Penyerapan Masih Minim

pratama_adi2001

New member
Penyerapan Masih Minim

Penerbitan SUN lebih dari Rp 40 triliun tahun ini diperkirakan susah diserap investor dalam negeri. Sementara minat investor asing masih sulit diprediksi karena bergantung dengan situasi internasional. "Selama ini, permintaan asing sulit diukur, sementara domestiknya sudah jelas susah menyerap," ujar analis PT Mandiri Sekuritas Paulus Nurwadono kepada Jawa Pos kemarin. Menurutnya, kalau berbicara mengenai permintaan domestik, maka harus dikaitkan dengan dana pensiun, asuransi, maupun reksadana. Sementara ketiga instrumen itu diperkirakan tidak mengalami peningkatan tajam tahun ini.

Paulus menjelaskan bahwa pertumbuhan aset dana pensiun tahun ini diperkirakan hanya Rp 12 triliun dari outstanding 2006 yang Rp 65 triliun-Rp 70 triliun. Sementara dana kelola asuransi diperkirakan tumbuh 20-40 triliun dari total 2006 Rp 120 triliun. Untuk dana kelola reksadana akan bertambah Rp 15 triliun-Rp 20 triliun dari total aset Rp 50 triliun. "Meski dana itu tidak semuanya untuk SUN, kalau melihat pertumbuhannya diperkirakan berdampak terhadap penyerapan SUN pada 2007."

Selain itu, ada juga faktor perbankan apakah akan menjadi net seller atau tidak. Dalam hal itu, fungsi bank sebagai financial intermediate harus berjalan dengan baik. Sebab kalau fungsi intermediasi tidak berjalan, bank akan tetap menjadi kontributor. Mengenai komposisi kepemilikan asing, menurut Paulus, akhir-akhir ini dari total outstanding, asing baru menguasai 15 persen. Tapi itu hanya yang masuk ke bank-bank rekap, sehingga yang kelihatan dominan masih bank-bank domestik. "Tapi itu sudah menambah net domestic additional bagi pasar obligasi," tegasnya.

Dia menilai, tidak benar asing mendominasi di pasar primer, investor asing hanya mendominasi di pasar sekunder. Jika dilihat komposisinya ketika masuk di pasar primer, investor asing memang terlihat kecil komposisinya. Namun, ketika berada di pasar sekunder, aktivitasnya sangat besar. Menurutnya, porsi investor asing di pasar sekunder bisa 60-70 persen. "Kalau di pasar sekunder kita susah memprediksi asingnya, karena hal itu terkait situasi di luar negri," ungkapnya.

Untuk mengatasi hal itu, satu-satunya cara pemerintah harus mengandalkan banyak instrumen lain seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia), SPN (Surat Perbendaharaan Negara ), atau sukuk (obligasi syariah). Mengingat sebenarnya likuiditas dana pemerintah sangat berlebih, namun instrumennya kurang. Dengan banyaknya instrumen, akan meningkatkan penyerapan dana SUN.

Soal rencana pembentukan dealer utama SUN, dia mengaku sulit direalisasikan. Dari awal 2006, pemerintah sudah berjanji akan membentuk dealer utama SUN sekurangnya pada akhir 2006. Namun, akhirnya meleset. Sulitnya pembentukan dealer utama SUN disebabkan persyaratan yang sulit dengan modal inti minimal Rp 1 triliun. Meski begitu, dirinya mengaku sangat mendukung rencana pembentukan dealer utama SUN tersebut. "Kita patut mendukung, karena itu akan menstabilisasi pasar. Tapi, itu masih ada masalah institutional development sehingga nggak gampang diwujudkan," jelasnya. (wir)
 
Back
Top