Dajjal Sudah Muncul

Bls: Dajjal Sudah Muncul

ada bukunya, malahan sekarang ada kaki tangan dajjal itu si sai baba di indo. ktanya sih ahmad dani
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Hmm...
Bru Taw Aq...

Gila Ya..
Klo Ternyata Bgitu...
Berarti Kiamat Emang Udh Di Depan Mata...

By The Snow Wolf
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Mari sama-sama kita ucapkan Sholawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, pemberi safa'at terbesar...!"
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Cepat Tobat !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

wajah-monyet-lucu.jpg
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Kita jadi manusia tidak boleh menyimpan rasa benci...
Walaupun dia Dajjal,kita tetap harus menghormati dia karena jasa dia banyak sekali walaupun dia dajjal,yang penting...kita berterima kasih kepadanya tapi tidak menyembahnya atau syirik..
Jasanya telah memakmurkan negri Indi yang banyak warga kurang mampu dan dia membantu orang banyak..tetapi sebagian orang tidak memahami sehingga mereka pun bersujud pada Sai Baba...
gw sering banget ke kuil Sai Baba...

Menurut gw,tidak salah kalo kita ikut acara mereka ,meriah banget...di dalamnya banyak umat dari Islam Kristen Budha Hindu dan Sikh...
Tetapi,gw sudah memahami secara jelas dan saya hanya mengambil intisari kebaikan yang bermanfaat bagiku saja...tetap saya tidak menyembahnya dan bersujud padanya...
Karena di manusia...

Di Jakarta ada banyak kuil nya,anda boleh berdiri di depan menyaksikan saja...lihat meriahnya acaranya dan ramahnya umat nya..
walau mereka telah menjadi murid Sai Baba,say tetap emnghargai mereka..yang penting,mereka taat pada hukum Pancasila dan tidak merugikan orang lain...

Jangan membenci Sai Baba dan umatnya..ok..
Karena Islam adalah damai tanpa noda dan tanpa tumpah darah..
Tunjukkanlah citra agama Islam yang baik pada agama lain..
Jangan seperti kejadian FPI yang berantem di Monas itu kemarin...selain memberantas Ahmadiyya,tanpa disadari mereka telah membuat cita agama Islam menjadi jelek di mata agama lain...
Tunjukkan kasih pada agama lain sehingga mereka tidak mengolok2 Islam...

Di Medan,ada 3 kuilSai baba:
1.Lantai 3 Vihara Borobudur.acaranya tiap hari kamis jam 7.
2.Jalan Lobak,dekat ramayana pringgan.acara hari minggu pagi jam 8
3.jalan sai ganesha,sunggal.acara hari rabu jam 7 malam.

Di dalam kuil Sai Baba,ada lambang agama Islam,Kristen,Hindu,Buddha...
Datanglah ke kuil sai baba di Idul Fitri,ternyata mereka juga merayakan dan bagi2 lontong...

Gw dengar,misi Sai Baba adalah mengembalikan semua umat manusia pada agamanya masing2.
Sai Baba tidak pernah berkata,jadilah umatku dan tinggalkan agamamu..

Tetapi Sai Baba menekankan kasih tanpa kekerasan..

Menurutku post yang paling atas di halaman satu ada kesalahan yang tidak terdapat pada Sai Baba...

Jangan percaya begitu saja pada post halaman 1 itu,,tapi selidikilah demi kemaslahatanmu...
Karena iman tanpa pengertian adalah buta atau kosong...

Menurutku Sai Baba itu baik,tapi gw bukan muridnya tetapi sesama...
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Lakum diinukum wa liyadiiin..

buat ane, Sai Baba dajjal atau bukan, tidak masalah yg penting mereka tidak melakukan penistaan dan mencampur adukkan agama, seperti yg dilakukan oleh AHMADIYAH. Kalaupun benar dia itu Dajjal, kita semua tidak ada yg bisa membunuhnya kecuali Imam Mahdi yang akan datang di hari menjelang hari kiamat nanti.

wallahu a'lam.
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Dajjal mungkin belum datang

Saya pernah membaca suatu hadits yang intinya " dajjal akan muncul ketika dajjal tak dibicarakan/tak diingat oleh seorang pun".. sebentar saya kirimkan tulisan dibawah ini:

keterangan: kata "saya" maksudnya adalah Syeikh nashiruddin al-albani (ahli hadits zaman kini/penulis buku).

Buku: NABI ISA AS VS DAJJAL

Penulis: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-albani



Pendahuluan Penulis

Sebab ditulisnya Kitab Ini

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam. Kepada-Nya kita memohon dan kepada-Nya jua kita meminta ampun. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka ia tidak akan mendapatkan kesesatan. Barangsiapa yang tersesat, maka tidak ada yang dapat memberikannya petunjuk kecuali hanya Dia semata. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang maha Esa. Saya bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar –benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Aali `Imraan (3): 102).

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. An-Nisaa (4): 1)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al Ahzaab (33) 70 dan 71)

Selanjutnya, sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah. Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Sedang seburuk-buruk sesuatu adalah mengada-ada, dan semua yang mengada-ada adalah bid'ah, dan semua yang bid'ah adalah sesat, dan semua yang sesat tempat kembalinya adalah neraka.

Tidak pernah terlintas dalam benakku akan meluangkan waktu untuk menyusun sebuah risalah seperti ini sebelumnya. Akan tetapi, Allah SWT jika menghendaki sesuatu, maka pasti akan mewujudkannya. Tepatnya pada awal bulan Jumadil Ula tahun (1393 H) saya mendapatkan pentahqiqan (tahqiq) untuk kitab "Shahih Al Jami Ash-Shaghir" dan "Dha'if Al Jami' Shagir" yang memuat hadits Abi Umamah Al Bahili radhiyallahu `anhu tentang peringatan nabi SAW kepada umatnya mengenai Dajjal, dan penggambaran yang diberikan oleh beliau yang belum pernah dilakukan oleh seorang nabi sebelumnya. Pembunuhan Isa `alaihissalam terhadap Dajjal di (Ludd) negeri Palestina, dan selainnya, merupakan kebenaran kebenaran yang berkenaan dengan Al Masih yang memberi petunjuk dan Dajjal yang menyesatkan. Dengan hasil tahqiq – yang telah aku lakukan pada kedua kitab tersebut- maka hal itu memicu saya untuk mempelajari sanad hadits yang menelitinya. Ada beberapa hadits yang lemah (dha'if) yang tidak mungkin dijadikan sandaran hukum. Terlebih lagi pada perihal akidah keyakinan seperti ini. Akan tetapi, saya mendapatkan kejelasan –di awal penelitian yang saya lakukan pada matan hadits tersebut –bahwa kebanyakan dari hadits itu shahih dan tertera dalam kitab "Shahihain" dan kitab-kitab Sunnah yang lain.

Suatu hal yang rasional adalah bahwa tidak mungkin menetapkan ke-shahihan suatu hadits secara sempurna hanya dengan melakukan suatu penelitian yang tergesa-gesa. Akan tetapi, lebih dari itu, hal tersebut memerlukan ketekunan dalam penelitian pada setiap paragrafnya (baris), bahkan lafazh-lafazhnya. Dan mencari hadits-hadits yang senada dengannya pada kitab-kitab sunah, dan mencari perselisihan-perselisihan hadits yang terdapat di dalamnya. Baik yang punya kaitan dekat maupun jauh dengan Isa alaihissallam dan Dajjal yang telah dilaknat oleh Allah SWT dan yang berhubungan dengannya. Demikian pula mempelajari sanad-sanad dengan pentahqiqan yang teliti, sebagaimana yang telah kami lakukan dalam kitab kami "Silsilah Al Ahadits `alaihissalam Ash-Shahihah" dan "Silsilah Al Ahadits Adh-Dha'ifah" hingga kita bisa menetapkan secara tegas keshahihan dan keutamaan hadits tersebut pada akhirnya. Setelah itu mencantumkannya dalam kitab "Ash-Shahih" secara keseluruhan sebagai hasil dari proses pentahqiqan.

Saya mengerahkan segenap tenaga untuk mempelajari hadits tersebut cara paragraph perparagraf, bahkan lafazh perlafazh. Menyebutkan hadits-hadits yang kuat di setiap paragrafnya yang telah saya teliti. Takhrijnya secara keseluruhan, beserta ungkapan tentang sanad-sanad dari segi keshahihan dan kedha'ifannya, yang berdasarkan kaidah ilmu hadits yang menetapkan tentang keshahihan, kehasanan, dan kedha'ifan hadits. Saya kemudian menemukan hadits-hadits yang mendukung atau yang senada dengannya (mutabi' dan syahid) yang dapat membantu kami dalam membersihkan setiap paragrafnya dari terjadinya kedha'ifan yang melekat padanya dari sisi sanadnya. Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Umamah radhiyallahu `anhu.

Jelaslah bagi saya setelah mempelajari dengan cermat bahwa hadits tersebut dengan seluruh paragrafnya adalah shahih lighairihi, kecuali sebagian darinya. Bahkan kebanyakan darinya merupakan hadits yang matawatir yang qath'i, yang bersumber dari nabi SAW. Contohnya adalah yang berhubungan dengan kemunculan Dajjal yang bermata juling, turunnya Isa `alaihissalam dari langit, dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa `alaihissalam.

Saya juga telah menemukan banyak informasi dan pelajaran yang berharga pada hadits-hadits yang telah saya takhrij itu, terutama yang berkenaan dengan Isa `alaihissalam dan Dajjal yang juling, yang tidak terdapat pada hadits Abu Umamah. Terlebih lagi, jumlah hadits itu hampir mencapai tiga puluh buah, dan bersumber lebih dari dua puluh sahabat. Satu hadits dengan hadits lainnya terkadang memiliki lebih dari satu jalur sanad. Khususnya hadits Abu Hurairah, saya telah mentakhrij hadits itu sendiri sebanyak sepuluh jalur sanad. Di setiap jalur sanad kadang-kadang ada faidah dan tambahan yang tidak terdapat pada jalur sanad lainnya.

Oleh karena itu, setelah saya selesai mempelajari hadits tersebut dengan setiap paragrafnya, dan mentakhrij hadits-hadits yang mendukungnya (syawahid), dan mencantumkannya dalam kitabku "Silsilah Al Hadits Ash-Shahihah" pada nomor (2457), munculah suatu pemikiran dari saya, bahwa hadits-hadits tersebut membantu mengetahui dan menunjukkan kepada permasalahan tersebut dengan benar. Aku terapkan pada kitabku (Hujjah An-Nabi SAW), sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahu `anhu perbedaan yang jelas antara kedua hadits tersebut. Kitab tersebut khusus mengandung riwayat-riwayat hadits Jabir sendiri, bukan seluruh sahabat. Saya meletakkan semua tambahan yang shahih pada tempat yang cocok dengan bentuk rangkaian haditsnya dari riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Ja'far Al Baqir.

Adapun hadits Abi Umamah radhiyallahu `anhu, saya berpegang kepada apa yang shahih, dan kepada apa yang bersumber dari kalangan sahabat radhiyallahu `anhu. Jumlahnya mencapai dua puluh sahabat, sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya.

Pemikiran itu senantiasa memikat saya untuk terus menyelaminya dan mempertimbangkannya berkali-kali hingga saya mampu mengeluarkannya dalam wujud yang nyata. Hal itu dipicu oleh pentingnya persoalan ini untuk disebarkan kepada segenap orang dalam rangkaian kalimat yang indah dan mudah untuk didapatkan seluruhnya –berdasarkan keragaman budaya dan tingkatan martabat mereka-. Dan juga untuk menjelaskan kepada mereka seluruh hadits yang berbeda, yang tidak mungkin dilakukan oleh banyak kalangan terutama dalam mentakhrijnya.

Yang memberanikan saya untuk menyusun kitab ini ada beberapa hal, yaitu:

Pertama, keraguan banyak ilmuwan dan juga para da'I, -terlebih lagi orang lain yang tidak mempunyai akar budaya keislaman dari kalangan pemuda dan kalangan awam lainnya-tentang keyakinan akan turunnya Isa `alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa AS di akhir zaman kelak, sudah sampai pada taraf yang memprihatinkan. Saya berkesimpulan bahwa sebagian ulama ada yang meragukan hal ini –meskipun mereka tidak mengingkarinya-. Hal itu saya peroleh dari hasil diskusi saya dengan mereka secara langsung dan setelah menelaah fatwa-fatwa mereka tentang hal ini dan juga komentar-komentar dari kalangan mereka yang termaktub dalam beberapa kitab.

