik dan setulus mungkin.

Seorang umat sudah seharusnya melayani para bhikkhu/samanera dengan tulus, sungguh-sungguh karena mereka telah meninggalkan kehidupan duniawi dan tidak berpenghasilan sebagai samana, sebaliknya para bhikkhu melakukan apa yang seharusnya diberikan kepada umat yaitu; menganjurkan berbuat bajik, mencegah bila umat akan melakakukan kejahatan, mengajarkan Dhamma, mengulang Dhamma yang belum jelas, dan menunjukkan jalan ke surga. Seorang Buddhis menghadapi kematian dengan kesadaran pikiran penuh, karena pikiran itu memiliki peranan yang penting menghadapi saat-saat kematian. Kematian bukan akhir dari segala-galanya karena kematian hanyalah ?proses? saja dari kehidupan, kematian adalah awal kehidupan yang baru bagi kebanyakan orang. Tiada kematian tanpa kelahiran, janganlah tangisi kematian sebagai perpisahan melainkan tangisilah kelahiran sebagai pertemuan, awal mulainya penderitaan sebagai manusia.
Seorang Buddhis melakukan pelimpahan jasa (patidana) kepada mereka yang telah meninggal, diantarannya dengan mengucapkan dalam ucapan dan hati;

Idang me natinam hotu
Sukhita hontu natayo

?Semoga jasa-jasa ini melimpah kepada sanak keluargaku,
yang telah meninggal, semoga mereka berbahagia!?

Semoga semua mahkluk berbahagia.

C. Penutup

Seorang Buddhis adalah ia yang telah memiliki tekad, keyakinan kepada Tiratana, (Buddha, Dhamma, dan Sangha) dan selalu melatih latihan diri dengan aturan-aturan kemoralan, serta melakukan praktek kebaikan (kemurahan/kerelaan). Selalu hidup selaras dengan alam sekitarnya, tahu dengan kewajiban-kewajibannya. Memiliki tujuan hidup yang jelas yaitu; mencapai hidup bahagia secara lahir dan batin, selanjutnya berjuang dengan sungguh-sungguh untuk dapat tebebas dari belenggu kehidupan samsara menuju tercapainya kebebasan Nibbana.

 
Back
Top