Kisah orang yang sukses di bisnis sedot tinja

EsterAntonia

New member
Menuai Emas dari Tambang Tinja
Sukses Wahyu Susilo berbisnis sedot tinja
Titis Nurdiana, Andreas Berthoni Bayu (Surabaya)

Bisnis tinja telah mengalirkan keuntungan ke kantong Wahyu
Susilo. Selain mempunyai pangsa pasar yang luas, si kuning
lembek nan bau ini juga menghasilkan keuntungan yang
maksimal. Berkat bisnis inilah Wahyu melangkah ke bisnis
perhotelan.

Umumnya orang akan menjauhi tinja. Selain najis dan
menjijikkan, bau yang disebarkan benda berwarna kuning
lembek ini bisa membikin mual orang yang menciumnya. Tapi,
bagi Wahyu Susilo, pengusaha kelahiran Solo, kotoran manusia
tak ubahnya bongkahan emas yang bisa mendatangkan uang.
Malah, dari bisnis yang dilakoninya selama seperempat abad
itu, Wahyu mampu mendirikan hotel mentereng di kawasan elite
Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya.

Wahyu sendiri sebenarnya tak pernah membayangkan bisnisnya
bakal sukses seperti sekarang. Maklum, bisnis sedot tinja
yang dilakoni sejak 1975 itu datang dari sebuah
ketaksengajaan. Ketika itu Wahyu kebingungan karena tukang
sedot tinja yang dipanggilnya tak kunjung datang. Padahal,
WC rumahnya sudah penuh dan mampat hingga tak bisa
digunakan. ?Seminggu lebih saya menunggu, tukang sedotnya
tak datang juga,? ujar Wahyu.

Segala upaya dan cara sudah dilakukan Wahyu untuk memanggil
tukang sedot tinja. Ia juga tidak ragu-ragu mengeluarkan
uang ekstra agar si tukang sedot tinja mau datang. Tapi, ya
itu tadi, kesabaran Wahyu habis juga setelah tukang tinja
yang ditunggu selama beberapa hari tidak datang. Saking tak
tahan, ia akhirnya memanggil tukang sedot WC tradisional
untuk menguras septictank. ?Kalau enggak, gimana saya kalau
mau kebelakang,? ujarnya kesal.

Tak disangka, peristiwa yang terjadi 27 tahun silam itu
menjadi awal bisnis tinjanya. Dari kejadian tersebut, Wahyu
sadar bahwa belum banyak orang yang menggeluti bisnis sedot
tinja. Di Surabaya, ketika itu, memang hanya ada dua
perusahaan penyedotan tinja. Melihat peluang yang masih
terbuka lebar, Wahyu pun memutuskan untuk terjun di usaha
yang satu ini. ?Dengan jumlah pemain sedikit dan permintaan
banyak, pasti untungnya besar,? pikirnya kala itu.

Untuk mewujudkan impiannya, Wahyu pun mendatangi sopir truk
sedot tinja yang pernah diberinya uang. Dari melihat-lihat
truk tinja dan keterangan sang sopir, ia baru tahu bahwa
modal yang dibutuhkan untuk membeli truk dan peralatan
penyedot tinja ternyata tidak sedikit. Untuk membeli truk
dan peralatannya paling tidak dibutuhkan dana Rp 11 juta.
Jumlah yang cukup besar untuk ukuran saat itu. ?Dari mana
uang segitu, saya ini hanya sopir bemo,? ujarnya.

Meski begitu, Wahyu tak mengurungkan niatnya untuk menekuni
usaha penyedotan tinja. Dari hasil menjual bemo dan menguras
tabungannya, akhirnya terkumpul modal Rp 1 juta. Ternyata
dana tersebut hanya cukup untuk membeli truk Thames buatan
tahun 1950 dan peralatan sedot tinja yang telah diperbaiki.
Truk tua dan peralatan tinja ini dibelinya dengan harga Rp
750.000. Tak hanya itu, untuk lebih memperlancar penerimaan
order, Wahyu juga memasang telepon. ?Total modal yang saya
keluarkan Rp 1 juta pas,? ujarnya.