Yang paling masyhur di antara mereka adalah Syaikh Muhammad Abduh. Beliau berpendapat bahwa hadits tentang turunnya Isa `alaihissalam adalah hadits ahad. Ini tentunya dikarenakan keterbatasan beliau dalam mengkaji hadits-hadits. Beliau adalah salah seorang ulama modern yang saya kritik. Terkadang juga ia menakwilkan turunnya Isa `alaihissalam ke bumi sebagai kemenangan dunia ruh dengan dunia jasad, dan turunnya Isa bagi beliau juga merupakan rahasia risalah-Nya pada manusia. Yaitu ajaran yang di dalamnya terdapat ajaran kasih saying, cinta, dan kedamaian, sebagaimana diceritakan oleh Sayyid Rasyid Ridha dalam Tafsir-nya (3/317). Padahal sesungguhnya ia menolaknya dengan ungkapan, "Akan tetapi, bentuk zhahir hadits yang tercantum tentang hal itu tertolak." Karena itu ia menolak pengecualian ini dengan ungkapan, "Para pendukung takwil ini berkata, `Sesungguhnya hadits-hadits ini telah dikutip secara maknawi, seperti kebanyakan hadits lain." Dan sang penukil makna ini mengutip sebatas kadar pemahamannya."Muhammad Abduh pernah ditanya tentang Dajjal dan terbunuhnya ia oleh Isa `alaihissalam. Beliau menjawab, "Sesungguhnya Dajjal merupakan symbol khurafat, penyimpangan, dan kejahatan yang merubah penetapan syariah dari bentuknya…"

Sangat ironis bahwa penakwilan ini telah dilakukan terlebih dahulu oleh Mirza Ghulan Ahmad (seorang qadhi) di India yang mengaku sebagai nabi. Ia selalu mengulang-ulangnya dalam kitab dan risalah-risalahnya. Penakwilan ini sangatlah serupa dengan penakwilannya pada banyak ayat Al Qur'an yang ia ubah untuk menunjukkan kenabiannya. Seperti penakwilannya tentang firman Allah SWT tentang Isa `alaihissalam. (QS. Ash-Shaff (61): 6). Ia mengira bahwa yang dimaksud dengan kata (Ahmad) adalah dirinya. Ini adalah salah satu dari contoh penakwilan yang dilakukannya secara gegabah. Sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Rasyid Ridha sendiri yang menolak pendapat ini pada bentuk lain dalam Tafsir-nya (6/58). Beliau berkata di dalamnya, "Kalangan Mahdawiyah dari kalangan Syiah Iran sama seperti golongan Al Bahaiyah dan Al Babiyah (dalam menyimpulkan dalil-dalil yang masih samar dalam Al Qur'an). Hingga ia mengtakhrijnya dari surat Al Fatihah. Dalam penafsirannya itu, ia (Mirza Ghulam Ahmad) mempunyai satu kitab dengan gaya ketololan yang menegaskan bahwa itu merupakan mukjizat baginya. Maka ia menjadikannya sebagai berita gembira dengan kemunculan dirinya (bahwa ia adalah Al Masih bagi umat ini.)"

Sayyid Rasyid Ridha berkata, "Sesungguhnya ia (Mirza Ghulam Ahmad) membuka pintu untuk umat yang aneh dari pintu penakwilan Al Qur'an, dan merubah lafazh-lafazhnya dari makna-makna yang terdapat di dalamnya (menjadi makna-makna yang aneh, yang tidak sedikitpun menyerupainya dan cocok dengannya). Mereka adalah kalangan zindiq (kafir) dari golongan majusi, dan konco-konconya yang telah memalsukan ajaran agama dari kalangan Bathiniyah."

Lalu apa perbedaan antara penakwilan kalangan Bathiniyah terhadap Al Qur'an dengan penakwilan kalangan Qadyaniyah, dan Muhammad Abduh dan para pengikutnya pada hadits-hadits tentang turunnya Isa `alaihissalam dan Dajjal dengan penakwilan yang batil dan tanpa alasan itu? Bagaimana sikap Sayyid Rasyid Ridha rahimahullah yang juga menakwilkan dengan penakwilan baru, bahwa hadits-hadits itu dikutip secara makna? Apakah hal itu sudah pantas dijadikan alasan untuk menolak riwayat yang shahih dari sahabat, terlebih lagi riwayat mereka yang mutawatir?

Banyak lagi contoh penakwilan lain yang disusutkan oleh penulis-penulis modern dari beberapa kalangan ulama. Syaikh Muhammad Fahim Abu Abiyah berkata pada komentarnya dalam kitab Nihayah Al Bidayah wa An-Nihayah (1/71), "Apakah Isa `alaihissalam masih tetap hidup hingga sekarang? Dan apabila akan turun ke bumi untuk memperbarui dakwah untuk menyeru manusia kepada agama Allah dengan sendirinya? Ataukah maksud dengan turunnya Isa `alaihissalam adalah kemenangan agama yang benar dan tersebarnya agama itu dalam bentuk yang baru, di bawah kekuasaan seseorang yang diutus untuk memurnikan masyarakat dari kejahatan dan berhala? Ada dua pendapat yang semuanya didukung oleh sekelompok ulama.

Adapun tentang Dajjal, ada beberapa pertanyaan yang muncul, yaitu: apakah ia merupakan sosok yang terbentuk dari daging dan tulang, yang menebarkan kerusakan dan mengancam para ahli ibadah, dan mampu memberikan anjuran dan ancaman serta melakukan kerusakan hingga dihancurkan oleh Isa `alaihissalam? Ataukah ia hanya merupakan simbol tersebarnya kejahatan dan fitnah, dan lemahnya daya tarik kemuliaan yang kemudian dihancurkan oleh kebaikan yang disimbolkan dengan angin kebajikan yang dibawa oleh Isa `alaihissalam?, yang mengantar umat manusia kea rah tujuan yang baik dan lurus, serta berada dalam keadaan yang penuh keadilan dan hidup dalam nuansa keagamaan?

Saya mengatakan bahwa ulama ini tidak hanya telah melakukan perusakan pada teks-teks sunah yang penakwilannya –dengan jalan simbolisasi yang merupakan madzhab Bathiniyah yang kafir, sebagaimana diceritakan sebelumnya oleh Sayyid Rasyid Ridha sendiri- bahkan ia telah membingungkan para pembaca dengan mengatakan bahwa perusakan ini merupakan pendapat sebagian ulama. Padahal sebenarnya tidak ada seorang ulama hadits pun yang mengatakan seperti itu. Akan tetapi, ungkapan itu bersumber dari kalangan khawarij dan mu'tazilah yang merupakan golongan sesat. Qadhi Iyadh berkata, "Dalam hadits-hadits tersebut terdapat hujjah bagi kalangan ahlu sunnah tentang keshahihan adanya Dajjal. Bahwa ia merupakan sosok tertentu yang dengannya Allah menguji para hambanya. Allah juga membekalinya dengan kemampuan untuk melakukan banyak hal, seperti menghidupkan mayat yang telah dibunuhnya. Ia seolah-olah dapat menciptakan segala kemewahan, sungai-sungai, surga dan neraka, tunduknya segala kekayaan bumi padanya, turunnya hujan setelah ia memerintahkan langit untuk menurunkannya, dan tumbuhnya tanaman setelah ia memerintahkan bumi untuk menumbuhkannya. Semua itu berdasarkan kehendak Allah. Kemudian ia dilemahkan, sehingga tidak mampu membunuh seorang pun dan yang lainnya dan membatalkan perintahnya dan akhirnya terbunuh di tangan Isa ibnu Maryam. Kalangan Khawarij dan Mu'tazilah dan Jahmiyah menentang pendapat ini. Mereka mengingkari keberadaannya dan menolak hadits-hadits shahih.

Saya berpendapat bahwa ini adalah kelakuan sebagian ulama dan beberapa Syaikh –mengikuti pendahulunya dari kalangan Khawarij dan Mu'tazilah. Dan yang terakhir kalangan Qadyaniyah sebagaimana sebelumnya- terkadang dengan jalan menyisipkan keragu-raguan dan kebimbangan tentang keshahihan hadits-hadits dengan anggapan bahwa hadits-hadits yang bercerita tentang hal itu adalah merupakan hadits ahad – sebagaimana yang telah dilakukan oleh Syaikh Mahmud Syaltut dalam beberapa makalahnya mengikuti syaikh Muhammad Abduh sebagaimana sebelumnya- dan terkadang dengan cara penakwilan dan perusakan seperti yang dilakukan oleh ulama ini. Meskipun pendapatnya disebutkan sangat singkat tanpa menentukan sikapnya secara jelas tentang hal itu, namun ia lakukan hal itu sebagai bentuk penyimpangan dan pemalsuan kepada segenap pembaca dan sebagai jalan agar pendapat yang dikuatkan itu nantinya dapat diterima. Dengarkanlah kepadanya, ia berkata dalam komentarnya pada paragraf berikut (12 – Abu Umamah, 14): "Ulama berselisih paham tentang "menulis" (kitabah) di sini; Apakah ia merupakan hakikat, ataukah hanya sebagai kinayah (majaz)? Dan sesungguhnya bacaan (qira'ah) artinya adalah menjenguk jiwa kaum mukmin dengan menerima apa yang ditunjukkan oleh hakikat tanpa ada rasa keraguan. Semoga penakwilan ini lebih dekat kepada kebenaran dan lebih diterima."

Demikian pula ulama ini berpendapat secara sembarangan tentang teks Imam Nawawi dan selainnya yang menyalahi hasil tarjih. Imam Al Hafidz berkata dalam kitab Al Fath (13/85), "Imam Nawawi berkata, `Yang benar dan dijadikan sandaran oleh para muhaqqiq adalah bahwasannya kata "kitabah" maknanya adalah hakikat yang dijadikan oleh Allah SWT sebagai tanda yang jelas tentang kebohongan Dajjal. Kemudian menampakkannya kepada orang yang beriman kepadanya dan menyembunyikannya dari orang yang menghendaki kesengsaraan.'" Al Hafidz berkata, "Imam Iyadh menceritakan dengan cerita yang berbeda. Beberapa ulama dari mereka berpendapat bahwa itu hanya merupakan majaz tentang tanda kejadiannya. Dan ini merupakan madzhab yang lemah."

Kemudian ulama tersebut menguatkan penakwilan yang bathil itu, dan mereka berkata; "Perselisihan seputar riwayat dari hadits-hadits tentang tempat munculnya Dajjal…..menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan Dajjal adalah simbol kejahatan dan ketinggiannya…."

Hal ini dikuatkan oleh perkataan mereka pada permulaan kitab itu. Mereka berkata, "Kemudian kami sejalan dengan yang berpendapat bahwa munculnya Imam Al Mahdi dan turunnya Isa `alaihissalam merupakan simbol menangnya kebajian dari kejahatan. Dan sesungguhnya Dajjal merupakan simbol tersebarnya fitnah dan merajalelanya kesesatan di suatu zaman kelak….."

Salah seorang ulama telah menjelek-jelekkan kitab tersebut dalam komentar-komentarnya yang ditujukan pada pengarang dan kitabnya di satu sisi, dan kepada hadits nabi di sisi lain. Hal itu dapat kita lihat ketika ia menetapkan lemahnya hadits-hadits, yang sebenarnya hadits itu adalah shahih. Belum ada seorang ulama pun yang pernah melakukan hal demikian. Ia mendha'ifkan hadits yang sebenarnya adalah hadits shahih, sekalipun hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Adapun sikap-sikap yang menjelek-jelekkan yang ditujukan pada kitab dan pengarang kitab tersebut, terlihat ketika ia meletakkan dalam kitab itu beberapa topic yang bersumber dari dirinya sendiri tanpa memperhatikan hal yang sebenarnya. Dan sebagian dari mereka menyalahi metode pengarang karena mereka menganggap bahwa pengarang buku itu dianggap sebagai ulama hadits yang mempercayai teks-teks yang berhubungan dengan datangnya hari kiamat tanpa menakwilkannya terlebih dahulu. Hal itu tidaklah berbeda dengan apa yang dilakukan oleh ahli bid'ah dari kalangan Mu'tazilah dan selainnya. Ulama ini telah menjelaskannya dalam komentar-komentar yang menunjukkan hal itu. Di bawah ini saya cantumkan perkataannya yang merupakan contoh bahwa ia menulis beberapa topik yang berasal dari dirinya sendiri pada kitab itu, ia berkata, "Sebuah hadits wajib dialihkan dari makna zhahirnya kepada penakwilan."

Ia terapkan hadits itu pada hadits Muslim dalam pembahasan tentang pembunuhan seorang mukmin yang dilakukan oleh Dajjal, dan ia (Dajjal) menghidupkannya kembali.

Dalam topik lainnya ia terapkan atas hadits-hadits yang terdapat pada Ibnu Shayyad, dan sebagian yang lainnya terdapat dalam Al Bukhari. Ia berkata, "Riwayat yang tertolak karena tidak masuk akal dan tidak logis bersumber dari Rasulullah SAW."

Seakan-akan Rasulullah SAW menurut ulama ini hendaknya tidak memperbincangkan masalah-masalah yang ghaib yang tidak ada peluang bagi akal untuk memikirkannya.

Ia juga meletakkan beberapa topik tentang hadits yang menceritakan tentang disiksanya para pelukis (2/50), di antaranya adalah bab tentang "Siksaan para pelukis makhluk bernyawa pada hari kiamat."

