Prebiotik dapat memperbaiki fungsi sistem kekebalan tubuh

her_is_mine

New member
Suplemen prebiotik mengandung gula sederhana yang dihasilkan oleh laktosa, chicory dan buah sitrus ditemukan meningkatkan kesehatan usus yang kemudian meningkatkan fungsi sistem kekebalan secara bermakna dalam sebuah penelitian terhadap pasien AIDS yang belum pernah memakai pengobatan (naif-pengobatan).

Hasil awal uji coba percobaan COPA dilaporkan dalam BHIVA Autumn Conference di London, Inggris oleh Dr. Mario Clerici dari Fakultas Kedokteran Universitas Milan Medical dalam sesi pleno tentang kekebalan usus dan HIV.

Dr. Clerici mulai dengan menjelaskan bahwa usus adalah organ sistem kekebalan terbesar dalam tubuh manusia. Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, virus tersebut langsung menginfeksi jaringan getah bening terkait usus (gut-associated lymphoid tissue/GALT), tempat antara 70-80% dari seluruh sel kekebalan, menghancurkan sel CD4 dalam jumlah yang luar biasa banyak – sampai dengan 80% dalam satu bulan setelah terinfeksi.

Sekarang ada pendapat bahwa perubahan besar yang terlihat pada usus setelah infeksi primer dapat sangat mempengaruhi tanggapan kekebalan. Dua tahun lalu para peneliti AS menemukan bahwa kebocoran mikroba dari usus akibat kerusakan dinding usus terkait HIV mungkin adalah penyebab utama kegiatan aktivasi sistemik yang mengembangkan penyakit HIV.

Pada awal tahun 2008 para peneliti dari Universitas Minnesota mengaitkan penurunan secara bermakna pada sel CD4 dalam usus dengan kerusakan kolagen secara cepat dan luas pada jaringan limfatik usus.

Lebih lanjut, penelitian dari dua tim, satu dari Universitas California, dan satu lagi dari National Institutes of Health AS, menemukan bahwa HIV tetap ada dalam sel CD4 di usus walaupun memakai terapi antiretroviral (ART) secara efektif, menghasilkan tempat persediaan infeksi yang terhindar dari pengobatan saat ini.

Uji coba COPA

Untuk lebih memahami hubungan antara HIV, kebocoran mikroba usus, dan dampaknya terhadap sistem kekebalan, Dr. Clerici dan rekan di Universitas Milan, serta rekan lain di Italia dan Belanda mendaftarkan 57 pasien AIDS yang sehat, tanpa gejala dan naif- ARV.

Mula-mula mereka meneliti dampak infeksi HIV pada berbagai mikroba ‘baik’ dan ‘buruk’ dalam jalur lambung usus dan menemukan prevalensi sangat tinggi pada mikroba ‘buruk’ P. aeruginosa dan C.albicans dibandingkan tingkat yang dilaporkan pada orang yang sehat. Di lain sisi mereka menemukan tingkat sangat rendah pada bakteri ‘baik’, bakteri bifido dan laktobasilus, dibandingkan tingkat yang dilaporkan pada masyarakat umum – bakteri bifido berjumlah kurang dari separuh jumlah rata-rata yang normal dan hanya kurang lebih 1-2% dari jumlah normal laktobasilus.

Waktu mereka mengamati kalprotektin pada feses – tanda peradangan usus – separuh kohort memiliki tingkat yang mengindikasikan peradangan dengan sepertiga mengindikasikan peradangan yang bermakna, serupa dengan yang terlihat pada penyakit peradangan usus besar. Karena peradangan usus diketahui mengurangi fungsi penghambat dalam usus, Dr. Clerici berpendapat bahwa data tersebut mengonfirmasi penguraian hambatan dalam usus.

Begitu mereka menetapkan bahwa usus pada kohort tidak berfungsi dengan baik, kemudian Dr. Clerici dan rekan berupaya untuk mencari jalan keluar – cara untuk meningkatkan kesehatan usus yang diharapkan dapat mengurangi peradangan dan membaikkan tanggapan kekebalan.

Mereka bergabung dengan Danone Research Centre for Specialised Nutrition di Belanda untuk memproduksi suplemen prebiotik yang unik, mengandung sembilan bagian dari rangkaian pendek galactooligosaccharide (scGOS) dari laktosa; satu bagian rangkaian panjang fructooligosaccharide (lcFOS) dari chicory; dan sepuluh bagian acidic oligosaccharide dari pektin hidrolisat (AOS) dari buah sitrus.

Prebiotik adalah kandungan makanan yang tidak dicerna, yang secara selektif dapat memicu pertumbuhan atau kegiatan bakteri ‘baik’ dan ‘buruk’ dalam usus. Probiotik, misalnya yoghurt ‘hidup’ dan produk susu yang serupa, bekerja dengan cara yang serupa, tetapi di dalam usus kecil.

Lima puluh tujuh orang dalam kohort uji coba COPA secara acak menerima suplemen prebiotik dosis tunggal (15g/hari) atau dosis ganda (30g/hari) atau plasebo (maltodekstrin) selama 12 minggu.

Suplemen prebiotik ditemukan aman dan dapat ditahan dengan baik (efek samping termasuk buang angin atau kembung) dan walaupun tidak ada dampak besar pada jumlah CD4 mutlak atau viral load, tim Dr. Clerici mengukur peningkatan secara bermakna pada bifido bakteri ‘baik’ (setelah 12 minggu, peningkatan menjadi 14,1% pada dosis tunggal dan 15,8% pada dosis ganda, dibandingkan kurang dari 5% pada kelompok kontrol; p < 0,05) dan tingkat kelompok mikroba Clostridium, termasuk C. perfringens dan C. difficile menurun secara bermakna (dari 0,012% menjadi tidak terdeteksi pada kelompok dosis ganda; p = 0,009).

Namun yang paling menarik adalah dua slide di akhir sesi pleno Dr. Clerici yang menunjukkan dampak suplemen prebiotik terhadap aktivasi kekebalan pada 20 peserta dalam uji coba COPA.

Setelah 12 minggu, dosis ganda prebiotik ditemukan mengurangi secara bermakna jumlah sel CD4/CD25 yang digiatkan (p < 0,01) dalam darah perifer. Walaupun dosis tunggal juga mengurangi aktivasi kekebalan, penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik (p = 0,09), karena jumlahnya kecil dalam penelitian.

Namun demikian, dosis tunggal ditemukan meningkatkan kegiatan sel pembunuh alami (natural killer/NK) secara bermakna (p < 0,001) dalam darah perifer. Walaupun dosis ganda meningkatkan kegiatan sel NK, sekali lagi peningkatan tersebut tidak bermakna secara statistik (p = 0,08).

Namun demikian, Dr. Clerici mengakhiri presentasinya dengan mencatat bahwa penelitian yang terbukti dalam penelitian membuka jalan untuk mendaftarkan penelitian yang lebih besar tentang dampak prebiotik pada kesehatan usus, yang mungkin memegang kunci untuk pemahaman lebih lanjut – dan mungkin memiliki dampak besar pada usus dan aktivasi kekebalan terkait HIV. kalbe
 
Back
Top