Dengan bendera PT Tinja, Wahyu mencatatkan perusahaannya
menjadi perusahaan ketiga di Surabaya yang menerima order
sedot tinja. Hanya, karena modalnya pas-pasan, Wahyu
terpaksa menjadi sopir sekaligus tukang sedot kakus. Bahkan,
istrinya pun turut membantu melancarkan usaha ini. ?Ia cukup
di rumah, yang merangkap sebagai kantor, untuk menerima dan
mencatat order,? kata Wahyu. Mungkin, karena belum banyak
pesaing, order sedot tinja yang masuk ke PT Tinja terus
mengalami kenaikan. Setiap hari, perusahaan ini rata-rata
menerima 20 kali sedotan, sedang jumlah kotoran manusia yang
disedotnya mencapai 40 m3.

Banyaknya order yang masuk, tentu saja membuat kantong Wahyu
makin tebal. Terbukti, hanya dalam waktu setahun, ia mampu
menambah armada truknya sampai tiga buah. Wahyu juga mulai
mampu mempekerjakan pegawai. Sembilan tahun kemudian, 1984,
jumlah armadanya sudah 10 buah dengan kapasitas penyedotan
60 m3 tinja. Tapi, sukses yang diraih Wahyu tak membuat
senang tetangganya. ?Mereka protes karena bau, banyak lalat,
dan sebagainya. Intinya, mereka merasa jijik dan malu
bertetangga dengan tukang sedot WC,? ujarnya.

Lantaran banyak diprotes tetangga, Wahyu akhirnya memutuskan
untuk pindah ke Jalan Mayjen Sungkono. Menempati tanah
seluas 330 m2, usaha Wahyu semakin moncer. Order penyedotan
tinja seolah tak pernah habis. ?Setiap hari, satu truk bisa
15 kali menyedot,? ujarnya bangga. Kini, tak hanya kotoran
dari rumah ke rumah yang menjadi langganan Wahyu,
hotel-hotel berbintang pun menjadi pelanggan PT Tinja.
Saking banyaknya order yang masuk ke PT Tinja, orang
Surabaya pun mengenal Wahyu sebagai ?Raja Tinja?.

Hotel itu dibangun dari kotoran manusia

Sering keluar masuk hotel berbintang, Wahyu mulai melirik
bisnis ini. ?Niat saya hanya kepingin punya hotel dan
menikmati rasanya punya hotel,? cerita Wahyu tentang
hotelnya. Dengan membeli tanah 1,2 ha di seberang PT Tinja,
pria Solo ini mengawali bisnis hotelnya. Hanya, niat
mendirikan hotel sempat terpendam lantaran tak memiliki
cukup modal. Tapi, keberuntungan berpihak pada Wahyu. ?Bank
Bukopin menawari pinjaman,? ujarnya.
Dengan modal pinjaman Rp 11 miliar dan tabungan Rp 2 miliar,
akhirnya Wahyu bisa memiliki hotel bintang tiga dengan 154
kamar tidur. Satelit, nama yang diberikan Wahyu untuk
hotelnya, merupakan akronim dari Sari Tinja Elit. Nama ini
sengaja dipilih lantaran tak banyak orang percaya dengan
niat Wahyu untuk membangun hotel. ?Ketika itu banyak orang
mengejek, mana bisa telek jadi hotel,? katanya, ?Lagi pula
nama itu merupakan wujud cinta saya pada tinja.?
Kini, di tengah bisnis hotel yang sedang muram, Hotel
Satelit boleh dibilang tak pernah sepi. Bekerja sama dengan
agen perjalanan wisata, tingkat hunian Satelit bertahan di
angka 50%. Tak puas berbisnis hotel, Wahyu berencana
mendirikan sekolah perhotelan Satelit. Rencana lainnya,
membangun pabrik pupuk yang memakai bahan baku tinja. ?Bagi
saya, tinja ini emas lembek yang memberikan emas beneran,?
ujar Wahyu.

