Membaca Karakter Atasan

Megha

New member
Peristiwa yang booming di zaman SMA akan selalu Anda ingat, dan diam-diam memengaruhi Anda di kemudian hari. Pasti Anda pernah berpikir, "Kok Si Anu seperti itu, tidak sepreti aku dan teman-teman." Perilaku Si Anu dan cara berpikir Anda dipengaruhi oleh bagaimana Anda melewati masa remaja.

Makanya, si bos yang mulai beruban banyak, jalan berpikirnya berbeda dengan Anda, dan tak sama dengan anak buah Anda yang fresh graduate itu. Mari kita mengenali orang sekantor dengan melihat dari generasi mana dia berasal.

1. GENERASI 70-AN
Generasi ini terdiri dari orang-orang yang lahir pada kisaran tahun 1950-1960-an. Gaya kepemimpinannya cenderung egaliter. Mereka dibesarkan dalam tekanan politik, sehingga membuatnya menganggap teman adalah "saudara seperjuangan". Kondisi tersebut juga membuat mereka terbiasa berbicara konseptual. Mereka akan memberikan konsep dasar pada anak buah dan membiarkannya mengembangkan sendiri. Mereka menghormati perbedaan dan menganggap anak buah adalah partner kerja.

Generasi ini tidak anti teknologi, tapi juga tidak termakan olehnya. Mereka akan menggunakan ponsel ketika menganggap perlu. Bos dari generasi ini juga lebih suka menerima proposal atau usulan secara tatap muka, dibanding lewat email. Buat mereka, integritas sangat penting. Bila bekerja di suatu tempat, mereka akan mendedikasikan seluruh kemampuan dan semangatnya untuk itu. Sehingga, jangan sekali-kali terlihat malas atau tak mau berusaha.

Mereka juga menganggap masa mudanya adalah masa keemasan. Sehingga, dia sangat loyal pada teman-teman lamanya. Namun, dia bisa terbuka pada orang lain, anak buah misalnya, yang bisa memahami masa keemasan tahun 70-an. Terutama ikon-ikon penting pada masa itu.


2. GENERASI 80-AN
Generasi ini lahir tahun 1963 - 1970-an. Pertemanan penting bagi mereka. Banyak hubungan kerja yang terjalin karena pertemanan. Merekomendasikan "teman" yang kompeten untuk menempati posisi tertentu dianggap wajar. Membangun jaringan yang baik umumnya menempati urutan tertinggi dalam skala prioritas.

Di masa itu, fakultas ekonomi sedang booming. Banyak orang belajar manajemen. Itu sebabnya, atasan dari generasi ini dianggap punya modal cukup untuk menjadi atasan karena background

Suka berdiskusi bisa dikatakan sebagai kelebihan atasan dari generasi ini. Mereka umumnya percaya bahwa ide yang brilian biasanya muncul dari pembicaraan yang melibatkan banyak kepala. Bila Anda menjadi bawahannya, tak perlu ragu mengajaknya berdiskusi.

Generasi ini terbelah antara mereka yang melek teknologi dan yang tidak. Tak sedikit yang baru mempelajarinya ketika sudah berada dalam lingkungan kerja. Jadi, meski sebagai atasan dan paham betul manfaat teknologi untuk memanjukan perusahaan, mereka punya toleransi cukup tinggi terhadap bawahan yang terbilang gagap teknologi.


3. GENERASI 80-AN
Orang-orang yang masa remajanya pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an, atau kelahiran tahun 1974 - 1980, dikategorikan dalam generasi ini. Pada masa ini, kecepatan jadi kata kuncinya. Waktu sangat bernilai di zaman ini. Segala sesuatu diukur dengan waktu. Hukumnya, siapa yang cepat, dialah yang menang, siapa yang lambat akan tersingkir.

Di masa ini, segala hal bisa dicari jawabannya dengan cepat, atasan lebih berorientasi pada hasil. Atasan sulit menerima bawahan yang datang dengan alasan tidak tahu, atau tidak mengerti. Anda harus bisa melaksanakan perintahnya, dengan atau tanpa petunjuk yang terperinci.

Pencapaian pribadi sangat penting bagi para atasan dari generasi ini. Ini menjadi semacam pembuktian diri bahwa hasil kerja kerasnya membuahkan hasil. Dalam kaitan ini pula, mereka memiliki semangat bersaing sangat tinggi. Hal ini juga diterapkan pada bawahannya. Atasan biasanya suka memberikan tantanga pada bawahan dan tak ragu mengiming-imingi dengan reward.

Jalur kounikasi yang lebh cepat dilakukan lewat email, messenger, teleconference atau fasilitas lainnya. Termasuk dalam mengatu pekerjaan, menjalankan fungsi controlling, bahkan dalam pengambilan keputusan dan penyebarluasan keputusan. Tatap muka tak lagi menjadi suatu keharusan. Anda mungkni sulit menunggu kehadiran bos di kantor. Tapi ia akan menjawab email dan selalu online saat Anda butuhkan. Jadi, buat bos seperti ini, tak ada tempat buat Anda yang gagap teknologi. akademis menunjang. Secara teoritis dianggap lebih tahu. Dan ini tak tampak dalam gaya manajerial mereka yang cenderung sistematis dan mengikuti aturan baku.

Emma,Candra Widanarko
 
Back
Top