Saleyyaka Sutta

singthung

New member
SALEYYAKA SUTTA

(Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II,1997)​



Demikianlah yang saya dengar.

Pada suatu waktu Sang Bhagava bersama sejumlah bhikkhu sedang berkelana di negeri Kosala, akhirnya tiba di sebuah desa brahmana Kosala yang bernama Sala.

Para perumah tangga brahmana Sala mendengar: "Rupanya, seorang bhikkhu bernama Gotama, putra suku Sakya yang melepaskan kehidupan rumah tangga dari seorang marga suku Sakya, sedang berkelana di negeri Kosala dengan sejumlah besar bhikkhu Sangha dan datang ke Sala. Akibat kedatangan ini sekarang tersebar luas berita baik mengenai Guru Gotama."

Demikianlah Sang Bhagava, bahwa Beliau adalah Arahat dan Buddha Maha Sempurna, yang memiliki pengetahuan sejati dan perilaku sempurna, luhur, pengenal segenap alam, pelatih yang tiada berbanding dari umat manusia yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, Buddha. Sang Bhagava. Beliau menerangkan dunia ini beserta para dewa, mara dan brahmana, generasi ini berserta kaum petapa dan brahmana, beserta para raja dan rakyatnya, yang telah Beliau pahamkan sendiri melalui pengetahuan langsung. Beliau mengajarkan Dhamma yang baik pada awal, baik pada pertengahan dan baik pada akhir dengan arti dan susunan kalimat (yang benar) Beliau meneguhkan cara hidup suci (brahmancariya) yang benar-benar sempurna dan suci. "Sungguh baik untuk menjumpai arahat yang demikian itu"

Para perumah tangga kasta-brahmana Sala menjumpai Sang Bhagava dan sebagian memberikan hormat kepada Sang Bhagava dan duduk di satu sisi; sebagian bertukar salam dengan Beliau dan ketika ramah tamah serta tegur sapa itu selesai, mereka duduk di satu sisi; sebagian menangkupkan telapak tangan sebagai penghormatan kepada beliau dan duduk di satu sisi sebagian berdiam diri dan duduk di satu sisi.

Ketika mereka telah duduk, mereka berkata kepada Sang Bhagava: "Samana Gotama, apa alasannya, apa sebabnya, mengapa sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka (apaya), di suatu tempat kelahiran menyedihkan (dugati), dalam kesengsaraan (vinipata), bahkan di neraka (niraya); apa alasannya, apa sebabnya, mengapa sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali di suatu tempat kelahiran bahagia, bahkan di alam surgawi?"

"Para perumah tangga, adalah karena alasan perbuatan yang tidak sesuai dengan Dhamma, karena perbuatan yang tidak benar, maka sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka di suatu tempat kelahiran menyedihkan, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Adalah karena alasan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, karena alasan perbuatan yang benar, maka sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali di suatu tempat kelahiran bahagia, bahkan di alam surgawi."

"Kami tidak memahami arti terinci dari pernyataan Guru Gotama yang diucapkan sadar singkat tanpa membabarkan artinya yang terinci. Sungguh baik apabila Guru Gotama mengajarkan Dhamma kepada kita sehingga kita dapat memahami arti yang terinci dari pernyataan Guru Gotama yang diucapkan secara singkat tanpa membabarkan artinya yang terinci."
"Para perumah tangga, dengar dan perhatikanlah baik-baik apa yang akan aku katakan."
"Ya, Bhante," jawab mereka. Lalu Sang Bhagava bersabda:

"Para perumah tangga, terdapat tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar. Terdapat empat macam perbuatan ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar. Terdapat tiga macam perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar.

Bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar itu? Di sini, seseorang adalah pembunuh makhluk-makhluk hidup. Ia bersifat pembunuh, memiliki tangan berlumuran darah, suka memukul dan melakukan kekerasan, serta tidak mengenal belas kasihan kepada semua makhluk hidup. la pengambil apa yang tidak diberikan; ia mengambil ternak dan harta milik orang lain di desa atau di hutan seperti pencuri; ia menyerah pada perbuatan keliru dalam keinginan seksual; ia berzina dengan wanita-wanita, seperti yang dilindungi oleh ibu, ayah (ibu dan ayah), saudara lelaki, saudara perempuan, sanak keluarga, wanita bersuami, wanita hukuman dan juga dengan wanita-wanita yang berkalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar.