Secara global, topik-topik yang ia letakkan dan yang bersumber dari dirinya sendiri pada kitab tersebut menunjukkan lemahnya ilmu ulama ini dan kerugian yang ditimpakan olehnya terhadap penerbit, baik secara materi maupun non-materi. Dimana komentar-komentarnya yang disebutkan telah merubah isi kitab tersebut. Komentar dan topik yang ditulisnya sendiri telah melahirkan suatu kitab lain yang bukan merupakan kitab Al Hafidz ibnu Katsir.

Semoga ulama ini hanya berbuat sebatas ini saja. Akan tetapi, ia telah berlebihan ketika menjatuhkan kebanyakan teks-teks dan hadits-haditsnya yang tidak sesuai dengan pemahaman akal-logikanya. Hal itu telah dijelaskannya sendiri pada permulaan kitabnya. Ia berkata, "Kami terpaksa menjatuhkan sebagian riwayat yang dicantumkan oleh pengarang dalam kitabnya itu karena mengandung makna yang tidak sejalan dengan akal dan tidak konsisten dengan nilai-nilai agama."

Sesungguhnya pembaca akan mendapati komentar-komentarnya –di kebanyakan halaman isi kitabnya itu- bahwa ia telah mendhaifkan beberapa hadits sesuai dengan kehendaknya tanpa menyebutkan teks yang di dhaifkannya itu. Di antaranya adalah perkataannya, "Kami mendhaifkan potongan kalimat yang berbunyi `yastahyi minha al haya'…."

Yang paling mengherankan dari yang saya telah dapati adalah bahwa ia menjatuhkan empat halaman secara total yagn dibiarkannya putih kosong pada jilid kedua, yaitu halaman (98, 99, 101, dan 102).

Demi Allah, sesungguhnya saya telah mendapatkan corak yang beragam dari para ilmuwan dewasa ini. Akan tetapi, saya belum pernah menemukan ulama seperti ini dari segi kelancangan, kebodohan dan penipuannya. Bagaimana ia berani melakukan perbuatan memalukan ini, yang sama sekali tidak mempercayai karya ilmiah (dalam kitab Al Hafidz ibnu Katsir), menyalahkan beberapa isi halamannya, melemahkan hadits-hadits yang shahih, dan membatalkan makna-maknanya dengan dalih penakwilan dan kelogisan akal?

Demi Allah, saya tidak tahu bagaimana penerbit bisa tertipu oleh penulis ini, Lalu ia berkata pada mukaddimahnya, "Adapun pentahqiqan itu telah kami sepakati hingga Fadhilah Syaikh Muhammad Fahim Abu Abiyah salah seorang dosen pada salah satu universitas melakukannya. Ia telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membersihkan kitab tersebut dari kesalahan bahasa, penyimpagan pada nama-nama yang terdapat di dalamnya, dan men-tashih beberapa teks yang dikandungnya."

Sangat mengherankan jika penerbit menyifati ulama ini dengan pujian. Di dalam kitab tersebut terdapat ratusan syawahid (bukti-bukti) yang menunjukkan bahwa ia sangat tidak cocok untuk disifati dengan sifat seperti itu. Karena ia telah melakukan perusakan pada beberapa teks dan menganggap salah sesuatu yang sebenarnya bukan tergolong kesalahan bahasa. Ia pun telah banyak melakukan penyimpangan pada halaman pertama. Ini merupakan hal yang menunjukkan bahwa negeri-negeri Saudi sangat berbaik sangka pada kebanyakan ulama-ulama yang seperti ini. Hal ini mengingatkan saya pada sebuah perumpamaan bahwa kejahatan di negeri kami akan terkoyak. Dan masih banyak lagi ungkapan lain yang ditorehkannya dalam jilid pertama kitab itu.

Halaman (114): mencabut rambut di ubun-ubun (jummah) setiap yang mempunyai rambut pada ubun-ubun.

Yang benar: himmah –dengan ha dan mim tanpa tasydid- yagn artinya racun.

Kesalahan ini selalu terulang pada halaman (169) dan hal ini memberikan keyakinan bahwa hal itu merupakan kesalahan ilmiah. Ia berkata, "Al Jummah: rambut yang berkumpul di bagian depan kepala. Semoga yang dimaksud dengan hilangnya (jummah kullu dzi jummah) adalah mensucikan masyarakat dari penyisiran rambut yang beraneka ragam, yang dilakukan oleh para pemudi hingga dipandang dengan mata yang menyenangkan, dan menjauhkan mereka dari perbuatan yang dapat membangkitkan nafsu syahwat. Padahal kata (dzatu jummah) dalam hadits tersebut berkedudukan sebagai sifat untuk maushuf yang….hingga akhir perkataanya."

- Pada halaman (114): "Al `Atsur: Yang membinasakan di bumi…" padahal yang benar kafatsur dengan huruf fad dan tsa, yaitu: lemari. Suatu pendapat mengatakan bahwa artinya adalah baskom atau gelas yang terbuat dari emas dan perak.

- Pada halaman berikutnya (115): "Wa qad jarrada Abu Daud wa isnaduhu." Yang benar adalah: "Jawwada."

- Pada halaman (117): "Muhammad ibnu Abdillah ibu Qahran." Padahal yang benar adalah "Qahzadz".

- Pada halaman itu juga: "fayusyajju". Lalu ia mengatakan, "Khudzuhu wa syajjuhu." Lalu ia mengomentarinya: "As-Syajju: luka pada wajah dan kepala."

Padahal yang benar adalah: "fayusyabbah …..wa syabbahuhu" dengan memakai huruf syiin dan ba bertasydid dan ha. Artinya bentangkanlah pada perutnya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi.

- Halaman (133): "Ma'a Al Maradah". Padahal yang benar adalah: Al Qiradah.

- Halaman (142): "Musa ibnu Ubaidah Al Yazidy". Padahal yang benar adalah: "Ar-Rabadzy".

- Halaman (144): "Layanzilunna ad-dajjalu bi Hauran". Padahal yang benar adalah: "Khauz". Sebagaimana terdapat dalam kitab "Al Musnad" (2/319 dan 337).

- Halaman (146): "Man sami'a min ad-dajjali falasna minhu".

Kesalahan ini terulang sebanyak dua kali pada halaman tersebut. Dan ia mengulanginya lagi pada hal (154), hal tersebut menguatkan bahwa hal itu merupakan kesalahan yang bersumber darinya, bukan berasal dari pencetak. Oleh karena itu, tidak ditemukan dalam buku tersebut ralatan dan kata yang benar.

Padahal hadits yang shahih lafadznya adalah: "Man sami'a bi ad-dajjali falyan'a anhu", yaitu hendaknya ia menjauhinya.

Tampaklah bahwa ulama ini tidak bisa membaca "falyan'a" secara benar, maka ia merubahnya menjadi "falasna". Dan kemudian merubah "Bi ad-dajjal" dengan "Min ad-dajjal", kata "Anhu" menjadi "Minhu".

- Pada halaman itu juga: "Abu Ad-Dahma" dan namanya Firqah ibnu Bahir Ad-Dawy". Padahal yang benar adalah: "Qirfah –dengan qaf yang dikasrahkan dan ra yang disukunkan- Ibnu Buhais dengan shigat tashgir".

- Halaman (154): "Hisyam `an Dustaway".

Padahal yang benar: "Hisyam ad-Dustiwa'i".

- Halaman (180): "Abu Ishaq". Padahal yang benar: "Ibnu Ishaq".

- Halaman (202): "La tanfa' al hijratu ma daama al aduwwu yuqatil". Yang benar: "la tanqathi al hijrah…".

- Perhatikanlah bagaimana ia merubah arti hadits dan merusaknya dengan kebodohannya dan penipuannya?!

- Halaman (214): "…..Ibnu Quutab".

Nama ini tidak ditemukan pada nama-nama perawi. Yang benar adalah: "Ibnu Quwaid". Sebagaimana dalam kitab "Al Musnad" (92/442) dan selainnya.

- Perubahan paling aneh yang saya dapatkan adalah bahwa ia mendatangkan hadits yang memang tidak ada dalam kitab "Al Maudhu'at" dari hadits palsu yang dirubahnya. Pada (2/58) Dalam hadits, "Aadimu tha'amakum bi dzikrihi wa bis shalati. Wa la taqmuhu faataqsu qulubakum." Ia mengomentari hadits ini dengan perkataannya, "Ia memakan makanan tanpa menyisakan sedikitpun. Menyampurnya dengan apa yang menjadikannya enak. Rasulullah SAW menasihati para pengikutnya untuk senantiasa mengingat Allah SWT ketika merasakan makanannya…" Hingga akhir ungkapannya.

Padahal asli dari hadits itu lafadznya adalah:

"Adzibu tha'amakum bi dzikrillahi wa as-shalah. Wa la tanamu alaihi fa taqsu qulubakum".

Ia lalu merubah perkataan: "Adzibu" dengan "Aadimu" dan perkataannya, "Wa laa tanamu alaihi" menjadi "Wa la taqmuhu". Kemudian memberikan makna sesuai hasil perubahannya itu.

Ini telah diriwayatkan oleh sekelompok ahli hadits. Demikian pula dicantumkan oleh As-Suyuti dalam kitab Al Jami' Ash-Shagir. Sekiranya dia merujuk pada kitab itu, niscaya ia akan mengetahui sumber hadits dan tidak terjebak pada penyimpangan yang hina ini.

Karena hadits yang diriwayatkan dengan lafadz seperti di atas adalah palsu, sebagaimana ditegaskan dalam kitab Al Ahadits Adh-Dha'ifah (115). Perhatikan hasil pentahqiqan ulama ini. Dia mengganti (lafadz yang sebenarnya) pada hadits tersebut dengan (yang palsu). Ia juga mencantumkan hadits yang tidak ada sumbernya kemudian mengomentarinya.

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa pentahqiqan ulama tersebut (untuk kitab itu dan komentar-komentarnya) merupakan dalil yang menunjukkan bahwa ia bukanlah seorang yang ahli dalam mentahqiq risalah kecil dari seorang ulama salaf. Lalu bagaimana mungkin ia bisa mentahqiq sebagian besar dari kitab milik Al Hafidz ibnu Katsir rahimahullah? Dan menshahihkan hadits-hadits dha'if dan mendha'ifkan yang shahih secara acak tanpa berpedoman pada kaidah-kaidah dalam kritik jarhu wa At-ta'dil. Juga bagaimana bisa ia menakwilkan dengan metode yang berbeda dengan metode yang digunakan oleh kebanyakan para ulama? Ia sudah berada pada tingkat kebodohan yang belum pernah terbesit dalam benak seseorang.

Lalu ada ungkapan berupa perkataan seseorang yang berakal pada orang yang tidak memahami makna ungkapan nabi SAW tentang orang-orang yang masuk surga tanpa hisab: "la yastariqun". Ia berkata pada komentarnya (2/66): [(Artinya: tidak mengintai orang-orang dengan telinga mereka…..perbuatan seperti ini dinamakan mencuri pendengaran (Istiraqu as-sam'i)].

Sang ulama ini tidak memahami bahwa kata asal dari kata "yastariqun" di sini sebenarnya adalah "Ar-Ruqiyah" Huruf siin pada kata tersebut adalah li Ath-thalab (permintaan), bukan bermakna pencurian, dan huruf siin pada kata itu bukanlah termasuk dalam kata itu, akan tetapi itu merupakan siin tambahan.

Kita kembali kepada pembicaraan sebelumnya, yaitu perbincangan mengenai sumber penetapan kami. Ia (ulama tersebut) berkata, "Sungguh, penakwilan-penakwilan seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama muta'akhirin itu merupakan factor terkuat yang memberanikan saya meneliti hadits. Abu Umamah radhiyalahu `anhu dengan penambahan-penambahan dari sahabat pada satu bentuk rangkaian kalimat. Penakwilan para ahli takwil untuk hadits itu tidak ada maksud lain kecuali dimaksudkan untuk membuang hadits tersebut. Mereka berusaha menipu kalangan masyarakat awam dengan mengatakan bahwa mereka mempercayai keberadaan Dajjal, padahal sebenarnya mereka mengingkari hakikatnya dan hanya mempercayai lafadznya belaka.

Lalu apa perbedaan antara ulama-ulama yang ahli dalam kajian Sunnah dengan kalangan yang tidak mengindahkan teks-teks mutawatir (tentang kemunculan Dajjal, turunnya Isa `alaihissalam, dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa), kalangan Bathiniyah dan golongan-golongan sesat yang percaya dengan teks-teks Al Qur'an dan Sunnah beserta penakwilan mereka yang pada akhirnya membawa kepada kekufuran? Mereka layaknya seperti orang-orang yang mengingkari teks-teks mutawatir dari Al Qur'an dan Sunnah tentang bertemunya kaum mukminin dengan Tuhannya secara langsung. Mereka menakwilkan dengan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan melihat Allah adalah melihat nikmat Allah, bukan melihat bentuk-Nya. Sebagian golongan Qadiyaniyah yang percaya dan mengira bahwa yang dimaksud dengan ayat "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rosulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Ahzaab (33): 40) adalah kekalnya kenabian dan datangnya beberapa nabi setelah Muhammad SAW. Di antara mereka adalah Mirza Ghulam Ahmad Al Qadyani.

