Banting setir, cara pengrajin agar tetap bisa eksis...

pratama_adi2001

New member
Sejumlah pengrajin dan pemilik home industry shuttlecock mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku akibat maraknya kasus flu burung di beberapa daerah, namun mereka tetap eksis.
Memang tidak mudah, karena mereka harus berupaya keras mencari terobosan, bahkan beberaa di antaranya harus banting setir, agar tetap eksis dan bisa memenuhi permintaan pasar.
Salah satu pengrajin shuttlecock di Makam Bergolo, Serengan, Sugiyanto, misalnya, mengaku untuk memenuhi bahan baku berupa bulu ayam, dirinya harus memburunya hingga ke sejumlah daerah.
Padahal, selama ini bahan baku tersebut selalu dipasok dari daerah Jakarta, Bandung dan Surabaya. Tidak sedikit modal yang harus dikeluarkan untuk memenuhi bahan baku tersebut.
?Setidaknya kini saya harus ekstra lebih mencari bantuan tambahan dana untuk modal. Karena bahan baku semakin langka dan harganya sedikit mengalami kenaikan, sementara kondisi pasar sepi. Jadi mau tidak mau harus cari modal tambahan,? paparnya. Hantaman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 Oktober silam ditambah lagi dengan maraknya kasus flu burung beberapa pekan belakangan ini, kata Sugiyanto, benar-benar telah memukul industri shuttlecock.
Apalagi, lanjutnya, kini permintaan pasar semakin sepi. Sugiyanto yang menyatakan telah menekuni industri ini sejak tahun 1976 lalu mengaku sepinya kondisi pasar mulai dirasakan sejak dua tahun terakhir.
Benar-benar terpukul
Selain kondisi perekonomian yang tidak baik, juga imbas kenaikan harga BBM telah memukul industri tersebut. ?Sekarang kami harus dihadapkan lagi dengan maraknya flu burung. Padahal tahun lalu kami juga telah merasakan itu, kini ada lagi kasus flu burung. Industri kami benar-benar terpukul,? ungkapnya.
Dengan kondisi ini, dia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan permodalan kepada para pengrajin shuttlecock. Karena selama ini untuk masalah modal, kata dia, pemerintah belum memberikan bantuan permodalan sama sekali.
?Modal industri ini murni dari pengrajin sendiri. Tidak ada campur tangan dari pemerintah, tapi jika kondisinya seperti ini terus mestinya pemerintah bisa memberikan bantuan modal,? harapnya.
Sepinya pasar juga dirasakan salah satu distributor shuttlecock di wilayah Semanggi Muryati. Muryati mengatakan hampir tiga bulan ini pihaknya tidak menerima order (pesanan) dari manapun. Menurutnya, penjualan shuttlecock dalam beberapa bulan terakhir mulai lesu akibat sepinya pasar.
?Stok kami menumpuk, karena sudah tiga bulan ini tidak ada permintaan. Kami berharap kondisi ini pulih kembali,? tuturnya. - Indah Septiyaning Wardani
 
Back
Top