Borok Demokrasi (bag akhir)

andy_baex

New member
Bukankah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memulai dakwahnya dengan tauhid dan mendidik ummat dan masyarakat dengan sunnah, bahkan beliau menolak ketika ditawarkan menjadi raja oleh kaum musyrikin. Maka bisakah syariat ditegakkan sementara masyarakat dalam keadaan tidak siap untuk menerimanya? ingatlah kalian dengan kisah Heraqlius raja Roma ketika disampaikan risalah Islam kepadanya, ?Wahai sekalian rakyat Roma, apakah kalian ingin keadaan bahagia dan teratur, serta kerajaan kalian stabil? Baiatlah Nabi ini.? Maka rakyatnya pun lari dengan sangat kencang, namun pintu-pintu telah tertutup. Lalu Heraqlius memanggil lagi dan mengatakan, ?Saya melakukan hal itu hanya untuk mengetahui kekokohan kalian terhadap agama kalian, maka rakyatnya pun sujud kepadanya.? (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah, meskipun Heraqlius seorang raja yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan, akan tetapi ia tidak mampu memaksa rakyatnya untuk masuk Islam, begitu pula raja Najasyi (seorang Raja Kristen di Habasyah) yang masuk Islam.

Selanjutnya, apakah beliau shallallahu alaihi wa sallam memperjuangkan Islam dengan demokrasi menghadapi orang-orang musyrik? apakah beliau berdemokrasi dengan bermajelis bersama mereka memperbincangkan lagi hal-hal yang sudah jelas dalam syariat, memperbincangkan lagi hukum-hukum Allah yang telah tegas atau bahkan memperbincangkan lagi masalah aqidah? Selanjutnya apakah ada sejengkal tanah di dunia ini yang berhasil menegakkan hukum-hukum Allah dengan cara berdemokrasi? jawablah wahai saudaraku!

Pengalaman-pengalaman pahit di Mesir, Turki bahkan Aljazair bagaimana kemenangan yang telah lebih dari 90% itu tak berarti apa-apa. Seharusnya hal ini menjadi pelajaran yang jelas dan terang bahwa barokah dan ridho Allah tidak dapat dicapai dengan perjuangan memakai sistem kafir ini. Fa aina tadzhabun ya ikhwah?

?Belumkah saatnya bagi orang-orang beriman untuk hati mereka tunduk pada peringatan Allah dan kebenaran yang Allah telah turunkan kepada mereka dan janganlah mereka menjadi seperti golongan ahli kitab sebelumnya. Lalu mereka diberi masa yang panjang kemudian hati mereka menjadi keras dan sebagian dari mereka fasiq.? (QS. Al Haddid: 16)

Semoga Allah merahmati kita semua dan mempersatukan hati kita di atas aqidah yang benar. Karena hanya Allahlah yang dapat mempersatukan hati dan hanya dengan tauhidlah hati-hati ini dapat bersatu dalam kebenaran. Janganlah kau hitung kebenaran dari banyaknya jumlah, namun kenalillah kebenaran itu sendiri (Al Qur?an dan Sunnah shahihah dengan pemahaman para sahabat) maka engkau akan mengetahui siapakah orangnya.

Wallahu A?lam bissowab

Sumber:

1. Mukhtarat Iqtidha Ash Shiratal Mustaqim, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah.
2. Raf ul Litsaam An Mukhaalafatil Qardhaawii Lil syariiatil Islam, Syeikh Ahmad Manshur Al Uda Ini.
3. Muraja at fi Fiqhil Waqi As Siyasi wal fikri ala Dhauil Kitabi was Sunnah, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Shalih Fauzan, Syaikh Shalih As Sadlan.
4. Majalah Ishlah edisi 63 tahun 1996.
5. As Syuura Laa Ad Dimuqratiyah, DR. Adnan Ali Ridho An Nahwi.
 
Last edited:
Back
Top