Pembantaian di Sekolah, 9 Tewas

Kalina

Moderator
25826large.jpg


Sempat Ditangkap karena Posting Video di YouTube

HELSINKI - Peristiwa penembakan di sekolah kembali terjadi. Kali ini yang melakukan adalah seorang pelajar pria di sebuah sekolah tinggi perdagangan di Kauhajoki, Finlandia Barat, sekitar 300 km dari Helsinki, ibu kota Finlandia. Setelah menembak mati sepuluh orang dan melukai seorang pelajar wanita, pelaku menembak dirinya sendiri di kepala.

Pelaku yang diidentifikasi sebagai Matti Juhani Saari, 22, itu meninggal di rumah sakit (RS) di Tampere, berjarak sekitar dua jam perjalanan dari Kauhajoki. RS tersebut juga merawat pelajar wanita yang terluka. "Dia (Saari) menembak kepalanya, jadi lukanya sangat parah," kata Matti Lehto, direktur RS itu.

Sehari sebelum melakukan aksinya, Saari sempat mem-posting video di YouTube dengan judul Mr Saari. Dalam video itu, tampak dia melepaskan tembakan dengan pistol Walter P 22. Sebuah puisi turut mengiringi. "Dan, mendadak terjadi perang dan para ibu pun menjerit," bunyi puisi di video tersebut.

Menurut Menteri Dalam Negeri Finlandia Anne Homlund, pihak keamanan sempat menginterogasi Saari yang berstatus sebagai pelajar di sekolah tempat dia melakukan penembakan atas videonya itu. Tapi, karena tak punya alasan legal yang kuat, dia dibebaskan.

Para saksi mata mengatakan, pelaku masuk ke kompleks sekolah tersebut sekitar pukul 11 waktu setempat (sekitar pukul 17.00 WIB). Dengan mengenakan penutup kepala seperti pemain ski, dia menerobos ke ruang yang dijadikan tempat ujian dan mulai melepaskan tembakan dengan pistol yang sama seperti di video YouTube. Ketika itu ada sekitar 150 pelajar di kompleks sekolah tersebut. Total jumlah murid mencapai 200.

"Hanya dalam waktu singkat, saya mendengar tembakan beruntun (di ruang ujian, Red). Jadi, sudah pasti dia memakai pistol otomatis," kata Jukka Forsberg, petugas kebersihan sekolah, seperti dikutip harian Inggris The Independent. "Saya melihat beberapa pelajar wanita berteriak dan menangis dan salah seorang di antara mereka meloloskan diri lewat pintu belakang."

Menurut koordinator regu penyelamat Kari Saarinen, pihaknya sempat kesulitan memberikan pertolongan. Mereka tidak bisa langsung mendekati lokasi kejadian karena pelaku terus menembakkan pistol yang dibawanya di dalam salah satu gedung di sekolah tersebut.

Saarinen yang juga dokter di RS Senajoki menerangkan, beberapa RS langsung disiagakan untuk menangani para korban penembakan brutal itu. Termasuk RS Senajoki yang berjarak sekitar 64 km dari Kauhajoki. Dia sempat tidak mengetahui jumlah pasti korban yang telah tertembak.

Kejadian berdarah itu langsung mengingatkan publik Finlandia dengan penembakan yang terjadi di Jokela High School, sekitar 60 kilometer di utara Helsinki, setahun lalu. Saat itu Pekka-Eric Auvinen menembak mati enam pelajar, seorang perawat sekolah, dan kepala sekolah tersebut. Pemuda 19 tahun yang dikenal sebagai penyendiri itu kemudian menembak dirinya sendiri.

Dua peristiwa berdarah di sekolah tersebut bakal kembali makin memanaskan perdebatan mengenai kebebasan penggunaan senjata di Finlandia. Negeri Skandinavia itu memang punya tradisi panjang berburu. Jadi, warganya sangat akrab dengan senjata.
 
[ Rabu, 24 September 2008 ]
Karena Benci Hari Senin, karena Telat Wisuda
PENEMBAKAN di Finlandia kemarin kian menambah panjang peristiwa berdarah di sekolah. Dalam kurun waktu kurang dari tiga dekade, telah tercatat 13 peristiwa serupa di berbagai belahan dunia.

Alasan yang menjadi pemantik peristiwa berdarah tersebut juga beragam. Mulai sekadar iseng sampai sakit hati. Tapi, buntutnya sama-sama mengerikan: selalu ada korban yang meninggal.

Catatan pertama adalah penembakan yang dilakukan Brenda Spencer di sebuah sekolah dasar di Cleveland, San Diego, California. Dalam peristiwa yang terjadi pada 1979 itu, cukup sederhana alasan yang dicetuskan Spencer. Dalam sebuah wawancara, dia mengatakan kalau tindakannya itu dipicu kebencian pada hari Senin. Pembantaian yang dia lakukan memang berlangsung di hari Senin.

"Dan kejadian ini telah menghidupkan hari ini," katanya ketika itu. Padahal, buah "keisengannya" itu telah membuat dua nyawa orang melayang dan sembilan orang terluka.

Lain halnya dengan yang dilakukan Gang Lu pada November 1991. Mahasiswa S-1 University of Iowa asal Tiongkok ini naik pitam dan melepas tembakan gara-gara telat menghadiri wisuda. Akibatnya, lima pegawai kampus tewas dan dua orang terluka. Setelah puas melampiaskan amarah, pemuda 28 tahun itu menyerahkan diri plus senjata yang dia pakai.

Di Freising, Jerman, pada Februari 2002, seorang pemuda membunuh tiga orang gara-gara dia sakit hati setelah dikeluarkan. Setelah beraksi, pemuda ini juga menyerahkan diri pada pihak berwajib. Alasan serupa juga memicu penembakan di Erfurt, Jerman, dan University of Arizona Nursing College.

Dari peristiwa yang ada, yang paling mengerikan adalah yang terjadi sebuah sekolah di Beslan, Rusia. Kejadian itu menelan korban hingga 300 sandera, separo lebih di antaranya adalah anak-anak. Kejadian itu dilakukan pemberontak yang menuntut kemerdekaan Chechnya.
 
Back
Top