Kata-Kata yang Diucapkan dengan Baik

singthung

New member
ULASAN SUTTA

Kata-Kata yang Diucapkan dengan Baik

?Jika ucapan memiliki lima tanda, para bhikkhu, berarti ucapan itu disampaikan dengan baik, tidak disampaikan dengan buruk, tak-ternoda dan tak-tercela oleh para bijaksana. Apakah lima tanda ini?
Itulah ucapan yang tepat waktu, benar, lembut, bertujuan, dan diucapkan dengan pikiran yang dipenuhi cinta kasih.?
(Angguttara Nikaya V, 198)


Jelas sekali bahwa dalam ucapan Buddha, beliau menekankan bahwa yang dimaksud dengan ucapan yang benar memenuhi 5 ciri, yaitu:

1. Tepat waktu

Artinya bahwa sebuah ucapan yang baik adalah sesuai dengan kondisi. Terkadang kita dalam berucap tidak sesuai dengan kondisi walaupun ucapan tersebut tidak bermaksud buruk, mungkin saja menyinggung seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang dalam keadaan dipengaruhi emosi negatif (marah), terkadang kita malah menyiram minyak pada api, walaupun kita bermaksud untuk menenangkan orang tersebut. Biasanya hal tersebut terjadi karena mungkin masalah tersebut berhubungan dengan kita. Jadi Sang Buddha mengajarkan bahwa kita perlu waspada dalam ucapan agar sesuai dengan kondisi dan tepat waktu.

2. Benar (sesuai dengan kenyataan)

Ucapan inilah yang paling sulit kita lakukan. Kecenderungan kita adalah berucap sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita cenderung akan mengucapkan sesuatu dengan membelokkannya sadar ataupun tidak sadar. Ada sebuah cerita dimana seorang penganut Buddha ingin menyakinkan temannya dalam belajar ajaran Buddha dengan mengatakan bahwa wihara yang ia kunjungi begitu ramai, berjumlah ratusan. Padahal kenyataannya hanya sekitar 80. Ia tanpa sadar telah membuat ucapan tidak benar, walaupun halus. Secara psikis hal tersebut akan bertumpuk menjadi sesuatu yang biasa dan dianggap ?benar?. Buddha mengajarkan bahwa tidak ada kebenaran dibalik ucapan yang tidak jujur, melebih-lebihkan, mengurang-ngurangkan. Ucapan harus apa adanya. Jika memang 80 orang, katakan 80 orang. Jangan 30 atau 100 orang.

3. Lembut

Artinya disini adalah ucapan yang tanpa bersifat keras atau beremosi negatif. Seringkali kita tanpa sadar terbawa oleh kata-kata kasar. Lembut juga mengandung makna halus. Artinya biasakan diri kita dengan berucap lembut dan tenang. Pikirkan dahulu akibat dari ucapan yang akan kita keluarkan. Bahasa-bahasa kasar maupun tidak senonoh sebaiknya tidak kita ucapkan.

4. Bertujuan

Jelas sebuah ucapan menjadi bermakna ketika mempunyai tujuan atau alasan dibalik ucapan yang kita lakukan. Bertujuan juga mengindikasikan ada manfaat dari ucapan yang kita lakukan. Ketika melihat teman sedang lesu, dengan ucapan kita dapat menyemangatinya. Artinya ucapan tersebut memang bertujuan untuk membantu. Sesuatu yang positif dan sangat dianjurkan oleh Buddha dalam melatih diri mencapai kedamaian. Seringkali kita menjadi korban ucapan tidak bermakna yang kita dengar dari televisi. Kita menjadi perantara ucapan tidak bermakna. Gosip tentang artis kita lakukan padahal tidak bermanfaat. Malah bisa jadi kita menyebarkan sesutau yang tidak benar dengan gosip. Sehingga bukan lagi ucapan kosong, namun telah menjadi ucapan yang menfitnah dan telah melanggar sila ke-4 Pancasila Buddhis.

5. Berdasarkan cinta kasih

Ucapan ini lebih merupakan wujud pikiran yang dipenuhi cinta kasih. jadi dengan landasan bagi kebahagiaan seseorang, kita melakukan sebuah ucapan. Bukan dengan kebencian sebuah ucapan kita lakukan. Sang Buddha menyadari betapa pentingnya cinta kasih bagi setiap orang sehingga dalam wujud ucapan pun, cinta kasih dapat dipancarkan. Kata-kata yang menyejukkan seseorang, menenangkan seseorang, membahagiakan seseorang, membangkitkan seseorang adalah wujud ucapan yang berdasarkan cinta kasih.

Ucapan benar mengandung ke-5 aspek tersebut. ketika kita ingin melatih diri untuk mendapatkan kebahagiaan sejati dan kedamaian, ucapan benar merupakan sebuah aspek yang sangat penting. Ucapan benar harus kita sempurnakan karena merupakan salah satu dari Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menuntun kita menuju kebahagiaan sejati atau nirwana.

 
Back
Top