Keberuntungan Raja Tinja

Menjadi pengusaha sukses seperti sekarang jauh dari
angan-angan Wahyu Susilo. Maklum, sebelum menjadi pengusaha
tinja, lulusan Sekolah Pelayaran Surabaya ini cuma pegawai
rendahan di perusahaan pelayaran Djakarta Dloyd. Di situ, ia
cuma pekerja kasar dengan banyak pekerjaan. ?Serabutanlah.
Dari kelasi sampai buruh kasar kapal,? ujar Wahyu.
Ia juga tak pernah bermimpi menjadi usahawan ketika pensiun
muda dari Djakarta Dloyd. Malah, pria kelahiran Solo 55
tahun silam ini terpaksa menjadi sopir bemo untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Tapi, Wahyu tak pernah putus asa,
apalagi mengeluh. ?Yang penting berdoa, berusaha, beriman,
tekun, serta jangan malu menjalani pekerjaan apa pun,?
ujarnya.
Sikap tekun dan tidak pernah malu itu masih dipegangnya
walau sudah sukses menjadi pengusaha penyedotan tinja dan
perhotelan. Di usianya yang tak muda lagi, Wahyu meneruskan
pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Kartini dan
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi.
Kendati termasuk pekerja keras, Wahyu begitu percaya bahwa
sukses yang diraihnya selama ini lebih karena faktor
keberuntungan. Termasuk juga keberhasilan usaha penyedotan
tinja yang ditekuninya selama lebih seperempat abad. ?Bisnis
saya ini maju karena 60% dari keberuntungan, sisanya kerja
keras,? ujar penggemar olah raga tinju dan bridge ini.

Bersama Yulia, perempuan yang dinikahinya 28 tahun lalu,
Wahyu berencana mewariskan kerajaan bisnis tinjanya kepada
anak tertua yang baru berusia 19 tahun. ?Sudah waktunya
memberikan pada Erik,? kata ayah dua anak ini. Apakah ini
juga ada hubungannya dengan peruntungan sang putra mahkota?
Entahlah. ?Saya ingin istirahat dan menikmati hidup,? ujar
Wahyu.


mengejutkan memang ceritanya....
 
mau tanya,,dimana kah tinja tersebut dibuang?apakah ditimbun dalam tanah atau bagaimanan? thanks before for the ans=b=wer.
 
umh..
bagus'a jangan dibuang tapi diberdayakan..
seperti di Singapura yang sudah bisa memanfaatkan Tinja sebagai bahan pembangkit listrik..
karena tinja manusia mengandung pH4 yang sangat kental dan mampu menghasilkan listrik aneh bukan?

di tempat saya juga ada pengusaha recycle sampa yang sukses..
mampu membangun rumah senilai 2 milyar lebih. dan membeli beberapa rumah yang bernilai @tidak kurang dari 1 milyar.. angka tsb terbilang masih sangat tinggi ditempat saya..
kelihatannya sampah juga merupakan usaha dengan prospek yang menjamin asal kita mampu memanage'a dengan baik.. bahkan apapun itu..
 
Bls: Kisah orang yang sukses di bisnis sedot tinja

Tinja pada masa y.l. juga dipakai sebagai pupuk tanaman di daerah pertanian di RRC, yang banyak dilakukan oleh para Hoakiauw (= orang Cina yang pulang ke RRC dulu).
Nah, apakah ada yang melirik ke bisnis mengumpulkan air seni/ kencing manusia/ urine? Air seni/ kencing manusia/ urine sejak dahulu kala tlh. dipakai sebagai obat (misalnya di India). Air seni/ kencing manusia/ urine juga sudah dapat diolah sebagai bahan baku kosmetik, dsb. (di RRC dikumpulkan, lho)...
 
Last edited:
mungkin karena usahanya masih di daerah yang jarang ada pengusaha serupa akan dengan mudah mengambil peluang tersebut

coba kalau di jakarta... saingannya sangat ketat ya
 
bukan masalah ketatnya tp siapa yg jeli melihat peluang.. apalagi ini terjun ke dalam (bisnis) tinja.. klo saya seh enggak.. soale bau.. hehehe
 
nice thread, kisahnya menginspirasi banget...

tp dalam bisnis, yang susah adalah mengembangkan dan biasanya akan terkendala di modal.

ane punya bisnis berkat ambil pinjeman ke bank syariah, krn yang sistem syariah emang lebih menguntungan buat kita. ane juga dapet info dari bank indonesia, ternyata sistem syariah itu universal, semua orang bisa, gak cuma orang islam aja.

12122607_868785273170375_5942989461795681496_n.jpg


alhamdulillah, sekarang usaha ane sudah berjalan dua tahun, dan udah berjalan lancar.

*maap jadi curcol nih
 
Back
Top