singthung
New member
SIGALOVADA SUTTA
Demikian telah kudengar, suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Vihara Veluvana, Kalandakanivapa, di Rajagaha.
Saat itu ada seorang pemuda bernama Sigala pagi-pagi sekali keluar rumah, rambut dan pakaiannya basah, sambil beranjali, ia menyembah ke berbagai arah, yaitu arah timur, selatan, barat, utara, bawah dan atas.
Sang Bhagava pada pagi hari itu, setelah mengenakan jubah dan membawa patta (mangkuk), pergi ke Rajagaha untuk pindapatta (mengumpulkan dana makanan). Di perjalanan, Sang Bhagava melihat kejadian tersebut, lalu bertanya, ?Sigala, mengapa engkau menyembah ke berbagai arah??
?Bhante, ketika ayahku mendekati ajal, beliau berpesan kepadaku untuk menyembah ke berbagai arah. Karena menghormati, mengindahkan, menjunjung tinggi dan menganggap suci kata-kata ayahku itu, aku bangun pagi-pagi sekali untuk memenuhi pesan beliau.?
?Tetapi, Sigala, dalam agama seorang Ariya (ajaran Buddha), enam arah itu tidak seharusnya disembah dengan cara demikian.?
?Bhante, bagaimana enam arah itu seharusnya disembah dalam agama seorang Ariya? Alangkah baiknya apabila Sang Bhagava berkenan menguraikan ajaran tentang caranya enam arah itu harus disembah dalam agama seorang Ariya.?
?Sigala, dengarkan dan perhatikan baik-baik.? ?Baiklah, Bhante,? jawabnya.
Sang Bhagava lalu bersabda, ?Sigala, karena siswa Ariya
telah menyingkirkan empat tingkah laku tercela (kammakilesa),
tidak melakukan kejahatan (papakamma) oleh empat dorongan,
tidak mengejar enam jalur pemusnah kekayaan,
maka, dengan menjauhi empat belas hal buruk ini, ia adalah seorang pengayom enam arah itu, seorang penakluk (vijaya), dan ia akan sejahtera dalam alam ini dan alam berikutnya. Pada saat kehancuran tubuhnya, setelah mati, ia akan terlahir kembali dalam alam bahagia, alam surga.?
?Apakah empat tingkah laku tercela yang telah ia singkirkan itu?
membunuh makhluk hidup,
mengambil sesuatu yang tidak diberikan,
berzinah,
dan berbohong.
Inilah empat tingkah laku tercela yang telah ia singkirkan.?
Beliau lalu bersabda, ?Membunuh makhluk hidup, mencuri, berbohong, dan berzinah. Perbuatan-perbuatan ini tidak dipuji oleh para bijaksana.?
?Apakah empat pendorong kejahatan yang tidak ia lakukan itu?
Kejahatan yang dilakukan atas dorongan kesenangan (chanda gati),
Kejahatan yang dilakukan atas dorongan kebencian (dosa gati),
Kejahatan yang dilakukan atas dorongan kebodohan (moha gati),
Kejahatan yang dilakukan atas dorongan ketakutan (bhaya gati).
Tetapi, karena siswa Ariya tidak terseret oleh dorongan kesenangan, kebencian, kebodohan, dan ketakutan; ia tidak melakukan kejahatan karena empat dorongan ini.?
Beliau lalu bersabda, ?Siapa pun yang karena kesenangan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan telah melanggar dhamma, maka nama baik dan kemasyhurannya akan memudar bagaikan bulan menyusut saat bulan gelap. Sebaliknya, siapa pun yang karena kesenangan, kebencian, kebodohan, atau ketakutan, tidak melanggar dhamma, maka nama baik dan kemasyhurannya akan semakin penuh dan sempurna bagaikan bulan purnama saat bulan terang.?
?Apakah enam jalur pemusnah kekayaan itu?
gemar minuman yang memabukkan,
sering berkeliaran di jalan pada saat yang tidak pantas,
mengejar tempat-tempat hiburan,
gemar berjudi,
bergaul dengan teman-teman jahat,
kebiasaan bermalasan.
