BERKAH UTAMA (Khotbah Mengenai Berkah Utama)

singthung

New member
BERKAH UTAMA (Khotbah Mengenai Berkah Utama)

img_parita.jpg



Sesosok dewa yang menyinari seluruh Jetavana datang pada larut malam. Datang ke hadapan Sang Bhagava, dewa itu bertanya dalam satu syair.

Bagi mereka yang menaruh kepercayaan terhadap takhayul, mengartikan setiap kejadian, orang dan berbagai hal sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Pemandangan yang tampak di pagi hari atau pada saat kita melakukan perjalanan, atau ketika memulai sebuah perusahaan dapat memberikan berkah atau tidak tergantung dari cara pandang seseorang. Angin membawa aroma yang harum, kendi yang terisi penuh, buah-buahan manis, bunga-bunga bermekaran, anak gadis yang menarik, payung putih, gajah dengan kebesarannya adalah dianggap membawa berkah oleh beberapa budaya.

Apabila orang terperangkap oleh cara pandang ini, obyek-obyek yang membawa berkah diartikan keberhasilan dan bila dianggap sebagai firasat buruk akan membawa petaka, mereka diperbudak oleh takhayul, tidak memiliki inisiatif dan menjadi korban dari rasa takut.

Sang Buddha, yang telah mencapai pencerahan mengajarkan orang menghindari takhayul yang tidak dapat diterima dengan akal sehat, dan menuntun mereka agar memiliki keyakinan pada diri sendiri.

Jauh sebelumnya ketika pola pikir orang masih terbatas pada pandangan beberapa orang yang mendapat pencerahan, umumnya mereka masih diliputi cara berpikir yang bodoh atau salah.

Pada jaman Sang Buddha, keingintahuan mengenai berkah menjadi obsesi orang banyak. Ada kelompok yang menganut paham bahwa melihat hal-hal yang baik adalah berkah. Kelompok II berpandangan bahwa, mendengarkan kata-kata yang baik dan suara-suara menyenangkan adalah berkah, kelompok III mengatakan aroma yang harum adalah berkah.

Lebih lanjut mengenai berkah ini ada sebuah peristiwa yang membangkitkan sekelompok orang mencari tahu tentang berkah utama. Pada suatu ketika, seorang brahma melihat salah satu jubahnya yang berharga digigit seekor tikus. Takhayul yang diyakini saat itu adalah bila seseorang memakai baju yang telah digigit tikus akan sial. Rasa takut akan firasat buruk yang dapat menimpanya, sang brahma melempar jubahnya ke sebuah makam. Tetapi Sang Buddha kemudian memungut jubah tersebut. Mengetahui hal ini sang brahma sangat cemas, agar bahaya tidak menimpa Sang Buddha, ia mencoba membujuk Beliau agar menjauhi jubah sial tersebut. Sang Buddha kemudian memberikan penjelasan kepada sang brahma agar dapat terbebas dari belenggu takhayul.

Ketika peristiwa ini terdengar sampai ke alam surga, para dewa pun ikut memikirkan tentang berkah utama. Bahkan para dewa tidak dapat menyimpulkan apa yang dimaksud berkah utama yang sebenarnya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk mengirim para dewa menanyakan hal ini kepada Sang Buddha karena Beliaulah yang sanggup menyelesaikan perselisihan.

Kepada para dewa, Sang Buddha menjelaskan pandangannya tentang berkah utama, di dalam Mahā Maṅgala Sutta (Khotbah utama mengenai keselamatan).

Mahā Maṅgala Sutta terdapat dalam Sutta Pi?*aka (Keranjang Khotbah) bagian dari kumpulan yang diberi judul Sutta Nipāta (Kumpulan Khotbah). Sutta Nipāta ini adalah bagian kelima dari kumpulan kecil (Khuddaka Nikāya).

Di seluruh negara Buddhis khotbah ini sangat terkenal. Sutta ini digunakan hampir pada setiap acara keagamaan di negara Sri Lanka.

Khotbah ini terdiri dari dua belas syair, diawali dengan kalimat pengantar. Tiga puluh delapan berkah dituangkan dalam syair-syair tersebut. Syair pertama adalah pertanyaan yang diajukan oleh para dewa di Vihāra Jetavana.

Syair terakhir yaitu syair kedua belas, menerangkan kebajikan yang akan diperoleh dari seseorang yang mempraktikkan tuntunan yang dijelaskan Beliau dalam khotbah-Nya.

Kebajikan moral disampaikan oleh Beliau dengan sangat jelas dalam khotbah ini, yang mana dapat diterima sebagai puja terpenting dari semuanya - karena tidak menimbulkan perpecahan di antara golongan, kepercayaan dan ras, karena dapat diterima secara universal.

Mahā Maṅgala Sutta secara singkat, diuraikan sebagai pelajaran pokok tentang kebajikan moral manusia. Bila dipertanyakan mengenai khotbah Sang Buddha yang paling terkenal, hampir dipastikan bahwa Mahā Maṅgala Sutta adalah yang terpopuler. Khotbah ini merupakan yang pertama dari tiga paritta (perlindungan) yang dipakai pada upacara umum maupun ritual keagamaan.

Banyak konsep yang muncul di masa Sang Buddha, orang-orang kebingungan akibat banyak perselisihan mengenai berkah keselamatan. Perselisihan mereka bahkan terdengar di alam dewa. Ketika perselisihan tersebut semakin seru, para dewa datang menghampiri Sang Buddha di Vihāra Jetavana, di tengah malam. Para dewa memohon kepada Beliau untuk menjelaskan arti keselamatan yang sebenarnya agar perselisihan dapat diselesaikan. Sang Buddha menjelaskan mengenai Mahā Maṅgala Sutta untuk menjawab pertanyaan para dewa yang mengunjunginya.

Khotbah ini dikenal sebagai pedoman moral yang menuntun manusia agar memiliki kebajikan dalam hidupnya. Inti dari tuntunan yang terkandung di dalamnya adalah bila setiap orang menjalani hidup dengan mawas diri, dapat dipastikan hubungan antarmanusia akan harmonis dan sejahtera.

Nilai-nilai moral yang dijelaskan oleh Beliau dalam Mahā Maṅgala Sutta berlaku dalam sistem masyarakat saat itu.

Secara umum, banyak yang menganggap khotbah Sang Buddha untuk keperluan ritual saja, demikian juga dengan khotbah Mahā Maṅgala Sutta. Orang cenderung percaya bila khotbah ini digunakan dalam ritual keagamaan, otomatis akan membawa keselamatan. Sesungguhnya bukan demikian yang dimaksud Sang Buddha, Beliau menginginkan setiap orang dapat menuntun dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Seluruh ajaran Sang Buddha pada umumnya adalah tuntunan hidup. Demikian juga khotbah Mahā Maṅgala Sutta berisi nilai-nilai moral yang harus diserap maknanya serta dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam khotbah ini, Sang Buddha menyelesaikan masalah yang telah lama mencengkeram manusia. Khotbah ini telah menghapus pandangan takhayul yang berlaku di masyarakat saat itu.

Makna yang tersirat di dalamnya menegaskan bahwa jasa kebajikan yang telah dilakukan setiap orang melalui usahanya sendirilah yang merupakan berkah yang sesungguhnya.
 
Back
Top