Jika anda menanyakan mereka tentang kandungan ayat ini, maka mereka akan memberikan jawaban bahwa mereka percaya kepadanya. Akan tetapi, artinya tidak seperti yang dipahami oleh kebanyakan kaum muslimin. Menurut mereka arti dari: "Wa laakin khatamun nabiyyin" adalah: Menghiasi mereka (para nabi) dengan cincin yang menjadi hiasan pada jari-jari tangan. Sungguh amat sesat penafsiran mereka seperti ini. Tidaklah berfaidah keimanan mereka di sisi Allah sedikitpun setelah mereka menafsirkan ayat itu dengan penafsiran yang tidak benar.

Saya katakana bahwa sesungguhnya keimanan para ulama itu pada hadits-hadits mutawatir (tentang turunnya Isa `alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa `alaihissalam) tidak memberikan manfaat sedikit pun pada mereka lantaran penafsiran simbolisasi yang dilakukannya pada ayat tersebut. Karena itu menyalahi apa yang dilakukan oleh para ulama yang jauh dari kecenderungan hawa nafsu ketika menelaan teks-teks yang tertera pada Al Qur'an dan Sunnah.

Demikian pula ada segolongan dari mereka yang beralih kepada bentuk lain yang berbeda dengan metode simbolisasi, yaitu metode peraguan ketsubutan hadits-hadits tersebut dengan mengatakan bahwa hadits-hadits itu adalah ahad. Di antara mereka adalah Syaikh Mahmud Syaltut. Saya telah membaca kisah seputar kehidupan Isa `alaihissalam di langit dan turunnya ke bumi di akhir zaman kelak. Tulisan ini dimuat dalam majalah `Ar-Risalah' pada hari itu. Saya mendapati sesuatu yang sangat mengejutkan, saya sungguh tidak mengetahui hadits-hadits yang tertera pada majalah tersebut yang menceritakan turunnya Isa `alaihissalam. Di antaranya disebutkan bahwa jalur hadits tersebut secara keseluruhan berputar pada Wahab ibnu Munabbih dan Ka'ab ibnu Al Akhbar. Saya sungguh tidak sepakat dengan pendapat itu. Akan tetapi, semoga saja hal itu terjadi karena hanya ditinjau dari sebagian jalur sanad saja. Akan tetapi Syaikh Syaltut sungguh sangat berlebihan. Untuk menguatkan pendapat saya, saya terdorong untuk mencari hadits-hadits tentang turunnya Isa `alaihissalam dari sumbernya yang asli (dalam kitab-kitab Sunnah yang meriwayatkan hadits-hadits beserta sanad-sanadnya) seperti Kutubus-Sittah dan lain-lain. Hingga saya dapat mengumpulkan banyak hadits dari beberapa jalur yang mutawatir lebih dari empat puluh sahabat. Saya sangat terkejut ketika saya tidak menemukan nama Wahab ibnu Munabbih dan Ka'ab Al Akhbar pada jalur-jalur sanad itu, meskipun dalam hadits-hadits yang sanadnya lemah (dha'if). Saya lalu berkeyakinan bahwa Syaikh Mahmud Syaltut hanya menulis sesuai dengan apa yang terlintas dalam benaknya saja, tanpa merujuk pada suatu kitab Sunnah yang berbicara tentang hal tersebut. Lalu saya menulis sebuah risalah terpisah untuk mengcounter fatwanya itu. Saya berniat mengirimnya pada majallah Ar-Risalah. Akan tetapi, salah seorang sahabat saya yang merupakan ahli sastra yang telah lama malang-melintang di Mesir menasihati saya untuk tidak mengirimkan risalah tadi. Bisa dipastikan mereka tidak akan menerbitkannya, karena posisi Syaikh Mahmud Syaltut merupakan orang yang sangat dipandang di negeri Mesir. Apalagi jika kritikan yang diutarakan kepadanya (kepada Syaikh Mahmud Syaltut) berasal dari orang yang bukan warga negara Mesir dan tidak masyhur di kalangan mereka.

Ia (teman saya) berkata, "Jika memang harus dikirim, maka sebaiknya risalah itu diringkas sesederhana mungkin, kemudian kirim kepada mereka agar mereka menerbitkannya pada majalah. Akan tetapi saya tetap tidak yakin bahwa mereka akan menerbitkannya. Katika saya telah meringkasnya dalam satu setengah halaman dan mengirimkannya, ternyata risalah itu tidak diterbitkan.

Untuk mengcounter mereka, masih ada cara lain. Bisa dengan menggunakan kesepakatan para ahli hadits dan para huffadz tentang kemutawatiran hadits (tentang Dajjal dan turunnya Isa `alaihissalam dari langit) seperti Al hafidz ibnu Katsir1) ibnu Hajar, serta lain-lain. Bahkan Imam Asy-Syaukani menyusun sebuah risalah yang dinamainya dengan "At-Taudhih fi tawaturi ma jaa `a fi al muntazhar wa ad-dajjal wa al masih".

Saya telah yakin secara pribadi tentang kemutawatiran hadits-hadits (tentang Dajjal dan Isa `alaihissalam) ketika saya menulis risalah yang menunjukkan hal tersebut tadi. Saya telah berhasil mengumpulkan empat puluh jalur sanad dari empat puluh sahabat. Sebagiannya berdasarkan ketentuan syarat keshahihan dan kebanyakan syawahidnya mu'tabar (diakui kebenarannya).

Berikut ini nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits tentang Dajjal yang telah saya takhrij hadits-haditsnya dalam kajian ini:

Ø Hisyam ibnu Amir

Ø Abdullah ibnu Mughaffal

Ø Huzaifah ibnu Al Yaman

Ø Jabir ibnu Abdullah

Ø Abdullah ibnu Umar

Ø Anas ibnu Malik

Ø Abu Hurairah

Ø An-Nuwas ibnu Sam'an

Ø Nafir ibnu Malik

Ø Aisyah

Ø Ummu Salamah

Ø Beberapa sahabat nabi SAW

Ø Ubadah ibnu Shamit

Ø Abdullah ibnu Abbas

Ø Abu bakrah Ats-Tsaqafi

Ø Seorang dari sahabat nabi SAW

Ø Safinah Maula Rasulullah SAW

Ø Abu Said Al Khudri

Ø Fathimah binti Qais

Ø Ummu Syarik

Ø Abdullah ibnu Mas'ud

Ø Abdullah ibnu Amr

Dan sejumlah nama sahabat lainnya yang meriwayatkan hadits-hadits tentang Dajjal, dengan sanad-sanad yang tidak bertentangan dengan syawahidnya. Mereka adalah:

Ø Abu umamah

Ø Said ibnu Abi Waqqash

Ø Abdullah ibnu Maghnam

Ø Asma binti Yazid al Anshariyah

Ø Mahjan ibnu Al Adra'

Ø Utsman ibnu Abi Al Ash

Ø Samarah ibnu Jundub

Ø Mujamma' ibnu Jariyah

Ø Asma binti umais

Kemudian berikut nama-nama sahabat yang telah meriwayatkan hadits tentang turunnya Isa AS:

Ø Abdullah ibnu Mughaffal

Ø Abu Hurairah

Ø An-Nuwas ibnu Sam'an

Ø Nafir ibnu Malik

Ø Aisyah

Ø Jabir ibnu Abdullah

Ø Abu Hurairah

Ø Huzaifah ibnu Usaid

Ø Abdullah ibnu Amr



Dan berikut ini nama-nama sahabat lain yang meriwayatkan hadits-hadits tentang turunnya isa `alaihissalam dengan sanad-sanadnya yang tidak bertentangan dengan syawahid, yaitu:

Ø Abu Umamah Al Bahili

Ø Beberapa sahabat Nabi SAW

Ø Samarrah

Ø Huzaifah ibnu Al Yaman

Ø Mujamma' ibnu Jariyah Al Anshari



Pemaparan nama-nama ini pada jalur-jalur sanad hadits tentang Dajjal dan hadits Isa `alaihissalam dan (perawi-perawinya dari kalangan sahabat Nabi SAW) agar menjelaskan kepada orang-orang awam bahwa hadits tersebut mutawatir. Semua orang yang ragu tentang hal itu berarti tergolong orang yang ragu pada agama secara keseluruhan.

Dari sini jelas bahwa setiap orang yang beriman kepada agama Islam akan berada pada kondisi bahaya jika mereka tidak berpegang teguh kepada madzhab ahli hadits dalam kajian keagamaan mereka. Karena mereka merupakan orang yang paling mengetahui semua hadits shahih yang bersumber dari Nabi SAW dan mengetahui semua hadits yang bukan berasal dari beliau. Mereka juga merupakan orang yang paling mengenal makna dan maksud dalil tersebut. Hal itu disebabkan karena mereka menemukan hadits tersebut dari Rasulullah SAW dengan metode ilmiah yang shahih, yang tidak ada jalan lain untuk mengetahui agama kecuali dengannya. Tanpanya, agama akan menjadi hawa nafsu yang diikuti. Hal ini sudah menjadi penyakit yang telah mengakar dan telah menimpa dunia Islam belakangan ini. Tidak aka nada yang selamat kecuali segolongan orang yang tertolong yang telah Rasulullah SAW berikan kabar gembira dalam banyak hadits mutawatir. Di antaranya adalah hadits SAW,

"Segolongan dari umatku akan senantiasa saling membunuh di atas kebenaran kepada golongan yang menentangnya, hingga akhirnya Al Masih membunuh Dajjal."2)



Saya berkata, "Semoga hal yang kami sebutkan itu dikarenakan factor kerasnya sikap Umar terhadap orang-orang yang mendustakan kedatangan Dajjal –dan yang lainnya yang tertera dalam Sunnah yang shahih-. Telah diriwayatkan oleh Yusuf ibnu Mahran dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa dirinya telah mendengar Umar bin Khaththab radhiyallahu `anhu berkata di atas mimbar, "Aka ada suatu kaum di antara kalian dari umat ini yang mendustakan rajam dan dajjal, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, azab kubur, syafaat, dan kaum yang dikeluarkan dari neraka setelah mengalami siksaan. Jika saya mendapati mereka, niscaya saya akan membunuhnya seperti binasanya kaum Aad dan Tsamud."

Hadits ini telah ditakhrij oleh Imam Ad-Dani dalam kitab "Al Fitan" (Q 23/2), Ahmad (1/23) secara ringkas. Dan sanadnya adalah hasan.

Kedua, yang memberanikan saya untuk menyusun risalah ini adalah orang-orang secara keseluruhan, -kecuali yang dikehendaki oleh Allah SWT, yaitu orang-orang yang tidak biaa memperbincangkan kemunculan Dajjal dan turunnya Isa `alaihissalam. Sebagaimana tertera dalam kitab "Zawaid Musnad Ahmad" (4/72). Rasyid ibnu Sa'ad berkata, "Ia mendengar seseorang berkata, "ketahuilah bahwa sesungguhnya Dajjal telah keluar.'"

Ia berkata, "Lalu mereka ditemui oleh Sha'ab ibnu Jutsamah, dan berkata, `Andaikan kalian tidak mengatakan, niscaya saya akan menceritakan pada kalian bahwa saya telah mendengarkan Rasulullah SAW bersabda,

"Dajjal tidak akan muncul hingga manusia lupa mengingatnya dan hingga pemimpin-pemimpin tidak menyebutnya lagi di atas mimbar."'"3)

Hadits ini mencakup imam-imam mesjid. Mereka tidak menyebutkan lagi Dajjal di atas mimbar dan mereka adalah golongan khusus dari umat manusia yang ada ini. Lalu bagaimana dengan kondisi manusia-manusia yang awam? Jika Allah SWT telah menjadikan segala sesuatu mempunyai sebab, maka saya tidak ragu lagi bahwa sebab pengabaian ini –walaupun peringatan dari nabi SAW kepada umatnya akan fitnah yang datang dari Sunnahnya ini telah sangat besar, sebagaimana akan anda dapati berikut ini di awal kisahnya- adalah keragu-raguan dan kebimbangan yang di suntikan sebagian orang yang diberi keutamaan oleh Allah mengenai hadits-hadits ini. Kadang keshahihannya tidak melalui jalur yang mutawatir. Terkadang juga karena disebabkan oleh dilalah hadits tersebut, sebagaimana telah dijelaskan. Sudah menjadi kewajiban bagi kalangan ulama untuk melakukan tugasnya. Mereka harus menjelaskan kepada umat apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang fitnah Dajjal dan terbunuhnya Dajjal oleh Isa `alaihissalam. Ketahuilah bahwa sesungguhnya hal itu adalah hadits Nabi. Oleh karena itu hal tersebut menjadi faktor yang mendorong saya untuk menyusun kitab ini. Hal tersebut dimaksudkan agar orang-orang terbiasa memperbincangkan tentang Dajjal dan fitnah yang ditimbulkannya. Sehingga mereka tidak terjebak dalam kesesatan dan penyimpangan yang tidak mungkin terjadi seperti itu, apalagi bagi yang beriman –yang tidak ragu sedikitpun tentang apa yang bersumber dari nabi Saw dari hadits-haditsnya. Karena ia tahu bahwa Allah SWT menguji hambanya dengan beraneka ragam fitnah sesuai dengan kehendak-Nya. Firman-Nya, "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (Qs. Al Qashash (28): 68)