Inilah enam jalur yang memboroskan kekayaan.?
?Ada enam bahaya (adinava) akibat gemar minuman yang memabukkan:
kerugian harta benda secara nyata,
terlibat pertengkaran,
tubuh mudah terserang penyakit,
memudarnya sifat baik,
terlihat tidak sopan,
kecerdasan melemah.
Inilah enam bahaya akibat gemar minuman yang memabukkan.?
?Ada enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan pada saat yang tidak pantas:
dirinya sendiri tidak terjaga dan tidak terlindung,
anak-istrinya tidak terjaga dan tidak terlindung,
harta kekayaannya tidak terjaga dan tidak terlindung,
ia dapat dituduh sebagai pelaku kejahatan,
menjadi sasaran desas-desus palsu,
ia akan menjumpai banyak kesulitan.
Inilah enam bahaya akibat sering berkeliaran pada saat yang tidak pantas.?
?Ada enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan:
(Ia akan selalu berpikir)
Di manakah ada tari-tarian?
Di manakah ada nyanyi-nyanyian?
Di manakah ada pertunjukan?
Di manakah ada pelantunan syair?
Di manakah ada permainan tambur?
Di manakah ada permainan genderang?
Inilah enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan.?
?Ada enam bahaya akibat gemar berjudi:
jika menang ia memperoleh kebencian,
jika kalah ia meratapi harta kekayaannya yang telah lenyap,
kerugian harta benda secara nyata,
di pengadilan kata-katanya tidak berharga,
ia dapat dipandang rendah oleh para sahabat dan pejabat pemerintah,
ia tidak disukai oleh pencari menantu karena mereka akan berkata bahwa penjudi tidak dapat memelihara istri.
Inilah enam bahaya akibat gemar berjudi.?
?Ada enam bahaya akibat bergaul dengan teman-teman jahat:
setiap penjudi adalah sahabatnya,
setiap pemfoya adalah sahabatnya,
setiap pemboros adalah sahabatnya,
setiap pemabuk adalah sahabatnya,
setiap penipu adalah sahabatnya,
setiap penjahat adalah sahabatnya.
Inilah enam bahaya akibat bergaul dengan teman-teman jahat.?
?Ada enam bahaya akibat kebiasaan bermalasan, ia mengeluh
?terlalu dingin? dan ia tidak bekerja;
?terlalu panas? dan ia tidak bekerja;
?terlalu pagi? dan ia tidak bekerja;
?terlalu siang? dan ia tidak bekerja;
?terlalu lapar? dan ia tidak bekerja;
?terlalu kenyang? dan ia tidak bekerja.
Dengan demikian segala yang mesti ia kerjakan tidak dikerjakan, harta kekayaan baru tidak ia peroleh, sedangkan harta kekayaan yang sudah ada menjadi habis.?
Beliau lalu bersabda, ?Beberapa kawan hanyalah kawan peminum, beberapa lagi di depanmu mengaku sebagai teman baik; tetapi, dia yang menyatakan kawan dengan tulus di saat engkau kesulitan, sesungguhnya yang layak kamu sebut sebagai sahabat sejati.?
?Tidur sampai terlampau siang, berzinah, terlibat pertengkaran, berbuat merugikan, bersahabat dengan orang-orang jahat, dan berhati kejam. Inilah enam sebab yang membawa keruntuhan pada seseorang.?
?Ia yang berkawan dengan orang-orang jahat, ia yang dalam hidupnya melakukan hal-hal buruk, maka baik di alam ini maupun alam berikutnya, ia akan mengalami keruntuhan yang menyedihkan.?
?Berjudi dan bermain wanita, minuman keras, tari-tarian dan nyanyi-nyanyian, tidur pada siang hari dan berkeliaran di malam hari, bersahabat dengan orang jahat, dan berhati kejam. Inilah enam sebab yang membawa keruntuhan pada seseorang.?
