KUMPULAN CALEG KORBAN PEMILU*merged and update*

Tragis! Caleg PKB Gantung Diri

NILAH.COM, Ciamis – Sudah tak terhitung kasus caleg yang mengalami depresi karena mendapat suara yang tidak signifikan dalam Pemilu 2009. Bahkan, seorang caleg di Ciamis, Jawa Barat, sampai nekad mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.

Hal itu dilakukan Sri Wahyuni, seorang caleg PKB untuk DPRD Kota Banjar. Ia menjerat lehernya dengan selendang yang tergantung hingga tewas di sebuah areal persawahan di Kabupaten Ciamis.

Menurut Kapolsek Langkap Lancar AKP Sukardi, Selasa (14/4), Wahyubi ditemukan warga setempat Toto Suharyanto, dalam keadaan tergantung. Posisinya sekitar dua meter dari permukaan tanah di atas atap saung atau pondok dengan menggunakan selendang.

Caleg nomor urut-8 dari PKB itu ditemukan tewas gantung diri di areal persawahan, Dusun Cibarogol, Desa Bangun Jaya, Kecamatan Langkap Lancar, Kabupaten Ciamis, Senin (13/4). Korban saat itu memakai kaus lengan panjang putih, bercelana jins, dan berkerudung.

Menurut saksi mata Sukardi, sebelum ditemukan tewas, pada Senin dini hari, ia sempat menegur korban ketika diketahui berjalan menyusuri jalan kampung Cibarogol sendiri. Namun korban tidak menghiraukan teguran warga setempat.

Dugaan sementara, kasus tersebut murni gantung diri, karena selama olah TKP tidak ditemukan bukti kekerasan pada fisik korban. Ia diperkirakan mengalami depresi karena telah mengeluarkan banyak biaya demi pencalegan. Untuk proses lebih lanjut polisi membawa jasad korban ke RSUD Kota Banjar untuk diotopsi. [*/nuz]
 
wah makin banyak aja yang stressssssssss
untuk menghibur para caleg yang ngak ke pilih
satu buah lagu dari bung rhoma

stresssssssssssssssss

Stress... (stress...)
Kerap melanda manusia
Tak peduli miskin ataupun kaya
Banyak orang yang stress

Stress... (stress...)
Seakan tengah mewabah
Tak peduli tua ataupun muda
Banyak orang yang stress

Pertumbuhan penduduk semakin padat
Dan persaingan hidup semakin ketat
Dan kemajuan jaman semakin pesat
Akhirnya kebutuhan semakin meningkat

Bukan hanya persoalan kehidupan
Bukan hanya persoalan keuangan

Terlalu sibuk kerja bisa bikin stress
Nganggur terlalu lama juga bikin stress
Kekasih main gila, bisa, bisa stress
Kenakalan remaja bisa bikin stress

Lapangkan dada benahi masalah kepada Tuhan
Panjatkan doa, tawakkallah dan sabarlah

Stress... (stress...)
Obatnya iman dan taqwa
Serta mensyukuri apa adanya
Pasti tak akan stress

buat para caleg ngak ke pilih semoga amal ibadah nya di terimah di sisi tuhan


lanjutttttttttttttttt lagi yam siapa lagi korban berikut
 
Caleg Bunuh Diri

Hai semua, udah dengar atau berita tentang Caleg yang bunuh diri dan stress akibat gak dapat suara?
bgaimana pendapat kamu tentang kejadian ini?

:)
 
Re: Caleg Bunuh Diri

maaf tread ini kok mirip dengan tread:
h**p://indonesiaindonesia.com/f/48005-kumpulan-caleg-korban-pemilu-merged-and
gimana nich bos admin... klo usulku dimerge ke tread 48005 aja?
 
Caleg Stres Serbu Tempat Karaoke

INILAH.COM, Jombang - Meski penghitungan suara belum kelar, namun sejumlah caleg sudah putus asa karena perolehan suaranya tidak signifikan. Untuk menghibur diri, tidak sedikit dari mereka yang mendatangi tempat karaoke untuk bernyanyi. Yuuk, Maas..!

"Sejak pemilu usai, jumlah pengunjung di tempat karaoke ini terus meningkat. Yang datang banyak di antaranya para caleg," kata GD, salah satu pengunjung Devi's cafe Jombang, Selasa (14/4).

Hanya saja, GD tak berani menyebut siapa para caleg tersebut. Ia beralasan, jika hal itu dikatakan maka sama halnya dengan merusak privasi seseorang. Ditambahkannya, dari pembicaraan yang ia dengar, banyak para caleg mengeluh karena gagal merebut kursi dewan.