Jika seseorang mukmin telah mengetahui hal itu dan beriman padanya, maka hendaknya ia berusaha mencari pelindung dari fitnah tersebut, yaitu:

Pertama, memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan fitnahnya dan memperbanyak permohonan perlindungan kepada-Nya, terutama dalam tasyahud akhir dalam shalat. Rasulullah SAW bersabda,

"Jika salah seorang dari kalian telah selesai dari tasyahud akhir shalatnya, maka hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah SWT dari empat perkara, dan katakanlah, `Wahai Tuhanku, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa jahanam, siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian, dan jahatnya fitnah Dajjal.'"4)



Hal itu tercantum dalam kitab "Shahihain" dan kitab lainnya dari sekumpulan sahabat yagn di antaranya terdapat Aisyah radhiyallahu `anha yang menerangkan bahwa Nabi SAW selalu memohon perlindungan dari fitnah Dajjal. Bahkan beliau memerintahkan untuk senantiasa memohon perlindungan dari fitnah Dajjal dengan perintah yang umum bagi seluruh manusia. Sebagaimana termaktub dalam hadits Zaid ibnu Tsabit, ia berkata,

"Ketika Nabi SAW berada di suatu dinding pada salah satu kuburan bani Najjar dan ia berada di atas untanya, sedangkan kami berada bersamanya, tiba-tiba runtuh tembok itu dan hampir-hampir menimpa beliau. Saya pernah membuat kuburan enam, lima orang atau mungkin hanya empat, lalu Rasulullah bertanya, `Siapa yang mengetahui penghuni kuburan ini?' seorang laki-laki menjawab, `Saya'. Beliau lalu bertanya kembali, `Kapan mereka meninggal?' Orang itu menjawab, `Mereka meninggal dalam kemusyrikan' (dalam satu riwayat: mereka meninggal pada masa jahiliah). Lalu beliau berkata, "Sesungguhnya umat ini diuji di dalam kuburnya. Seandainya mereka belum dikuburkan, maka saya akan memohon kepada Allah untuk memperdengarkan kepada kalian siksa kubur sebagaimana yang aku dengarkan ini." Kemudian beliau menghadapkan wajahnya pada kami dan berkata, `Mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari siksa neraka!' Mereka menjawab, `Kami akan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari siksa neraka.' Lalu ia berkata lagi, `Mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari siksa kubur.' Mereka menjawab, `Kami memohon perlindungan kepada Allah SWT dari siksa kubur.' Beliau berkata lagi, `Mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari fitnah yang nampak dan tersembunyi.' Mereka menjawab, Kami memohon perlindungan kepada Allah SWT dari fitnah yang nampak dan yang tidak nampak.' Beliau berkata lagi, `Mohonlah perlindungan kepada Allah SWT dari fitnah Dajjal.' Mereka menjawab, `Kami memohon perlindungan kepada Allah SWT dari fitnah dajjal.'"5)

Kedua, menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi. Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surah Al Kahfi, maka akan terlidung dari fitnah Dajjal." (HR. Imam Muslim dan selainnya dari Abu Darda.)"6)



Ketiga, menjauhi dan tidak mengikutinya. Kecuali jika ia mengetahui bahwa tidak akan merusak dirinya karena keimanannya pada tuhannya dan karena ia telah mengetahui tanda-tanda yang telah digambarkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Barangsiapa mendengar berita tentang Dajjal, maka hendaknya ia menjauhinya. Demi Allah, seseorang akan didatanginya dan ia mengira bahwa ia adalah seorang mukmin lalu ia mengikutinya. Dan ia membawa hal yang samar." (Hadits ini telah ditakhrij oleh Imam Ahmad dan selainnya dari Imran Ibnu Hushain)7)



Keempat, tinggal di Makkah dan Madinah. Karena kedua tempat ini suci dan aman dari Dajjal, sebagaimana sabda Nabi SAW,

"Dajjal datang dan menginjakkan kakinya di bumi kecuali di Makkah dan Madinah. Lalu ia mendatangi Madinah, tetapi ia mendapati setiap celahnya ada barisan malaikat."

Hadits ini telah ditakhrij oleh Syaikhain dan imam-imam lainnya dari Anas ibnu Malik radhiyallahu `anhu.8)



Tempat yang sama dengan kedua tempat itu adalah Masjid Al Aqsha dan Thur. sebagaimana pada paragraf (24).

Ketahuilah bahwa negeri-negeri yang suci ini dijadikan oleh Allah SWT sebagai perlindungan dari Dajjal bagi orang yang mendiaminya dan beriman serta patuh menjalankan hak dan kewajibannya kepada Tuhannya. Dajjal tidak akan jauh dari kehidupan kaum mukminin. Adapun yang tidak dijadikan sebagai tempat perlindungan akan dibahas pada paragraf (25/Abu Umamah, 30) bahwa Dajjal ketika mendatangi Madinah Nabawiyah dan dicegat oleh malaikat untuk memasukinya, terjadi tiga getaran yang menimpa penduduknya. Tidak akan bertahan di dalamnya orang munafik, baik itu laki-laki maupu perempuan, kecuali akan keluar dari kota itu.

Kaum munafik itu tidak akan terlindungi dari Dajjal walaupun mereka tinggal di Madinah Nabawiyah. Bahkan mereka akan keluar darinya, dan menjadi pengikut Dajjal seperti kaum Yahudi. Sebaliknya, bagi orang yang membenarkan dan beriman, maka mereka akan terlindungi dari fitnahnya. Sebagian dari mereka akan keluar dalam keadaan menantang dan mengatakan di hadapannya bahwa ini adalah Dajjal, sebagaimana yang telah diceritakan oleh Rasulullah SAW dalam hadits-haditsnya.

Pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa keimanan dan amal shalih merupakan faktor utama keselamatan. Adapun bermukim di negeri hijrah (Madinah) dan selainnya merupakan faktor kedua. Barangsiapa yang tidak memenuhi faktor yang utama, maka faktor kedua itu tidak akan berguna sedikitpun baginya. Nabi SAW telah menunjukkan hal itu dalam sabdanya bagi orang yang bertanya tentang hijrah.

"Alangkah celakanya! Sesungguhnya perkara hijrah sangatlah besar. Apakah kamu memiliki unta? "Ia menjawab, "Ya, saya memilikinya." Beliau bertanya lagi, "Apakah kamu telah menunaikan shadaqahnya?" Ia menjawab, "Ya, saya sudah menunaikannya." Lalu beliau bersabda, "Berusahalah di balik laut, karena Allah tidak akan menzhalimi sedikitpun dari amalanmu."9)



Alangkah indah apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al Muwattha' (2/230) dari Yahya ibnu Said, "Sesungguhnya Abu Darda' menulis sepucuk surat kepada Salman Al Farisi yang berbunyi, `Mari kita ke tanah yang suci (yaitu: Syam).' Lalu Salman menulis surat juga kepadanya sebagai balasan yang bunyinya, `Sesungguhnya bumi tidak mensucikan seseorang, akan tetapi yang mensucikannya adalah amalannya.'"

Maha benar Allah ketika berfirman, "Dan katakanlah, `Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.'" (Qs. At-Taubah (9): 105).

Firman Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Qs. Muhammad (47): 7). "Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (Qs. Al Hajj (22): 40)

Sesungguhnya sangkaan ini merupakan faktor terkuat yang menggiring para ustadz dan musyid serta penulis-penulis modern untuk mengingkari hadits-hadits tentang Imam Mahdi dan Isa As. Mereka sangatlah salah bila ditinjau dari dua segi:

Pertama, Berdasarkan sangkaan ini, mereka menganggap bahwa sumber perkataan mereka adalah hadits-hadits yang menunjukkan hal tersebut. Jika tidak, mereka tidak akan mengingkarinya.

Kedua, Mereka tidak mengerti bagaimana seharusnya memperbaiki sangkaan tersebut. Seharusnya memperbaiki sangkaan salah itu adalah dengan cara menetapkan hadits-hadits yang shahih dan membatalkan pemahaman-pemahaman yang keliru. Pengingkaran terhadap hal itu sama halnya dengan pengingkaran terhadap keharusan beriman kepada takdir, baik dan buruknya. Sebagian kaum mukminin memahami bahwa sebenarnya dirinya berada pada posisi yang terpaksa, dan seorang mukallaf tidak mempunyai kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar. Karena pemahaman ini adalah jelas-jelas batil, maka mereka segera mengingkarinya. Akan tetapi, mereka juga sekaligus mengingkari takdir pula.

Ini adalah apa yang telah dihasilkan oleh sebagian ustadz dan penulis. Karena ketika mereka mendapati keadaan kaum muslimin –kecuali sebagian di antara mereka- ketika menemukan hadits-hadits tentang Mahdi dan Isa AS, mereka segera mengingkarinya karena mengikuti sangkaan mereka tadi.

Pada hakikatnya, mereka yang mengingkari –yaitu mereka yang memahami hadits-hadits ini dengan tidak didasarkan pada dalil-dalil yang kuat, mereka segera mengingkarinya dalam rangka menjauhi diri mereka dari perkara-perkara tersebut- mereka telah mengkombinasikan antara dua buah musibah: Kesesatan dalam pemahaman dan kufur pada nash. Mereka mengakui bahwa pemahaman tersebut adalah kesesatan dalam dirinya. Mereka mengingkarinya dengan pengingkaran pada nash yang mereka pahami. Sebaliknya, mereka malah percaya pada nash dengan pemahaman seperti itu. Sebenarnya untuk setiap dari dua golongan tersebut terdapat sebuah petunjuk dan sekaligus kesesatan. Yang benar adalah mengambil petunjuk dari keduanya dan membuang jauh-jauh kesesatan yang ada padanya. Hal itu dapat ditempuh dengan cara percaya kepada nash (dengan tidak memahaminya secara keliru).

Golongan yang seperti mereka adalah golongan mu'tazilah di satu sisi dan golongan musyabbihah di sisi lainnya. Karena golongan yang pertama menakwilkan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang Dajjal dengan penakwilan yang batil, yang membuat mereka mengingkari sifat ketuhanan. Yang harus dilakukan adalah lari dari penyerupaan yang dilakukan oleh golongan musyabbihah. Sebenarnya golongan mu'tazilah sendiri bekerja sama dengan golongan musyabbihah dalam memahami penyerupaan pada ayat-ayat yang berkenaan dengan sebuah sifat. Akan tetapi, mereka juga berselisih paham dalam mengingkari penyerupaan tersebut dengan jalan penakwilan yang batil. Seperti penyerupaan yang berhubungan dengan pengingkaran pada sifat ketuhanan. Adapun golongan musyabbihah, tidak terjebak dalam kebatilan ini. Akan tetapi, mereka menetapkan penyerupaan tersebut. Pendapat yang benar adalah menyatukan sisi kebenaran yang terdapat dalam setiap pendapat mereka, dan membuang jauh-jauh pendapat yang menyesatkan. Yaitu dengan metode itsbat (penetapan) dan At-Tanzih (pensucian). Firman Allah SWT, "(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Qs. Asy-Syuuraa (42): 11)

Saya katakana dalam hadits-hadits yang berkenaan dengan turunnya Isa `alaihissalam dan yang lainnya, bahwa sesungguhnya yang wajib dalam menyikapi hadits-hadits tersebut adalah dengan cara iman kepadanya, dan menolak dugaan para kaum mutawahhimin yang menyesatkan dengan cara meniggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk. Apabila hal itu semua telah dilakukan, berarti kita telah mengkombinasikan antara kebenaran dan menolak kebatilan yang ada pada mereka. Hanya kepada Allah kita memohon.



1) "An-Nihayah" oleh Ibnu Katsir (1/148).

2) Saya telah mentakhrijnya dalam kitab "Ash-Shaihah" nomor (1959)

3) Imam Al Haitsami berkata dalam kitab "Majma az-Zawaid" (7/335): (diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Ahmad dari riwayat Biqiyyah dari Shafwan ibnu Amr. Hadits ini shahih sebagiamana ibnu Ma'in dan Biqiyyah katakan, dan rijalnya terpercaya).

4) Lihat (Sifat Ash-Shalat) (hal: 199 cet. VII)

5) Telah ditakhrij oleh Imam Muslim (8/161) dan Imam Ahmad (5/190).

6) Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan selainnya. Dalam suatu riwayatnya: (akhir surat Al Kahfi). Dan ini merupakan riwayat yang syadz. Sebagaimana telah ditahqiq dalam kitab "Ash-Shahihah" nomor (2651). Hadits An-Nuwas menjadi syahid untuk hadits pertama pada paragraf (5). Hadits Abi Umamah pada paragraf (14).

7) Hadits ini juga telah ditakhrij dalam kitab Al Misykat (5488) dan juga diriwayatkan oleh Imam Hambal dalam kitab Al Fitan (Q 46/2).

8) Hadits ini telah ditakhrij dalam kitab Ash-Shahihah (2458).
9) Telah ditakhrij oleh Imam Bukhari (7/207-Fathu), Imam Muslim (6/28), Abu Daud (1/388), Imam An-Nasai (2/182), dan Imam Ahmad (3/64).