?Berjudi, bermabuk-mabukan, berzinah dengan istri orang lain, mengikuti mereka yang berpikiran rendah, bukan mereka yang bijaksana, maka ia akan menjadi suram bagai bulan sabit yang menyusut saat bulan gelap.?
?Pecandu minuman keras, membuatnya miskin melarat, tidak pernah puas minum, pengejar kedai minuman keras, demikian ia tenggelam dalam hutang-hutang bagai batu di dasar air; cepat sekali ia membawa nista pada keluarganya.?
?Ia yang mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari, yang menganggap malam sebagai siang. Ia yang tidak bertanggung jawab, minum minuman keras tanpa batas, tentulah tidak pantas menjadi pembina rumah tangga.?
?Terlalu dingin! Terlalu panas! Terlalu siang! demikianlah keluhannya, dengan cara begitu orang malas menghindari pekerjaan yang menantinya, sehingga kesempatan baik terus berlalu. Tetapi, ia yang menganggap dingin dan panas sebagai hal yang biasa, melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya, dengan berbagai cara tidak akan kehilangan kebahagiaannya.?
?Atas empat dasar seseorang harus dianggap sebagai sahabat palsu, yaitu:
sahabat yang tamak,
sahabat yang besar mulut,
sahabat penjilat,
dan sahabat pemboros.?
?Ada empat dasar sahabat yang tamak harus dianggap sebagai sabahat palsu:
karena ia sangat tamak,
ia hanya memberi sedikit dan meminta banyak,
ia melakukan pekerjaan karena takut,
dan ia hanya ingat kepentingannya sendiri.
Atas empat dasar inilah sahabat yang tamak harus dianggap sebagai sahabat palsu.?
?Ada empat dasar sahabat yang besar mulut harus dianggap sebagai sahabat palsu:
ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal lampau,
ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal mendatang,
ia berusaha mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong,
dan jika ada kesempatan membantu, ia menyatakan tidak sanggup.
Atas empat dasar inilah sahabat yang banyak bicara harus dianggap sebagai sahabat palsu.?
?Ada empat dasar sahabat penjilat harus dianggap sebagai sahabat palsu:
ia menyetujui hal-hal yang salah,
ia pun tidak menganjurkan hal-hal yang benar,
di hadapanmu ia memujimu dirimu,
dan di belakangmu ia merendahkan dirimu.
Atas empat dasar inilah sahabat penjilat harus dianggap sebagai sahabat palsu.?
?Ada empat dasar sahabat pemboros harus dianggap sebagai sahabat palsu:
ia menjadi kawanmu jika engkau gemar minuman keras,
ia menjadi kawanmu jika engkau senang berkeliaran di jalan pada waktu yang tidak pantas,
ia menjadi kawanmu jika engkau senang mengejar tempat-tempat hiburan dan pertunjukan,
dan ia menjadi kawanmu jika engkau gemar berjudi.
Atas empat dasar inilah sahabat pemboros harus dianggap sebagai sahabat palsu.?
Demikianlah sabda Sang Bhagava.
Beliau lalu bersabda, ?Sahabat yang hanya menginginkan sesuatu darimu, sahabat yang kata-katanya berlainan dengan perbuatannya, sahabat yang menjilat, yang hanya berusaha membuat engkau senang, dan sahabat yang bergembira dengan cara-cara keliru. Inilah empat sahabat palsu. Setelah menyadarinya, biarlah orang bijaksana diam-diam menghindarinya, seakan mereka jalan yang berbahaya dan menakutkan.?
?Atas empat dasar seseorang harus dipandang sebagai sahabat yang berhati tulus, yaitu:
sahabat penolong,
sahabat pada waktu senang dan susah,
sahabat yang memberi nasehat baik,
dan sahabat yang bersimpati.?
?Ada empat dasar sahabat penolong harus dipandang berhati tulus:
ia menjaga dirimu sewaktu engkau lengah,
ia menjaga milikmu sewaktu engkau lengah,
ia melindungimu sewaktu engkau ketakutan,
dan ia membantu lebih dari yang kau perlukan.