Hal yang sama juga terjadi di tempat karaoke lainnya, Pondok Ijo cafe. Dari pengakuan salah satu pelanggan, banyak caleg yang berbondong-bondong mencari hiburan. Kebanyakan dari mereka adalah caleg gagal dalam pemilu.

AS, salah satu pengunjung mengetahui hampir setiap malam menjumpai sejumlah caleg yang sedang asyik berkaraoke.

"Karena saya juga pelanggan di sini, jadi sedikit banyak saya mengetahui hal-hal yang ganjil. Seperti halnya, para caleg yang sedang bersenang-senang," papar pria yang tidak mau disebutkan identitasnya.

Sementara itu di Jember, salah satu caleg PKNU, Samanhudi meringkus di RSU PTPN Kaliwates. Samahudi terpaksa harus diopname karena menderita infeksi saluran kencing, yang disebabkan jarang minum air putih.

Samanhudi mengatakan, pemilu kali ini sangat melelahkan. Hal itu juga dirasakan seluruh komponen termasuk penyelenggara pemilu, partai, caleg, saksi, mengalami kelelahan luar biasa. Alhasil, sejumlah komponen pelaku pemilu masuk rumah sakit, dan bahkan ada yang meninggal dunia di beberapa kota.

"Pemilu sekarang berbeda dengan lainnya. Kita harapkan ada perubahan sistem yang mudah, murah, dan meriah," tutur Samanhudi, caleg dapil VI untuk DPRD Jember. [beritajatim.com/ana]
 
Wanita Caleg Ambil Lagi Uang Contreng

Rabu 15 April 2009, Jam: 9:09:00
BOGOR (Pos Kota) – Tidak terpilih menjadi anggota DPRD Kota Bogor, wanita caleg, menagih kembali ‘uang contreng’ yang sempat dibagikan kepada 200 warga. Tim sukses caleg itu marah-marah kepada ketua RW yang dianggap gagal mengkoordinir warganya.

Yuniar SPd, caleg dari Partai Golkar,pernah secara langsung menyumbang 10 sak semen dan uang tunai Rp550 ribu untuk warga RW 11 Kelurahan Pasir Jaya, Bogor Barat. “Ibu Yuniar minta dukungan. Ia menyumbang semen dan uang untuk pembangunan posyandu,” papar Sugiono,51, Ketua RW 11, Selasa (14/4).

Setelah Yuniar datang, beberapa hari kemudian dua tim suksesnya Samsudin dan Bagio kembali menyambangi warga dan membagikan 200 buku tabungan koperasi dengan saldo masing-masing Rp50 ribu. Sumbangan itu tentu tak gratis alias ada timbalbaliknya, yakni mencontreng Yuniar dengan nomor urut 9 Dapil Bogor Barat.

“Tapi kenyataannya suara yang diraih hanya 12 suara, Bagio dan Samsudin langsung menelepon dan SMS meminta kembali uang, buku tabungan dan bukti penerimaan,” lanjut Sugiono. Bahkan lewat SMS yang terima Sugiono Senin (13/4) sore, ia dihina dengan kata-kata penghianat, penjilat, dan disebut sudah makan uang orang.

Pak RW ini tentu saja tersinggung . Ia lalu mengumpulkan kembali buku tabungan yang dibagikan ke warga untuk dikembalikan ke Yuniar. Tim sukses Yuniar berjanji datang Selasa (14/4) siang, namun ditunggu-tunggu sampai sore mereka tak muncul juga.

“Atas ucapan dan perbuatan tim sukses Yuniar, saya merasa nggak enak dengan warga,” papar Sugiono, yang dikenal sebagai pengusaha tahu ini.

Retina 45, warga, mengaku pernah bertemu Yuniar yang datang minta dukungan. Kepadanya, Yuniar meminta dukungan, sambil berjanji, akan memberikan bantuan.

YUNIAR MEMBANTAH
Yuniar yang dikonfirmasi membantah telah melakukan money politic pada pemilu caleg 9 April lalu. Dia juga mengaku tidak tahu menahu soal pembagian buku tabungan ke warga.

“Memang benar saya janjikan akan bentuk koperasi bagi warga, agar lebih terangkat kesejahteraannya. Tapi soal pemberian dan permintaan kembali uang disertai kata-kata kasar, saya tidak tahu. Yang melakukan juga bukan tim sukses, tapi simpatisan saja. Benar-benar, masalah ini diluar pengetahuan saya,” tandas Yuniar.
(yopi/ird/B)
 
Tak Dipilih, Bongkar Rumah Warga

UPEKS ONLINE
Senin, 13-04-2009

Gejala depresi terhadap Caleg yang gagal memperoleh suara signifikan mulai bermunculan di mana-mana.