* Login or register to post comments

dainetral — Tue, 01/12/2009 - 19:42
Benarkah itu dajjal?

Maaf, setahu saya dari hadits shahih yang inti-nya " jika dajjal sudah muncul, maka dajjal butuh waktu 40 hari untuk mengelilingi bumi menyesatkan dan memporak-porandakan umat manusia, dan tak ada satu pun kebaikan bagi seorang mukmin untuk menemui dajjal karena dia akan terkena fitnah omongan dajjal yang mengaku sbg tuhan dan mengaku neraka itu syurga, jika seorang mukmin menolak omongan dajjal itu maka seorang mukmin itu akan dibelah badannya simetris"

Sifat-sifat Dajjal

penulis Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak
Syariah Kajian Utama 01 - Oktober - 2007 08:07:13

Keluar Dajjal merupakan satu perkara yg pasti. Dajjal akan berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga orang yg beriman semesti mengetahui sifat serta fitnah-fitnah Dajjal agar terhindar dari kesesatannya.

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menerangkan: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyifati Dajjal dgn penjelasan yg gamblang bagi orang yg punya hati. Sifat-sifat tersebut semua jelek yg nampak jelas bagi orang yg mempunyai indera yg sehat. Namun orang yg Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan akan celaka tetap mengikuti Dajjal dlm pengakuan yg dusta dan dungu serta diharamkan utk mengikuti al-haq.”

Apakah Dajjal itu Manusia?
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu berkata: “Ya. Dajjal adl manusia dari bani Adam. Sebagian para ulama menyatakan Dajjal adl setan. Sebagian lagi menyatakan bapak manusia ibu dari bangsa jin. Tapi semua pendapat ini tidaklah benar. Karena dia butuh makan minum dan lainnya. Oleh krn itu Nabi ‘Isa ‘alaihissalam membunuh dgn cara membunuh manusia biasa.”
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits ini adl hujjah bagi Ahlus Sunnah akan benar keberadaan Dajjal bahwa Dajjal adl satu sosok tubuh yg merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dia kemampuan melakukan beberapa hal seperti menghidupkan orang mati yg ia bunuh memunculkan kesuburan membawa sungai surga dan neraka perbendaharaan bumi mengikuti diri memerintahkan langit utk hujan mk turunlah hujan memerintahkan bumi utk menumbuhkan mk tumbuhlah tanaman-tanaman. Itu semua terjadi dgn kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setelah itu ia tdk mampu melakukan tdk mampu membunuh seorang laki2 ataupun lainnya.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “ Dajjal adl manusia. Fitnah lbh besar dari fitnah Eropa sebagaimana banyak diterangkan dlm banyak hadits.”

Dakwah Dajjal
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu mengatakan: “Telah disebutkan awal mula ia keluar menyeru kepada Islam mengaku sebagai muslim. Kemudian mengaku sebagai nabi setelah itu mengaku sebagai ilah.”

Sifat-sifat dan Bentuk Fisiknya
1. Seorang pemuda yg berambut keriting dan kusut masai.
Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ عَيْنُهُ طَافِئَةٌ كَأَنِّي أُشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ
“Dia adl seorang pemuda yg sangat keriting rambut hilang cahaya mata seakan-akan aku menyerupakan dgn Abdul ‘Uzza bin Qathan.”
Dalam riwayat lain: “Rambut kusut.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِنَّ مِنْ بَعْدِكُمُ الْكَذَّابَ الْمُضِلَّ وَإِنَّ رَأْسَهُ مِنْ بَعْدِهِ ?*ُبُكٌ ?*ُبُكٌ ?*ُبُكٌ -ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- وَإِنَّهُ سَيَقُوْلُ: أَنَا رَبُّكُمْ؛ فَمَنْ قَالَ: لَسْتَ رَبَّنَا لَكِنَّ رَبَّنَا اللهُ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْهِ أَنَبْنَا نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شَرِّكَ؛ لَمْ يَكُنْ لَهُ عَلَيْهِ سُلْطَانٌ
“Nanti akan ada pendusta yg menyesatkan rambut di belakang hubukun –beliau ucapkan tiga kali–. Dia akan berkata: ‘Aku adl Rabb kalian’. Barangsiapa yg berkata: ‘Engkau bukan Rabb kami. Rabb kami adl Allah kepada-Nyalah kami bertawakal dan kepada-Nyalah kami kembali. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatanmu’ niscaya Dajjal tdk mampu mengalahkannya.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “Hadits ini merupakan dalil yg tegas bahwa Dajjal akbar adl manusia yg punya kepala dan rambut. Bukan sesuatu yg maknawi atau kiasan dari kerusakan sebagaimana ucapan orang2 yg lemah imannya.”

2. Matanya
Dia adl seorang yg buta sebelah sedangkan Rabb kalian tidaklah demikian. Masalah ini diriwayatkan dlm hadits yg mutawatir diriwayatkan oleh lbh dari sepuluh orang sahabat. Di antaranya:
- Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْ?*ٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ سَأَقُوْلُ لَكُمْ فِيْهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، تَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
Rasulullah berdiri di hadapan manusia menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn sanjungan yg merupakan hak-Nya kemudian menyebut Dajjal dan berkata: “Aku memperingatkan kalian dari tidaklah ada seorang nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaum tentang Dajjal. Nuh ‘alaihissalam telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yg belum disampaikan para nabi kepada kaumnya. Ketahuilah dia itu buta sebelah adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.”
- Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِنَّ الْمَسِيْ?*َ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ
“Sesungguh Dajjal buta mata yg kanan mata seperti anggur yg menonjol.”
- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
أَلاَ أُ?*َدِّثُكُمْ ?*َدِيْثًا عَنْ الدَّجَّالِ مَا ?*َدَّثَ بِهِ نَبِيٌّ قَوْمَهُ؛ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّهُ يَجِيْءُ مَعَهُ بِمِثَالِ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ فَالَّتِي يَقُوْلُ إِنَّهَا الْجَنَّةُ هِيَ النَّارُ وَإِنِّي أُنْذِرُكُمْ كَمَا أَنْذَرَ بِهِ نُوْ?*ٌ قَوْمَهُ
“Maukah aku sampaikan kepada kalian tentang Dajjal yg telah disampaikan oleh seorang nabi kepada kaumnya? Dia buta sebelah membawa sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dia katakan surga pada hakikat adl neraka aku peringatkan kepada kalian sebagaimana Nabi Nuh ‘alaihissalam memperingatkan kaumnya.”
Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
هُوَ أَعْوَرُ هِجَانٌ كَأَنَّ رَأْسَهُ أَصَلَةٌ، أَشْبَهُ رِجَالِكُمْ بِهِ عَبْدُ الْعُزَّى بْنُ قَطَنٍ فَإِمَّا هَلَكَ الْهُلَّكُ فَإِنَّ رَبَّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Dajjal mata buta sebelah kulit putih.” : “Kulit putih seperti keledai putih. Kepala kecil dan banyak gerak mirip dgn Abdul ‘Uzza bin Qathan. Jika ada orang2 yg binasa ketahuilah Rabb kalian tidaklah buta sebelah.”
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: “Hadits ini menunjukkan Dajjal akbar adl manusia yg mempunyai sifat seperti manusia. Apalagi Rasulullah menyerupakan dgn Abdul ‘Uzza bin Qathan seorang shahabat. Hadits ini satu dari sekian banyak dalil yg membatilkan takwil sebagian orang yg menyatakan Dajjal bukanlah sosok fisik tapi rumuz kemajuan Eropa berikut kemegahan serta fitnahnya. Dajjal adl manusia fitnah lbh besar dari fitnah Eropa sebagaimana banyak diterangkan dlm banyak hadits.”
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Tulisan di antara Kedua Matanya
Tertulis di antara kedua mata ك ف ر yg bisa dibaca oleh mukmin yg bisa baca tulis ataupun tidak. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ وَقَدْ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ اْلأَعْوَرَ الْكَذَّابَ أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَمَكْتُوْبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ك ف ر
“Tidak ada seorang nabi pun kecuali memperingatkan umat dari Dajjal. Dia buta pendusta. Ketahuilah dia buta adapun Rabb kalian tidaklah demikian. Tertulis di antara dua mata Dajjal :ك ف ر -yakni: kafir.”
Dari ‘Umar bin Tsabit Al-Anshari rahimahullah beliau mendapatkan berita dari sebagian shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasa pada suatu hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata memperingatkan manusia dari Dajjal:
إِنَّهُ مَكْتُوْبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ مَنْ كَرِهَ عَمَلَهُ أَوْ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ
“Sesungguh tertulis di antara dua mata ك ف ر akan bisa membaca orang yg membenci amalan -atau akan membaca semua mukmin.”
Dalam satu riwayat dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu:
يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
“Akan bisa membaca semua mukmin yg bisa menulis ataupun tidak.”
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Yang benar dan ini adl ucapan para ulama muhaqqiqin: Tulisan adl hakiki ada sesuai dzahirnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan sebagai tanda di antara sekian tanda kekufuran kedustaan dan kebatilannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tampakkan kepada seluruh mukmin yg bisa baca tulis ataupun tdk dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sembunyikan dari orang yg diinginkan kesesatan dan terkena fitnahnya.”

Pengikut Dajjal
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَالِسَةُ
“Akan mengikuti Dajjal dari kaum Yahudi Ashbahan 70.000 orang mereka memakai thayalisah .”
Pengikut Dajjal adl orang2 Yahudi dan orang2 yg jahat. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَبْكِي، فَقَالَ لِي: مَا يُبْكِيْكِ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، ذَكَرْتُ الدَّجَّالَ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ يَخْرُجِ الدَّجَّالُ وَأَنَا ?*َيٌّ كَفَيْتُكُمُوْهُ، وَإِنْ يَخْرُجِ الدَّجَّالُ بَعْدِي فَإِنَّ رَبَّكُمْ عَزَّ وَجَلَّ لَيْسَ بِأَعْوَرَ وَإِنَّهُ يَخْرُجُ فِي يَهُوْدِيَّةِ أَصْبَهَانَ ?*َتَّى يَأْتِيَ الْمَدِيْنَةَ فَيَنْزِلَ نَا?*ِيَتَهَا وَلَهَا يَوْمَئِذٍ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا مَلَكَانِ، فَيَخْرُجَ إِلَيْهِ شِرَارُ أَهْلِهَا
“Rasulullah masuk ke kamarku dlm keadaan aku sedang menangis. Beliau berkata kepadaku: ‘Apa yg membuatmu menangis?’ Aku menjawab: ‘Saya mengingat perkara Dajjal mk aku pun menangis.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘Jika dia keluar sedang aku masih berada di antara kalian niscaya aku akan mencukupi kalian. Jika dia keluar setelah aku mati mk ketahuilah Rabb kalian tdk buta sebelah. Dajjal keluar bersama orang2 Yahudi Ashbahan hingga datang ke Madinah dan berhenti di salah satu sudut Madinah. Madinah ketika itu memiliki tujuh pintu tiap celah ada dua malaikat yg berjaga. mk keluarlah orang2 jahat dari Madinah mendatangi Dajjal .”
Dalam sebuah hadits disebutkan juga bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah pasukan Khawarij.
يَنْشَأُ نَشْءٌ يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، كُلَّمَا خَرَجَ قَرْنٌ قُطِعَ ?*َتَّى خَرَجَ فِي عِرَاضِهِمُ الدَّجَّالُ
“Akan muncul sekelompok pemuda yg membaca Al-Qur`an tapi tdk melewati tenggorokan mereka. Setiap kali keluar sekelompok mereka mk akan tertumpas sehingga muncul Dajjal di tengah-tengah mereka.”