Atas empat dasar inilah sahabat penolong harus dipandang berhati tulus.?
?Ada empat dasar sahabat pada waktu senang dan susah harus dipandang berhati tulus:
ia menceritakan rahasianya kepadamu,
ia menjaga segala rahasia dirimu,
ia tidak meninggalkanmu saat engkau kesulitan,
dan ia bahkan rela berkorban hidup bagi dirimu.
Atas empat dasar inilah sahabat pada waktu senang dan susah harus dipandang berhati tulus.?
?Ada empat dasar sahabat yang memberi nasehat baik harus dipandang berhati tulus:
ia mencegah engkau berbuat jahat,
ia menganjurkan engkau berbuat benar,
ia memberitahukan kebenaran yang belum pernah engkau dengar,
dan ia menunjukkan engkau jalan yang benar.
Atas empat dasar inilah sahabat yang memberi nasehat baik harus dipandang berhati tulus.?
?Ada empat dasar sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus:
ia tidak bergembira atas kesusahanmu,
ia turut senang atas kebahagiaanmu,
ia mencegah orang lain menjelekkan dirimu,
dan ia membenarkan orang yang memuji dirimu.
Atas empat dasar inilah sahabat yang bersimpati harus dipandang berhati tulus.?
Beliau lalu bersabda, ?Sahabat penolong, sahabat pada waktu senang dan susah, ia yang memberikan segala nasehat yang engkau perlukan, dan ia yang menunjukkan rasa simpati. Bagi dirimu, empat macam orang ini, seorang bijaksana harus menerimanya sebagai sahabat, dan ia harus membaktikan dirinya kepada mereka seperti seorang ibu kepada anaknya sendiri, anak kesayangannya.?
?Siapa pun yang baik dan pandai, bercahaya seperti api yang menyala di bukit. Baginya, mengumpulkan kekayaan adalah seperti lebah beterbangan yang mengumpulkan madu tanpa mengganggu siapa pun. Kekayaan menumpuk tinggi bagaikan timbunan bukit semut. Bila kekayaan orang berkeluarga telah terkumpul seperti itu, dapatlah ia memberi manfaat warganya. Biarlah ia membagi kekayaannya dalam empat bagian. Demikianlah ia mengikat kehidupannya dengan hal-hal yang baik. Satu bagian biarlah dipergunakan dan dinikmati sebagai buah usaha. Dua bagian untuk melangsungkan usahanya. Bagian keempat biarlah dicadangkan dan ditabung sehingga ada persediaan pada saat yang sulit.?
?Bagaimana caranya siswa Ariya melindungi enam arah itu?
Enam arah itu harus dipandang sebagai berikut:
ibu dan ayah seperti arah timur,
para guru seperti arah selatan,
istri dan anak seperti arah barat,
sanak saudara dan para sahabat seperti arah utara,
pelayan dan karyawan seperti arah bawah,
para pertapa dan brahmana (pemuka agama) seperti arah atas.?
?Dalam lima cara seorang anak harus memperlakukan orang tuanya seperti arah timur:
dahulu aku dirawat oleh mereka, sekarang aku akan merawat mereka;
aku akan memikul segala kewajiban mereka;
aku akan mempertahankan keturunan dan tradisi keluarga;
aku akan menjadikan diriku pantas menerima warisan;
dan aku akan melakukan segala perbuatan baik dan upacara agama setelah mereka meninggal dunia.?
?Dalam lima cara orang tua yang diperlakukan demikian oleh seorang anak seperti arah timur, menunjukkan kecintaan mereka kepadanya:
mereka mencegahnya berbuat jahat,
mereka mendorongnya berbuat baik,
mereka mengarahkannya agar terampil dalam suatu profesi,
mereka mencarikan pasangan hidup yang sesuai baginya,
dan pada waktu yang tepat menyerahkan warisan kepadanya.?
