Taman Mural di Kolong Jembatan Layang Lempuyangan

Megha

New member
Taman Mural di Kolong Jembatan Layang Lempuyangan






Sebuah kolong jembatan di banyak tempat mungkin saja identik dengan kekumuhan, ketidakteraturan dan kriminalitas. Tetapi, jangan dulu beranggapan serupa bila datang ke Jembatan Lempuyangan sebab areal yang ada di bawahnya justru menjadi ruang publik alternatif di tengah minimnya taman bermain atau areal lapang di Yogyakarta. Areal bawah jembatan yang dibangun di sebelah timur Stasiun Lempuyangan (stasiun tertua di Yogyakarta) ini menjadi tempat untuk membangun imajinasi.

Sudah menjadi pemandangan lazim, setiap sore para bapak dan anak tercintanya duduk santai di dekat pintu palang kereta api. Mereka menggunakan sebuah bidang berkonblok kecil yang berada di sebelah utara rel untuk menunggu kereta api lewat dan bercanda ria menghabiskan sore. Dengan menunggu kereta lewat, para bapak mengajak anak-anaknya berimajinasi tentang nikmatnya naik kereta menjelajahi Pulau Jawa, mendengar suara kereta yang khas dan bunyi roda kereta yang berputar.












Meski hanya sebuah imajinasi, anak-anak tampak gembira dengan aktivitas ini. Saat YogYES mengunjungi tempat ini beberapa hari lalu, sepasang anak dan bapak tampak tertawa riang ketika sebuah kereta api eksekutif lewat. Si anak berkata, "Pak kuwi sepur opo?" (Pak, itu kereta api apa?), dan si bapak pun menjawab dengan menduga-duga. Setelah kereta lewat, si anak pun kembali bermain dan bertanya, "Pak, mengko ono sepur sing liwat ora?" (Pak, nanti ada kereta lewat lagi tidak?). Dan, si anak pun terus menanti hingga kereta berikutnya lewat.

Sederhana namun berharga, itulah imajinasi tentang naik kereta. Imajinasi itu mampu merangsang keriangan dan mengobati lara. Imajinasi itu juga bisa sekaligus menahan keinginan untuk berlibur naik kereta secara nyata, maklum ongkos berlibur terasa sangat mahal bagi kawula alit kala semua harga kebutuhan pokok melonjak seperti saat ini. Dan, imajinasi itu pula yang 'dipotret' oleh komunitas seni Apotik Komik, lalu menjadi inspirasi dalam pembuatan karya mural pada tahun 2002.




Samuel Indratma, salah seorang penggerak Apotik Komik ketika ditemui YogYES mengatakan bahwa pembuatan mural itu dilakukan untuk semakin meramaikan suasana areal bawah jembatan layang ini, sekaligus memperkenalkan karya seni yang harapannya bisa diapresiasi warga Yogyakarta dan merawat sudut-sudut kota yang luput dari perhatian. Samuel mengatakan bahwa digunakannya areal bawah jembatan untuk arena bermain adalah wujud minimnya taman bermain bagi anak-anak.

Kini, jika anda berkunjung ke areal bawah Jembatan Lempuyangan, anda bisa menikmati mural-mural cantik yang dibuat oleh Apotik Komik. Mural-mural itu tergambar dari ujung selatan ke ujung utara jembatan layang, juga mewarnai setiap tiang-tiang beton yang menjulang. Tentu, kebanyakan mural mengusung nuansa fun, menyesuaikan dengan tempatnya yang sering digunakan untuk membangun imajinasi anak-anak, meski beberapa ada yang membawa pesan-pesan cukup serius.




Beberapa mural berkaitan dengan kereta api, sepertinya ingin memotret aktivitas yang berlangsung di jembatan ini setiap sore. Salah satunya adalah mural karya Nano Warsono yang berada di tiang beton dekat palang kereta api. Mural itu menggambarkan seorang manusia berbadan besar dengan dua orang serupa badut yang digambarkan tengah naik kereta. Tampak rel kereta digambarkan melengkung-lengkung dengan dua gerbong kereta yang berada di atasnya, menampung para badut. Sebuah pengalaman unik pernah dialami sang pembuat mural, saat ada seorang anak yang mengenakan baju karate meminta difoto di depan mural tersebut, katanya ia sangat menyukai gambarnya.