Macam-macam Fitnahnya
Fitnah yg dilakukan Dajjal banyak sekali di antaranya:
1. Bersama ada surga dan nerakanya.
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
الدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى جُفَالُ الشَّعْرِ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dajjal cacat mata yg kiri1 keriting rambut bersama surga dan nerakanya. Neraka adl surga dan surga adl neraka.”
2. Membunuh satu jiwa kemudian menghidupkan kembali.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُوْلُ لَهُ: أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي ?*َدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ?*َدِيْثَهُ. فَيَقُوْلُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَ?*ْيَيْتُهُ أَتَشُكُّوْنَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: لاَ. قَالَ: فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُ?*ْيِيْهِ..
“Keluarlah pada hari itu seorang yg terbaik atau di antara orang terbaik. Dia berkata: ‘Aku bersaksi engkau adl Dajjal yg telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Dajjal berkata : ‘Apa pendapat kalian jika aku bunuh dia dan aku hidupkan kembali apakah kalian masih ragu kepadaku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ mk Dajjal membunuh dan menghidupkan kembali.”
3. Menggergaji seseorang kemudian membangkitkan kembali.
4. Memerintahkan langit utk menurunkan hujan lalu turunlah hujan.
Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوْهُمْ فَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَجِيْبُوْنَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَاْلأَرْضَ فَتُنْبِتُ
“Dia datang kepada satu kaum mendakwahi mereka. Merekapun beriman kepada menerima dakwahnya. mk Dajjal memerintahkan langit utk hujan dan memerintahkan bumi utk menumbuhkan tanaman mk turunlah hujan dan tumbuhlah tanaman.”
Adapun kaum yg tdk beriman dan tdk menerima dakwah Dajjal tdk ada sedikit harta pun tersisa pada mereka.
5. Akan diikuti perbendaharaan harta.
Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُوْلُ لَهَا: أَخْرِجِي كُنُوْزَكِ. فَتَتْبَعُهُ كُنُوْزُهَا كَيَعَاسِيْبِ النَّ?*ْلِ
“Dia mendatangi reruntuhan dan berkata: ‘Keluarkanlah perbendaharaanmu.’ mk keluarlah perbendaharaan mengikuti Dajjal seperti sekelompok lebah.”
6. Bersama air sungai dan gunung roti api dan air.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِنَّهُ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ وَنَهْرٌ وَمَاءٌ وَجَبَلُ خُبْزٍ وَإِنَّ جَنَّتَهُ نَارٌ وَنَارَهُ جَنَّةٌ
“..Sesungguh bersama dia ada surga dan neraka sungai dan air serta gunung roti. Sesungguh surga Dajjal adl neraka dan neraka Dajjal adl surga.”
Dari ‘Uqbah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang Dajjal:
إِنَّ الدَّجَّالَ يَخْرُجُ وَإِنَّ مَعَهُ مَاءً وَنَارًا فَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ مَاءً فَنَارٌ تُ?*ْرِقُ وَأَمَّا الَّذِي يَرَاهُ النَّاسُ نَارًا فَمَاءٌ بَارِدٌ عَذْبٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَلْيَقَعْ فِي الَّذِي يَرَاهُ نَارًا فَإِنَّهُ مَاءٌ عَذْبٌ طَيِّبٌ
“Sungguh Dajjal akan keluar dan bersama ada air dan api. Apa yg dilihat manusia air sebenar adl api yg membakar. Apa yg dilihat manusia api sesungguh adl air minum dingin yg segar. Barangsiapa di antara kalian yg mendapati hendak memilih yg dilihat api krn itu adl air segar yg baik.”
Jika seorang mukmin telah mengetahui dan beriman akan keluar Dajjal dgn membawa fitnah yg demikian dahsyat hendak ia mengamalkan beberapa sebab utk menjaga diri dari Dajjal dan fitnahnya. Di antara amalan tersebut:
1. Minta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejelekan fitnah memperbanyak minta perlindungan dari terutama setelah tasyahud akhir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
إِذَا تَشَهَّدَ أَ?*َدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَ?*ْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْ?*ِ الدَّجَّالِ
“Jika salah seorang kalian selesai dari tasyahud akhir mintalah perlindungan dari empat perkara: ‘Ya Allah aku berlindung kepadamu dari adzab jahannam dari adzab kubur dari fitnah waktu hidup dan waktu mati dan dari kejahatan fitnah Dajjal’.”
2. Menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
مَنْ ?*َفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi akan terjaga dari fitnah Dajjal.”
3. Menjauhi tdk mendatangi kecuali seorang yg yakin tdk akan terkena mudarat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ مِنْهُ فَإِنَّ الرَّجُلَ يَأْتِيْهِ وَهُوَ يَ?*ْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَلاَ يَزَالُ بِهِ لِمَا مَعَهُ مِنْ الشُّبَهِ ?*َتَّى يَتَّبِعَهُ
“Barangsiapa mendengar Dajjal hendak menjauh darinya. Demi Allah sungguh ada seorang yg mendatangi merasa diri beriman tapi kemudian mengikuti Dajjal dikarenakan syubhat-syubhat yg dilontarkan Dajjal.”
4. Tinggal di Makkah dan Madinah
Karena kedua adl negeri yg aman tdk bisa dimasuki Dajjal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلاَّ سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلاَّ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةَ لَيْسَ لَهُ مِنْ نِقَابِهَا نَقْبٌ إِلاَّ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ صَافِّيْنَ يَ?*ْرُسُوْنَهَا
“Tidak ada satu negeri pun kecuali akan dimasuki Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Dia tdk mendapati celah/ jalan masuk kecuali pada ada malaikat yg berbaris menjaganya.”
Dan termasuk yg terjaga dari Dajjal juga adl Masjidil Aqsha serta bukit Tursina
Dari nash-nash yg kita dapatkan tentang Dajjal kita dapatkan kesimpulan:
1. Luas rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya krn Dia telah membekali mereka dgn senjata yg bisa mematahkan hujjah dan fitnah Dajjal. Ini terwujud dgn penjelasan sifat-sifat yg menunjukkan kedustaan kaum mukmin diberi kemampuan utk membaca apa yg tertulis di kening Dajjal yg menunjukkan kekufurannya. Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing kita utk menghafal sepuluh ayat pertama dlm surat Al-Kahfi sebagai tameng dari Dajjal.
2. Dajjal adl sosok manusia yg telah sangat jelas sifat-sifat sebagai manusia. Ini membantah ucapan orang sesat dan ahlul bid’ah yg menyatakan Dajjal hanyalah sosok fiktif belaka atau hanyalah simbol dari tersebar kerusakan.
3. Dajjal mempunyai sifat dan fitnah-fitnah yg telah digambarkan dgn rinci: keluar di akhir jaman muncul dari arah Syam tinggal selama 40 hari diberi kemampuan mematikan dan menghidupkan membawa surga dan neraka tertulis di antara dua mata ك ف ر dan sifat lainnya. Ini membantah ucapan yg menyatakan bahwa Dajjal adl Sri Sathya Sai Baba dari India atau kiasan dari kemajuan serta fitnah Eropa.
Wa akhiru da’wana anil hamdulillahi Rabbbil ‘alamin.

1 dlm hal ini terdapat perbedaan riwayat sebagian menyatakan yg kiri dan sebagaian menyatakan yg kanan. Sebagian ulama mengkompromikan riwayat-riwayat tersebut dgn mengatakan bahwa mata yg kanan terhapus dan tdk bercahaya sedangkan pada mata yg kiri terdapat sepotong daging yg menonjol.

Sumber: www.asysyariah.com
Ciri-Ciri Munculnya Dajjal Diantara tanda-tanda hari kiamat adalah munculnya Dajjal, yaitu sosok manusia dari turunan Adam yang akan menjadi fitnah bagi manusia.karena besarnya fitnah Dajjal dan sangat berbahayanya bagi manusia,maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjelaskan sifat-sifatnya secara rinci dalam berbagai hadits.

Hadits-Hadits tentang Dajjal sangat banyak dan shahih,bahkan para Ulama menganggapnya mutawatir. Tidak ada seorangpun dari kalangan ahlussunnah yang menentang berita munculnya Dajjal tersebut, kecuali –seperti biasanya kelompok yang lebih menuhankan akalnya—Mu’tazilah dan Rasionalis. Mereka menganggap bahwa Dajjal hanyalah ungkapan tentang sifat, Bukan satu sosok makhluk yang disebut dengan Dajjal. Maka –menurut mereka—setiap orang yang memandang segala masalah hanya dengan sebelah mata yaitu hanya dengan barometer dunia, maka dia adalah Dajjal.

Tentunya anggapan mereka ini adalah anggapan batil yang terbantah dengan hadits-hadits yang shahih. Kami kira cukup kami nukilkan hadits-hadits tersebut yang menjelaskan sifat-sifat Dajjal. Niscaya akan menjadi jelas apakah Dajjal itu sebuah ungkapan,sifat atau memang sesosok makhluk dari jenis manusia yang akan muncul di akhir Zaman.



Ciri-ciri Dajjal



Dajjal Buta sebelah Matanya

Diriwayatkan dari Ibnu Umar رضي الله عنهما bahwasannya Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyebutkan Dajjal ditengah-tengah manusia seraya berkata:

إن الله لايخفى عليكم إن الله ليس بأعور ألا وإن المسي?* الدجال أعور العين كأن عينه عنبة طافية

Sesungguhnya Allah ta’ala tidak Buta.Ketauhilah bahwa al-Masih ad Dajjal buta sebelah kanannya.seakan-akan sebuah anggur yang busuk. (HR. Bukhari)



Dajjal adalah Pemuda Keriting

Dari an-Nawwas bin sam’anرضي الله عنه berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika mensifati Dajjal :

إنه شاب قطط عينه طافية كأني أشبهه بعبد العزى بنقطن(روه مسلم

dia adalah seorang pemuda keriting,matanya rusak,seperti aku melihat mirip dengan abdul ‘Uzza ibnul Qathn. (HR.Muslim)



Dajjal adalah laki-laki pendek

Diriwayatkan daru Ubadah bin Shamit رضي الله عنه, berkata Rasullah صلى الله عليه وسلم :

إن مسي?* الدجال رجل قصير جعد أعور مطموس العين ليس بنا تئة ولا ?*جرا فإن ألبس عليكم فاع لموا أن ربكم ليس بأع ور

Sesungguhnya Dajjal adalah seorang laki-laki yang pendek, afja’ (pengkor), keriting,buta matanyasebelah tidak timbul tidak pula berlubang.Kalau ia membuat kalian ragu-ragu ketauhilah Rabb kalian tidak buta.(HR. Daud; dan dishahihkan oleh al-Bani dalam shahi al-Jami’u ash-Shagir,Hadits no.2455)

Afja’ dalam hadits diatas adalah seorang yang kalau berjalan meregangkan antara dua kakinya seperti seorang yang selesai di khitan. Dan ini adalah salah aib dajjal juga,demikian dikatakan dalam Aunul Ma’bud Syarh Abu Dawud, Hal.298)



Dajjal Lebar lehernya dan Bungkuk

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه,bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

وأما مسي?* الصلالة فإنه أعور العين أجلى الجبهة عريض الن?*ر فيه دفأ كأنه قطن بن عبد العزى

Adapun penebar kesesatan (Dajjal),maka dia buta matanya sebelah,lebar jidatnya,luas lehernya dan agak bungkuk mirip dengan Qathn Ibnu Abdil Uzza. (HR.Ahmad dalam Musnad-nya ; Berkata Ahmad Syakir : “isnadnya shahih” dan dihasankan oleh Ibnu Katsir)



Memiliki “Surga” dan “Neraka”

Dari Huzaifah رضي الله عنه bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

الدجال أعور العين اليسري جفال الشعر معه جنة و جنته نار

Dajjal matanya buta sebelah,cacat mata kirinya, tebal rambutnya,dia memilki surga dan neraka”. Surganya adalah neraka Allah,dan nerakanya adalah surga ALLah.(HR.Muslim)



Diantara Kedua mata Dajjal tertulis KAFIR

Dari Annas رضي الله عنه, berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

…ألا إنه أعور وإن ربكم ليس بأعور وإن بين عينيه مكتب كافر فيه

…Ketahuilah sesungguhnya dia (Dajjal) buta sebelah sedangkan Rabb kalian tidak buta.Dan sesungguhnya diantara kedua matanya tertulis KAFIR.(HR.Bukhari)

Dalam riwayat lain disebutkan :

ثم تهجاها (ك ف ر) يقروه كل مسلم

…Kemudian mengejanya (Kaf , Fa , Ra) semua Muslim dapat membacanya.(HR.Muslim dalam shahihnya kitab Fitan (18/59-SyarhImam Nawawi)

Dalam riwayat lain dari Hudzaifahرضي الله عنه dikatakan :

يقرؤه كل مؤمن كاتب وغير كتب

…Setiap Mukmin dapat membacanya, apakah dia bisa tulis atau pun buta huruf.(HR.Muslim)



Para Nabi telah memperingatkan dari Fitnah Dajjal

Dari Annas رضي الله عنه, berkata Rasulullah صلى الله عليه وسلم :

ما عث نبي إلا أنذر أته الأعور الكذاب ألا إنهأعور و إن ربكم ليس بأعور وإن بين عينيه مكتوب كلفر فيه

Tidaklah diutus seorang nabi pun, kecuali memperingatkan umatnya dari bahaya si buta,sang pendusta.ketauhilah sesungguhnya dia buta sebelah sedangkan Rabb kalian tidak buta.Dan sesungguhnya diantara kedua matanya tertulis KAFIR.Dajjal besar badnnya.(HR.Bukhari)

Dari Imran bin Husain Radiyallahu anhu, beliau mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

ما بين خلق آدم إلي فيام السا عة خلق أكبر من الد جال

“tidak ada saru makhluk pun sejak Adam sampai hari kiamat yang lebih besar dari Dajjal.(HR. MUslim)



Dajjal tidak memiliki keturunan

Dari abu sa’id al khudry رضي الله عنه, ia ditanya;

ألست سمعت رسوالله صلي الله عليه وسلم يقول إنه لا يو لد له قل قلت بلى

Bukankah engkau telah mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata ; Sesungguhnya dia (dajjal) tidak mempunyai keturunan.” (Abu Sa’id) menjwab : “ya”. (HR. Muslim)



Tempat Munculnya Dajjal

Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Siddiq رضي الله عنه, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyampaikan kepada kami :

الدجال يخرج من أرض بالمشرق يقال له خوراسان

Dajjal akan keluar dari bumi belahan timur yang disebut khurasan.(HR.Tirmidzi;dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Jami’ ash Shaghir (3/150)

Diriwayatkan dari Annas bin Malik رضي الله عنه ia berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda

يجرج الدجال من يهودية أصبها ن معه سبعون ألفا اليهود

Dajjal akan keluar dari daerah Yahudi Asbahandan bersamanya tujuh pulh ribu orang dari kalangan Yahudi (HR. Ahmad)

Berkata Ibnu Hajar Asqalani : “ Adapun tentang dari mana munculnya Dajjal maka ini sangat jelas yaitu dari arah Masryg.” (Fathu Bary (13/91)

Berkata Ibnu Katsir : “awal munculnya Dajjal dari Ashbahan, dari desa yang disebut dengan desa Yahudi (al Yahudi-yah).” (an-Nihayah/al-Fitan wal malahin (1/128)



Dajjal tidak dapat masuk Makkah Madinah

Allah subahanahu wa ta’ala telah mengharamkan Dajjal masuk Mekah dan Madinah. Sesunggunya dia menjelajahi segala negeri kecuali keduanya.