?Dalam lima cara inilah seorang anak memperlakukan orang tuanya seperti arah timur, dan dalam lima cara inilah orang tua menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah timur ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.?
?Dalam lima cara seorang siswa harus memperlakukan guru-guru mereka seperti arah selatan:
dengan bangkit berdiri (sebagai rasa hormat),
dengan melayaninya,
dengan bersemangat dalam belajar,
dengan memberikan jasa-jasa padanya,
dan memperhatikan saat menerima ajarannya.?
?Dalam lima cara guru-guru yang diperlakukan demikian oleh para siswanya seperti arah selatan, mencintai siswanya:
mereka melatihnya sedemikian rupa sehingga ia menjadi baik,
mereka membuatnya menguasai segala yang telah diajarkan,
mereka mengajarkan segala yang dikuasainya dalam ilmu pengetahuan,
mereka senantiasa berbicara kebaikan muridnya di antara para sahabat dan kenalannya,
dan mereka menjaga keselamatan muridnya di setiap kesempatan.?
?Dalam lima cara inilah para siswa memperlakukan guru-guru mereka seperti arah selatan, dan dalam lima cara inilah guru-guru mereka mencintainya. Demikianlah arah selatan ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.?
?Dalam lima cara seorang istri harus diperlakukan oleh suaminya seperti arah barat:
dengan menghormatinya,
dengan bersikap ramah tamah,
dengan kesetiaan,
dengan menyerahkan kekuasaan rumah tangga kepadanya,
dan memberikan perhiasan kepadanya.?
?Dalam lima cara seorang istri yang diperlakukan demikian oleh suaminya seperti arah barat, mencintai suaminya:
dengan menjalankan segala kewajibannya dengan baik,
bersikap ramah tamah terhadap sanak keluarga kedua belah pihak,
dengan kesetiaan,
dengan menjaga barang-barang yang diberikan suaminya,
dengan pandai dan rajin dalam melaksanakan segala tanggung-jawabnya.?
?Dalam lima cara inilah seorang suami memperlakukan istrinya seperti arah barat, dan dalam lima cara inilah seorang istri mencintai suaminya. Demikianlah arah barat ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.?
?Dalam lima cara seorang warga keluarga harus memperlakukan sanak saudara dan para sahabatnya seperti arah utara:
dengan bermurah hati,
berlaku ramah tamah,
memberikan bantuan,
memperlakukan mereka secara baik seperti ia memperlakukan dirinya sen-diri,
dengan berbuat sebaik ucapannya.?
?Dalam lima cara sanak saudara dan para sahabatnya yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga seperti arah utara, mencintainya:
mereka melindungi dirinya sewaktu ia lengah,
mereka melindungi miliknya sewaktu ia lengah,
mereka menjadi pelindung sewaktu ia dalam bahaya,
mereka tidak akan meninggalkannya sewaktu ia sedang dalam kesulitan,
dan mereka menghormati keluarganya.?
?Dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan sanak saudara dan para sahabatnya seperti arah utara, dan dalam lima cara inilah para sahabat dan kenalannya mencintainya. Demikianlah arah utara ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.?
?Dalam lima cara seorang majikan harus memperlakukan para pelayan dan karyawannya seperti arah bawah:
dengan memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka,
dengan memberikan mereka makanan dan upah,
dengan memperhatikan mereka sewaktu mereka sakit,
dengan membagi barang-barang kebutuhan hidupnya,
dan memberikan cuti pada waktu tertentu.?
?Dalam lima cara para pelayan dan karyawannya yang diperlakukan demikian oleh seorang majikan seperti arah bawah, akan mencintainya:
mereka bangun lebih awal dari majikannya,
mereka beristirahat setelah majikannya,
mereka merasa puas dengan segala yang diberikan,
mereka melakukan segala kewajiban dengan baik,
dan di manapun berada, mereka akan memuji majikannya, memuji keharuman namanya.?