Mulai dari yang membongkar rumah konstituennya hingga mulai mengoceh sendiri banyak ditemukan usai pencontrengan. Mereka kecewa setelah mengeluarkan uang banyak, ternyata hanya dipilih oleh segelintir orang.

Seperti yang terjadi di Kota Parepare misalnya, karena kecewa dengan perolehan suara yang minim, seorang Caleg membongkar rumah seorang warga. Memang rumah itu dibangun di atas lahan milik Daming, Caleg PBB.

Alasannya, warga yang bermukim di lahan itu tak memilihnya yang mencoba peruntungan untuk menduduki kursi legislatif Parepare. Rumah salah seorang warga bernama Ecce Enning, warga Kelurahan Sumpang Minangae, Bacukiki Parepare, dibongkar paksa.

"Saya disuruh pindah keluarga Pak Daming karena saya tidak pilih dia," kata Ecce Enning, kepada wartawan sambil meneteskan air mata.

Ecce mengaku tak memilih Daming karena dia memiliki pilihan sendiri. Apalagi dia tak menumpang percuma di lahan itu. Dia mengontrak di atas tanah tersebut sehingga tak ada alasannya untuk dipaksa memilih keluarga pemilik tanah.

"Saya kontrak di sini juga per tahun, jadi saya rasa tak ada paksaan untuk memilih siapa, terserah saya, makanya saya pilih Bahrun dari Golkar," ujarnya.

Secara terpisah, tetangga Ecce Enning, Ria, kepada Upeks juga mengatakan bahwa sejumlah rumah juga akan dibongkar dan termasuk rumahnya karena tak memilih Caleg PBB itu.

"Saya juga disuruh bongkar rumahku karena saya pilih Pak Bahrun dari Golkar, tapi saya tunggu ini kalau sudah ada orang datang terpaksa dibongkar," ujarnya.

Linglung Usai Mencontreng

Tak hanya itu saja, di Makassar ini pun terdapat Caleg yang sudah menunjukkan gejala depresi, misalnya saja beberapa Caleg di PPDI. Menurut pengakuan Ketua PPDI Sulsel, Syarifuddin Punna, tiga rekannya kini menunjukkan tanda-tanda itu. “Mereka seperti orang linglung,” katanya.

Dia berkisah, dua hari setelah pencontrengan, dia mulai menerima keluhan dan curahan hati dari Calegnya yang tak memperoleh suara sesuai yang dibutuhkan. Di Makassar saja, katanya, sudah ada sekitar tiga orang yang menunjukkan gejala-gejala kurang waras itu.

“Sudah banyak Caleg saya yang mulai menunjukkan gejala kurang waras. Mereka sering merenung sendiri, dan berdiri di pinggir jalan seperti orang linglung,” papar Syarifuddin di Makassar, Sabtu (11/4).

Ia menggambarkan kekhawatiran Calegnya yang tidak bisa menerima kenyataan akan kekalahannya, bisa gila dan stress. Pasalnya, mereka sudah mengeluarkan uang banyak untuk sosialisasi. Di Sulsel, caleg PPDI tercatat sebanyak 300 orang.

Jauh sebelum hari pencontrengan, mereka sudah hitung-hitungan akan memperoleh suara banyak. Tapi ternyata suara yang diperoleh tidak sesuai harapan. Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan mental para Caleg.

Syarifuddin tak tinggal diam melihat fenomena ini. Apalagi, jauh-jauh hari, sudah banyak pihak yang mengingatkan ancaman kejiwaan terhadap Caleg yang gagal. Maka, dia pun mengajak seluruh Caleg PPDI Sulsel yang gagal untuk berkumpul, bergembira, dan bercanda bersama. Sabtu (11/4) malam, acara itu berlangsung dengan mengundang ustad untuk memberi pencerahan.

“Kita memberikan dorongan dan memperkokoh keimanan para Caleg, baik internal maupun eksternal. Jangan sampai Caleg jadi stres,” ujarnya.

Caleg DPR RI ini mengimbau agar para Caleg yang kalah bertarung mau menerima dengan ikhlas kekalahannya. Sebab, jika berani bertaruh dalam Pemilu, harus pula siap menerima kekalahan.