Dirwayatkan dari Fatimah binti Qais Radhiyallahu anha, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم menceritakan tentang kisah Tamim ad-Daari tersebut dan pengalamannya ditengah lautan ketika bertemu dengan sesosok makhluk yang terbelenggu. Rasulullah صلى الله عليه وسلم membenarkan kisah Tami ad-Daari tersebut adalah Dajjal yang akan keluar di akhir Zaman.maka para Ulama menerima riwayat tersebut dari pembenaran Rasulullah صلى الله عليه وسلم .

Didalam kisah tersebut disebutkan bahwa Dajjal berkata : “…maka aku akan keluar dan mengelilingi dunia.tidak ada satupun Daerah kecuali aku masuki dalam waktu 40 malam,kecuali Makkah dan Thayibah karena keduanya diharamkan atasku. Setiap aku akan memasuki salah satunya, maka akau di halangi oleh malaikat-malaikat yang ditangan-tangan mereka tergenggam pedang-pedang yang terhunus menghalauku dari keduanya…” maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakansambil menunjuk dengan tingkat ketanah:

هذه طيبة هذه طيبة هذهطيبة يغني المدينة ألا هل كنت ?*دثتكم ذلك؟ فقال الناس نعم فإنه أعجبني ?*ديث تميم أنه وافق الذي كنت أ?*دثكم عنه وعن المدينة ومكة ألا إنه في ب?*ر الشامأو ب?*ر اليمن لابل من قبل المشرق ما هو من قبل المشرق ما هو من قبل المشرق ما هو وأومأ بيده إلى المشرق

“inilah yang di maksud Thoyibah, inilah yang dimaksud yakni al Madinah. Bukankah aku pernah mengatakannya kepada kalian?” maka manusia menjawab : Ya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata: “Sungguh sangat mengagumkan aku berita dari Tamim ad-Daari ini,sesungguhnya ia cocok dengan apa yang telah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Makkah. Ketauhilah sesungguhnya dia (Dajjal) ada di laut Syam atau dilaut Yaman.Tidak, Bahkan di arah Masryq,bahkan diarah Masryq sambil mengisyaratkan dengan tangannya kearah Masryq.(HR. Muslim dalam Shahih Muslim/Kitabul Fitan wa Asyrathu as-Sa’ah bab qishatul jassaasah,juz 18/83 dengan syarh Nawawi). (Hadits lengkapnya Insya Allah akan kami muat pada edisi mendatang)



Para Pengikut Dajjal

Diriwayatkan dari Annas bin Malik رضي الله عنه : SesungguhnyaRasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

أن رسوالله صلى الله عليه وسلم قل يتبع الدجال من يهود أصبهان سبعون ألقا عليهم الطيالسة

“akan mengikuti Dajjal orang-orang dari kalangan Yahudi Ashbahan 70 ribu orang yang dipimpin oleh thayalisah(HR.Muslim)

Dalam riwayat lain Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

ينزل الدجال في هذه السخة بمرقناة فيكن أكثر من يخرج إليه النساء ?*تى إن الرجل ليرجع إلى ?*ميمه وإلى أمه وابنته وأخته وعمته فيو ثقها ربا طا مخافة أن تخر ج إليه

Dajjal akan turun dari daerah dataran ber-garam yang bernama Marriqanah. Maka yang banyak mengikutinya adalah para wanita,sampai seorang laki-laki pulang kerumahnya menemui istirnya,ibu dan anak perempuan serta saudara perempuan dan bibinya kemudian mereka ikat karena khawatir kalau-kalau keluar menemui Dajjal dan mengikutinya.(HR. Ahmad(7/190) dan dishahihkan oleh Ahmad syakir).



Berlindung dari fitnah Dajjal

Oleh karena itu rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari bahaya fitnah Dajjal khususnya di akhir shalat setelah tasyahud sebagai berikut:

اللهمإني أعو ذبك من عذاب ج?*نم ومن عذاب القبر ومن فتنة الم?*يا والممات ومن فتنة المسي?* الدجال

Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-MU dari adzab neraka Jahannam,dariadzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan fitnah al masih ad-Dajjal.(HR.Muslim)



Peringatan !!!

Syaikh al Albani rahimahullah berkata : “ketahuilah bahwa hadits-hadits tentang Dajjal dan turunnya Isa ‘alaihi Salam adalah mutawatir dan kita wajib mengimaninya.jangan tertipu dengan orang yang menganggap bahwa hadits-hadits tersebut adalah ahad (tidak mutawatir).karena mereka adalah orang-orang bodoh tentang ilmu hadits. tidak ada dari mereka yang telah menelusuri semua jalan-jalan hadits ini. kalau saja mereka mau menelusurinya,niscaya mereka pun akan mengatakan bahwa hadits ini mutawatir sebagaimana ucapan para imam ahlul hadits.seperti al-Hafidh ibnu Hajar as Qalani dan lain-lainnya.

Sungguh sangat disayangkan adanya orang-orang yang lancang berbicara tentang masalah ini dalam keadaan tidak memiliki spesialisasi dalam bidangnya,apalgi perkara ini perkara agama bahkan perkara aqidah.(lihat Takhrij Syarh Aqidatu ath-Thahawiyah,oleh Syaikh al-Albani,hal 501)

Wallahu a’alam
min : forumkami.com
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Klw gitu buruan pada ngaku dajal sampai 30 orang biar cepat tampil Isa yang dijanjikan.

Salut doinetral!!!
 
Bls: Re: Dajjal Sudah Muncul

Ada Buku Na Toh?

By The Snow Wolf

silahkan cari buku2 ini di toko buku, pengarangnya sama, abu fatiah al- adnani, sudah lama beredar kok, di buku2 ini dibahas siapa dajjal dan siapa sai baba, simak kisah detailnya.....dan simpulkan....aku baru baca 1 buku
wallahu a'lam

DAJJAL SUDAH MUNCUL DARI KHURASAN
s_dsmdk.gif

penerbit Pustaka Arafah
imprint Granada Media Tama
penulis Abu Fatiah Al-Adnani
ukuran 14 x 20,5 cm
tebal 308 hlm

Sai Baba datang dengan ajaran yang sangat kental dengan Teologi Yahudi, ia menjadi perpanjangan tangan dari Zionisme Internasional. Akankah ia menjadi calon pemimpin Yahudi di akhir zaman? Benarkah ia Dajjal yang dijanjikan kemunculannya dari Khurasan? Benarkah ia isyarat akan datangnya Al-Mahdi yang dijanjikan? Seperti apakah kedahsyatan fitnah dan syubhat yang dibawa oleh Sai Baba Hingga puluhan juta manusia tenggelam dam jeratnya?
Dengan merujuk kepada pendapat para salaf yang paling rajih, buku ini mencoba untuk menjawab semua teka-teki dan misteri Dajjal akhir zaman!!!
Pada bulan Maret 2007 sudah mencapai cetakan ke -9

KAKI TANGAN DAJJAL MENCENGKRAM INDONESIA
s_ktdmi.gif

penerbit Pustaka Arafah
imprint Granada Media Tama
penulis Abu Fatiah Al-Adnani
ukuran 14 x 20,5 cm
tebal 315 hlm

Seperti apa fitnah dan ideologi yang diusung oleh Sai Baba? Benarkah fitnah dan ideologi itu mengakar di tengah Umat Islam? Sejauh mana kaki tangan Dajjal melakukan penetrasi ideologinya? Adakah tokoh-tokoh yang menjadi perpanjangantangan darinya? Temukan semua jawabannya dalam buku ini !!

KITA BERADA DI AKHIR ZAMAN
kita%20berada%20di%20akhi%20zaman99.gif

penerbit Pustaka Arafah
imprint Granada Media Tama
penulis Abu Fatiah Al Adnani
ukuran 15,5 x 24 cm
tebal 390 hlm

Berbeda dengan buku-buku kiamat sebelumnya, buku "KITA BERADA DI AKHIR ZAMAN" (buku ke sekian tentang akhir zaman yang ditulis oleh Abu Fatihah Al Adnani dan Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah nya ini) merupakan gambaran akan kebenaran nubuwat Rasulullah saw. Buku ini memuat nubuwat-nubuwat yang telah dan sedang menjadi kenyataan. Sandaran dan landasannya jelas, bukan didasarkan pada ilmu nujum atau ramalan dukun. Buku ini akan menjadikan kita semakin yakin, bahwa zaman yang dijanjikan itu kini telah tiba…..
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

kalau fenomena ufo salah satu tanda akan hadir nya dajjal

aku punya bukunya, entah keselip di lemari,tapi ada katalognya di internet,buku ini pernah menjadi kontroversi di antara ulama, apapun isinya...pilih yang menurut anda benar saja

DAJJAL%20AKAN%20MUNCUL%20DR%20SEGITIGA.jpg

Para ilmuwan sering dibuat bingung oleh banyaknya fenomena misterius yang terjadi di dunia ini. Dua dari sekian banyak fenomena itu adalah Segitiga Bermuda dan Piring Terbang. Bagaimanakah sesungguhnya hakikat kedua fenomena ini? Adakah hubungan dan jaringan misterius antara kedua fenomena ini dengan Dajjal?

Di sebuah negeri paling indah di dunia ini, yakni Swedia, Muhammad 'Isa Dawud menyentuh "benang-benang atau jaringan misterius" antara Dajjal dengan kedua fenomena ini. Dengan kajian atas berbagai manuskrip kuno yang ditemukannya dari berbagai negeri, penulis buku ini menyimpulkan bahwa Dajjal akan muncul dari Segitiga Bermuda.

Buku ini mengungkapkan berbagai rahasia tersembunyi dan fenomena membingungkan seputar jati-diri dan sepak terjang Dajjal, makhluk bermata satu dan penyebar fitnah, yang kemunculannya di akhir zaman telah diramalkan jauh hari sebelumnya oleh Nabi kita. Inilah buku pertama yang menelaah perihal Dajjal, yang masih amat jarang dibahas orang.

ISBN :978-979-1096-42-3

Judul:Dajjal Akan Muncul dari Segitiga Bermuda

Pengarang:Muhammad Isa Dawud

Penerbit:pustaka Hidayah

Bahasa:Arab - Indonesia

Sampul:Soft Cover

Ukuran:15.5 x 23.5 cm

Jumlah Halaman:220 hlm.
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Lakum diinukum wa liyadiiin..

buat ane, Sai Baba dajjal atau bukan, tidak masalah yg penting mereka tidak melakukan penistaan dan mencampur adukkan agama, seperti yg dilakukan oleh AHMADIYAH. Kalaupun benar dia itu Dajjal, kita semua tidak ada yg bisa membunuhnya kecuali Imam Mahdi yang akan datang di hari menjelang hari kiamat nanti.

wallahu a'lam.

Kamu tau apa tentang Ahmadiyah? Mereka mempercayai Imam Mahdi telah datang untuk membinasakan Dajjal. Kalau you kontra sama anti Dajjal berarti you lebih pro Dajjal?
Saran saya kalau ga tau ilmunya jangan bawa-bawa sebuah nama untuk dibahas deh. Pelajari dulu semua ajaran (ga harus you masuk), sebab alQuraan juga merupakan kumpulan kesempurnaan ajaran semua agama.
 
Bls: Dajjal Sudah Muncul

Lakum diinukum wa liyadiiin..

buat ane, Sai Baba dajjal atau bukan, tidak masalah yg penting mereka tidak melakukan penistaan dan mencampur adukkan agama, seperti yg dilakukan oleh AHMADIYAH. Kalaupun benar dia itu Dajjal, kita semua tidak ada yg bisa membunuhnya kecuali Imam Mahdi yang akan datang di hari menjelang hari kiamat nanti.

wallahu a'lam.
Maaf setahu saya yang bisa membunuh dajjal adalah Nabi Isa as, bukan Imam Mahdi... Terima kasih....
 
Back
Top