?Dalam lima cara inilah seorang majikan memperlakukan para pelayan dan karyawannya seperti arah bawah, dan dalam lima cara inilah para pelayan dan karyawannya mencintainya. Demikianlah arah bawah ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.?
?Dalam lima cara seorang warga keluarga harus memperlakukan para pertapa dan brahmana seperti arah atas:
dengan cinta kasih dalam perbuatan,
dengan cinta kasih dalam ucapan,
dengan cinta kasih dalam pikiran,
membuka pintu rumah bagi kehadiran mereka (mempersilahkan mereka),
dan menunjang kebutuhan hidup mereka pada waktu tertentu.?
?Dalam enam cara para pertapa dan brahmana yang diperlakukan demikian oleh seorang warga keluarga seperti arah atas, akan menunjukkan kecintaannya:
mereka mencegah ia berbuat jahat,
mereka menganjurkan ia berbuat baik,
mereka mencintainya dengan pikiran penuh kasih sayang,
mereka mengajarkan sesuatu yang belum pernah ia dengar,
mereka memperbaiki dan menyempurnakan segala yang pernah ia dengar,
dan mereka menunjukkan ia jalan yang benar.?
?Dalam lima cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan para pertapa dan brahmana seperti arah atas, dan dalam enam cara inilah para pertapa dan brahmana menunjukkan kecintaan mereka kepadanya. Demikianlah arah atas ini dilindungi, diselamatkan dan diamankan olehnya.?
Beliau lalu bersabda, ?Ibu dan ayah adalah arah timur, guru-guru adalah arah selatan, istri dan anak adalah arah barat, sanak saudara dan para sahabat adalah arah utara, para pelayan dan karyawan adalah arah bawah, dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana (pemuka agama). Semua arah ini harus dipuja oleh seseorang yang pantas menjabat sebagai warga keluarga dalam warganya.?
?Ia yang bijaksana, terlatih dalam tata susila, lemah lembut dan pandai dalam pemujaan ini, rendah hati dan patuh, maka ia akan memperoleh kehormatan.?
?Bangun pagi-pagi, menghindari kemalasan, tak goyah dalam segala kemalangan, kehidupannya tanpa cela, bijaksana, maka ia akan memperoleh kehormatan.?
?Bila ia beroleh nama harum dan menciptakan banyak sahabat, biarlah ia menyambut mereka dengan kata-kata ramah dan hati yang tulus, dan memberi mereka petunjuk dan nasehat yang bijaksana, membimbing para sahabatnya, maka ia memperoleh kehormatan.?
?Tangan pemurah, ucapan ramah tamah, kehidupan penuh pengabdian, dan bersikap adil. Inilah yang membawa perputaran (kemajuan) bagi kehidupan, seperti poros berjasa bagi majunya kereta. Jika bukan demikian, tiada seorang ibu akan menerima penghormatan dan penghargaan anak-anaknya. Juga, tak ada seorang ayah yang akan menerimanya. Tetapi, karena para bijaksana sangat memuji hal-hal tersebut, maka patutlah hal-hal tersebut dianggap luhur dan dipuja seseorang.?
Setelah Sang Buddha selesai berkata demikian, Sigala, warga keluarga itu, memuji Sang Bhagava dengan berkata:
?Sungguh mengagumkan, Bhante! Sungguh mengagumkan, Bhante! Seperti halnya seseorang menegakkan kembali sesuatu yang telah roboh, memperlihatkan sesuatu yang tersembunyi, menunjukkan jalan yang benar kepada yang tersesat, atau memberikan cahaya dalam kegelapan agar mereka yang mempunyai mata dapat melihat benda-benda sekitarnya. Demikian pula, dengan berbagai cara, dhamma telah dibabarkan oleh Sang Bhagava kepadaku. Sekarang, Bhante, aku menyatakan berlindung kepada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha. Semoga Sang Bhagava berkenan menerimaku sebagai seorang upasaka (umat pria yang hidup berkeluarga) yang sejak hari ini sampai selama-lamanya telah menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha.?