Bagaimana halnya mengenai empat macam ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar itu? Di sini, seseorang berdusta sewaktu dipanggil ke pengadilan atau ke pertemuan, atau kehadapan sanak saudara, atau kehadapan serikat kerjanya, atau kehadapan keluarga raja, dan ditanya sebagai saksi demikian: 'Nah orang baik, ceritakanlah apa yang kau ketahui.' Lalu tak mengetahui, ia berkata 'Aku tahu' atau mengetahui, ia berkata 'Aku tak tahu'; tak melihat, ia berkata 'Aku melihat' atau melihat, ia berkata 'Aku tak melihat'; dengan penuh pengertian ia berdusta demi tujuannya sendiri atau demi tujuan orang lain atau demi tujuan duniawi yang tak berarti ia berbicara dengan niat jahat: apa yang didengar di sini diceritakan di tempat lain atau demi tujuan duniawi yang tak berarti ia berbicara dengan niat jahat: apa yang didengar di sini diceritakan di tempat lain dengan tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang ini, atau apa yang didengar di tempat lain diceritakan di sini, atau apa yang didengar di tempat lain diceritakan di sini untuk tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang itu, dan dengan demikian ia pemecah belah dari mereka yang bersatu, pencipta perpecahan, menyukai perpecahan, bergembira dengan perpecahan, ia pengucap kata-kata yang dapat menimbulkan perpecahan, ia berbicara dengan kasar, ia mengucapkan kata-kata yang kasar, keras, menyakitkan orang lain, mengecap orang lain, berbatas dengan kemarahan dan tidak mengarah kepada konsentrasi. Ia seorang penggunjing sebagai orang yang menceritakan apa yang tidak masuk akal, apa yang tidak nyata, apa yang tidak baik apa yang bukan dhamma, apa yang bukan vinaya, dan ia berbicara bukan pada saat yang tepat, pembicaraan yang tidak pantas dicatat, yang tak beralasan, tidak menentu, dan tidak berkaitan dengan kebajikan. Itulah halnya mengenai empat macam perbuatan ucapan yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar.

Dan bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar itu?
Di sini, seseorang bersifat tamak: ia serahkan terhadap ternak dan harta milik orang lain demikian: "Oh seandainya milik orang lain itu menjadi milikku!" Atau ia memiliki batin beritikad jahat, dengan kehendak batin yang dipengaruhi oleh kebencian demikian. "Semoga makhluk-makhluk ini dibunuh dan disembelih, semoga mereka dipotong binasa, atau dimusnahkan!" Atau ia memiliki pandangan keliru, pandangan menyimpang demikian tak ada dunia ini, tak ada dunia lain, tak ada ibu, tak ada ayah, tak ada makhluk-makhluk yang lahir secara spontan, tak ada para petapa dan brahmana saleh yang telah memahami sendiri melalui pengetahuan langsung serta membabarkan tentang dunia ini dan dunia lain. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang tidak sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang tidak benar. Nah, para perumah tangga, adalah karena alasan perbuatan yang tidak sesuai dengan Dhamma, karena alasan perbuatan yang tidak benar, bahwasanya sebagai makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati, muncul kembali dalam keadaan celaka, di suatu tempat kelahiran menyedihkan, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka.

Para perumah tangga, terdapat tiga macam perbuatan jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar. Terdapat empat macam perbuatan ucapan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar. Terdapat tiga macam perbuatan mental yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar itu? Di sini, seseorang meninggalkan pembunuhan makhluk-makhluk hidup, menjadi orang yang menahan diri dari membunuh makhluk-makhluk hidup; dengan membuang tongkat dan senjata, lemah lembut dan penyayang, ia hidup penuh kasih sayang terhadap semua makhluk. Sementara meninggalkan pengambilan apa yang tidak diberikan, ia menjadi orang yang menahan diri mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil ternak dan harta milik orang lain di desa atau di hutan seperti seorang pencuri. Dengan meninggalkan perbuatan keliru dalam keinginan seksual, ia menjadi orang yang menahan diri dari perbuatan keliru dalam keinginan seksual, ia tidak berzinah dengan wanita-wanita seperti yang dilindungi oleh ibu, ayah (ibu dan ayah), saudara perempuan, sanak keluarga, wanita bersuami, wanita hukuman dan juga dengan wanita-wanita yang berkalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Bagaimana halnya mengenai empat macam perbuatan ucapan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar itu? Di sini, dengan meninggalkan ucapan bohong, menjadi orang yang menahan diri dari berdusta sewaktu dipanggil ke pengadilan atau ke pertemuan, atau ke hadapan sanak saudara atau ke hadapan serikat kerjanya, atau ke hadapan raja, dan ditanya sebagai saksi demikian: "Nah, orang baik, ceritakanlah apa yang kamu ketahui" Lalu tak mengetahui, ia berkata "Aku tak tahu" atau mengetahui, ia berkata "Aku tahu" tak melihat, ia berkata "Aku tak melihat" atau melihat, ia berkata "Aku melihat"; dengan penuh pengertian ia tidak berdusta demi tujuannya sendiri atau demi tujuan orang lain atau demi tujuan duniawi yang tak berarti. Dengan meninggalkan ucapan berniat jahat, ia menjadi orang yang menahan diri dari ucapan berniat jahat apa yang didengar di sini tak diceritakan di tempat lain untuk tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang ini, atau apa yang didengar di tempat lain tak diceritakan di sini untuk tujuan menimbulkan perpecahan dengan orang-orang itu, dan dengan demikian ia seorang pemersatu dari mereka yang terpecah belah, seorang penganjur persahabatan, menyukai persatuan; bergembira dengan persatuan, ia menjadi pengucap kata-kata yang menganjurkan persatuan. Dengan meninggalkan ucapan kasar, ia menjadi orang yang menahan diri dari ucapan kasar ia mengucapakan kata-kata yang tidak merugikan, enak didengar dan menyenangkan, meresap ke hati, sopan, diminati orang banyak serta disukai orang banyak. Dengan meninggalkan pergunjingan, ia menjadi orang yang menahan diri dari bergunjing sebagai orang yang menceritakan apa yang masuk akal apa yang nyata, apa yang baik, apa yang Dhamma, apa yang vinaya, dan ia berbicara pada saat yang tepat, pembicaraan yang pantas dicatat, yang beralasan, pasti, dan berkaitan dengan kebajikan. Itulah halnya mengenai empat macam perbuatan ucapan yang sesuai dengan dhamma, perbuatan yang benar.