Masih berkaitan dengan kereta, di dinding jembatan lain terdapat mural yang menggambarkan suasana stasiun. Tampak rangkaian kereta panjang diparkir di stasiun tersebut, dengan wajah-wajah penumpang yang terlihat dari balik jendela kereta. Di samping rangkaian kereta, tampak sosok pramugari kereta wanita yang berdiri tegap. Di sebelah kanannya, ada sosok laki-laki yang juga berdiri tegap. Sepertinya, sang pembuat ingin mengajak anak-anak untuk mengimajinasikan suasana stasiun kereta dan kesibukannya.




Mural lain yang masih mengusung nuansa anak-anak dan fun bisa dijumpai di tembok ujung utara jembatan. Gambaran puluhan ikan yang tampak seperti ikan duyung mewarnai tembok itu. Ikan digambarkan berwarna putih, sementara backgroundnya digambarkan berwarna biru, mungkin hendak menggambarkan birunya laut. Tak jauh dari mural itu, tampak mural lain yang menggambarkan sebuah semangka besar beserta makhluk-makluk kecil. Mural terakhir ini berada tepat di seberang selatan palang kereta api.




Di dinding barat jembatan, terdapat gambar mural yang sepertinya memiliki rangkaian. Di ujung selatannya, terdapat gambar puluhan mata yang melihat rok, kemudian mata-mata itu berubah menjadi sel-sel ganas pada bagian berikutnya. Di bagian selanjutnya, digambarkan pertumbuhan bayi menjadi sosok perkasa namun seperti digerogoti penyakit. Bagian selanjutnya ada gambar mesin kasir dan produk dengan taburan rasa buah. Yang menarik di bagian bawah setiap frame ada inzet pramugari memperagakan cara menggunakan pelampung untuk saat darurat. Anda bisa menangkap pesan di balik mural ini, kan? Hehehe...




Sisi lain jembatan juga memiliki mural yang cukup serius. Misalnya mural yang disertai teks yang membawa pesan tertentu. Ada mural bergambar wajah-wajah manusia yang diliputi asap dengan tulisan "Smoke" di bagian atasnya, mungkin hendak menggambarkan situasi Jogja dengan asapnya. Ada pula mural yang mengusung pesan tentang cinta, misalnya mural dengan tulisan "Tebar Pesona Cinta" serta mural lain dengan pesan yang cukup panjang dan diterjemahkan dalam 3 bahasa, dipersembahkan bagi "mereka yang bukan pemaaf".




Mural di Jembatan Lempuyangan ini tak hanya menjadi gambaran indah belaka, tetapi juga memberi kontribusi bagi masyarakat yang sehari-hari bekerja di sekitar jembatan, juga diapresiasi oleh warga sekitar jembatan. Seorang pedagang minuman mengaku sejak adanya mural suasana bawah jembatan semakin ramai dan secara langsung memberi sedikit penghasilan. Warga sekitar juga menyukai mural-mural yang terlukis di tembok, katanya memberi nuansa kesenangan tersendiri. Ada pula yang mengatakan mural-mural itu memberi keuntungan karena membuat kawasan bawah jembatan bebas dari vandalisme.




Banyaknya mural yang terdapat menjadikan suasana bawah jembatan seperti sebuah pertamanan, taman bermain anak-anak sekaligus taman mural, sebab menyajikan kumpulan mural yang dibuat oleh berbagai muralis dengan tema beragam. Anda yang ingin menikmatinya bisa melaju dari perempatan Kantor Pos Besar ke arah timur sampai Sentul, kemudian berbelok ke kiri mengikuti alur jalan hingga menemukan jembatan layangnya.



Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo & Artistik: Agung Sulistiono Mabruron
YogYES.COM
 
memang den marhas ngekos diLempuyangan ya??

oya aku suka dengan hasil gambar yang ditampilkan, bagus sekali, sangat jelas. kira-kira non megha pakai kamera apa ya?
 
saya suka banget sama gambar fire yang ini, kesannya hidup ;)


1_lempuyangan_flyover.jpg
 
Back
Top