Bagaimana halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar itu? Di sini, seseorang tidak bersifat tamak ia tidak serakah terhadap ternak dan harta milik orang lain demikian: "Oh seandainya milik orang lain itu menjadi milikku." Ia tidak memiliki batin beritikad jahat, dengan kehendak batin yang tak terpengaruh oleh kebencian demikian: "Semoga makhluk-makhluk ini terbebas dari permusuhan, kebencian dan kekhawatiran, semoga mereka hidup dengan bahagia." Ia memiliki pandangan benar, pandangan yang tidak menyimpang demikian: Ada pemberian, ada persembahan, ada pengorbanan, ada buah dan masaknya perbuatan-perbuatan baik dan buruk, ada dunia ini, ada dunia lain, ada ibu, ada ayah, ada makhluk-makhluk yang (lahir) secara spontan, ada para petapa dan brahmana saleh yang telah memahami sendiri melalui pengetahuan langsung serta membabarkan tentang dunia ini dan dunia lain. Itulah halnya mengenai tiga macam perbuatan mental yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar. Nah, para perumah tangga, adalah karena alasan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, karena alasan perbuatan yang benar. Bahwasanya sebagian makhluk di sini, dengan kehancuran jasmani, setelah mati muncul kembali disuatu tempat kelahiran bahagia, bahkan di alam surgawi.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan warga ksatria yang kaya raya," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan warga ksatria yang kaya raya. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama warga brahmana yang kaya raya," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan warga brahmana yang kaya raya. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan warga perumah tangga yang kaya raya", adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan warga perumah tangga yang kaya raya. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Catumaharajika," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Catumaharajika. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan dewa jasmani," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa jasmani dari Tavatimsa. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati aku dapat muncul kembali bersama para dewa Yama," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Yama. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama para dewa dari Tusita," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa dari Tusita. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Nimmanarati," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Nimmanarati. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Paranimmitavasavatti," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Paranimmitavasavatti. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Pengiring Brahma (Brahmakayika)" adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para Pengiring Brahma (Brahmakayika). Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittabha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittabha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasabha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasabha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abhassara," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Abhassara. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Subha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Subha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittasubha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Parittasubha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasubha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Appamanasubha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Subhakinna," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa Subhakinna. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama para dewa Vehapphala," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia muncul kembali bersama para dewa Vehapphala. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama para dewa Aviha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa Aviha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Atappa," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Atappa. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Sudassa," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Sudassa. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Sudassi," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa Sudassi. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Akanittha," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa Akanittha. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan ruang nirbatas," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki ruang nirbatas. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan kesadaran nirbatas (vinnanancayatana)," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan kesadaran nirbatas (vinnanancayatana). Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan ketiadaan (akincannayatana)," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati ia dapat muncul kembali bersama para dewa yang memiliki landasan ketiadaan (akincannayatana). Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila dengan kehancuran jasmani, setelah mati, aku dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan bukan pencerapan dan bukan tidak pencerapan," adalah memungkinkan bahwa dengan kehancuran jasmani, setelah mati, ia dapat muncul kembali bersama dengan para dewa yang memiliki landasan bukan pencerapan dan bukan tidak pencerapan. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar.

Jika seorang perumah tangga yang menjalankan perbuatan sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar, berharap: "Oh, alangkah baiknya bila melalui penyadaran sendiri dengan pengetahuan langsung, aku di sini dan sekarang juga memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran (cetovimutti) serta kebebasan dengan pengertian (pannavimutti) yang bebas noda dengan hancurnya noda-noda," adalah memungkinkan bahwa melalui penyadaran sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan sekarang ia dapat memasuki dan berdiam dalam kebebasan hati dan kebebasan dengan pengertian yang bebas noda dengan hancurnya noda-noda. Mengapa? Oleh karena ia menjalankan perbuatan yang sesuai dengan Dhamma, perbuatan yang benar."

Ketika hal ini selesai disabdakan, para perumah tangga kasta Brahmana Sala berkata kepada Sang Bhagava: "Menakjubkan, Guru Gotama! Dhamma telah dijelaskan dengan berbagai cara oleh Guru Gotama, seakan-akan Beliau menegakkan apa yang runtuh, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, memegang lampu dalam kegelapan bagi mereka yang mempunyai mata untuk melihat.

Kami berlindung kepada Guru Gotama dan kepada Dhamma serta kepada bhikkhu sangha. Mulai hari ini sudilah kiranya Guru Gotama menerima kami sebagai upasaka yang telah berlindung kepadanya selama hidup.

 
Back
Top