Caleg Minta Uangnya Dikembalikan

Lain di Makassar, lain pula di Kupang, banyak calon anggota DPR dan DPRD di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mulai stress setelah mengetahui tidak terpilih dalam Pemilu legislatif.

Padahal, puluhan bahkan ratusan juta rupiah sudah dikeluarkan untuk kegiatan sosialisasi maupun pengadaan atribut pada masa kampanye.

Seorang Caleg yang mengaku telah menggadaikan rumah pribadinya mengancam akan mendatangi tim suksesnya untuk meminta kembali sejumlah uang yang telah diberikan.

"Saya sudah habis-habisan. Bahkan tanah dan rumah saya gadaikan. Tapi perolehan suara saya tidak cukup satu kursi," kata seorang Caleg yang minta namanya tidak ditulis di Kupang, Minggu (12/4).


Caleg DPRD Kota Kupang lainnya yang menetap di Kelurahan Oebobo, justru memilih untuk menutup sumur pribadi di pekarangan rumahnya dan melanggar warga sekitar untuk tidak mengambil air.


"Saya berbaik hati dengan mereka (tetangga), tapi mereka tidak memilih saya. Lebih baik saya menutup sumur agar mereka bisa merasakan sulitnya mencari air bersih di Kota Kupang," katanya.


Ada juga caleg yang mulai menyendiri dan berjalan keliling kota


Kupang, menggunakan celana pendek, sambil berbicara sendiri. Perilaku aneh para caleg, mendapat perhatian dari Ketua KPUD Kota Kupang, Danie Bangu Ratu.


"Semua data yang beredar di tangan caleg bersifat sementara dan bukan dikeluarkan oleh KPUD selaku penyelenggara pemilu. Sebaiknya, para caleg lebih tenang dan menunggu hasil pleno KPUD," kata Daniel.


Menurutnya, kemungkinan bilangan pembagi untuk mendapatkan kursi dewan akan turun, karena banyak warga yang tidak menggunakan hak pilihnya.


Manajemen RSUD Kupang, telah menyiapkan sejumlah ruangan untuk menampung caleg yang kemungkinan mengalami gangguan jiwa akibat tidak terpilih dalam pemilu lalu. Sedikitnya tujuh ruangan khusus telah disiapkan sejak akhir Maret lalu. (Amir Made Amin)
 
Suara Hilang, Caleg Jatuh Sakit

Rabu, 15-04-2009 | 10:25:29

KPU Anggap Tetap Ada

KOLAKA,Upeks---Warga Desa Pesouha Kecamatan Pomalaa, Muh Aman yang juga salah seorang caleg Partai pelopor pada urut No 10 Dapil 2 kini terbaring sakit.

Pasalnya, dalam suarat suara pemilihan, nama Muh Aman tercantum, tetapi pada formulir C1 pada saat rekap PPK namanya sudah tidak tercantum lagi.
Akibatnya, semua surat suara yang diperolehnya dianggap tidak pernah ada. Dampak dari hal itu sang caleg Aman langsung jatuh sakit akibat memikirkan memikirkan suara dan namanya tidak tercantum pada formulir C1.
Laksruddin, salah seorang teman Aman mengungkapkan hal tersebut, baru-baru ini.

Sementara itu, Ketua KPU Pokja Logistik Pemilu KPU Kolaka, Syahlan Launu ST yang dikonfirmasi wartawan terkait hal itu mengungkapkan, caleg Muh Aman namanya itu tetap ada. “Menyangkut hal itu, kami akan lakukan perbaikan karena formulir C1 itu pengadaannya dilakukan oleh provinsi,”kata Syahlan.

Sementara hal yang juga dialami Gunaryo juga caleg partai Pelopor pada urut No.1 Dapil III perolehan suara partai dari TPS tidak sinkron dengan perhitungan suara di PPK. “Jadi kami kehilangan suara partai sekitar 60 suara, dan ini kami akan proses secara hukum,”kata Gunaryo.

Sementara, Ketua Pokja Kampanye Pemilu, Nasir Adam, terkait sejumlah caleg yang meninggal dunia sebelum pada pencontrengan, akan tetap dimasukan sebagai perolehan suara partai. “Sudah tiga caleg yang sudah meninggal dunia sebelum dilakukan penconrengan, diantaranya, caleg partai Hanura, H Dedy Dapil III, Caleg PBR Anton Bahtiar Dapil I, dan Baharuddin partai PIB Dapil I,”kata Nasir.

Terkait caleg yang terbukti melakukan poltik uang dilapangan dengan cara membagi beras miskin(raskin) saat melakukan kampanye yang dilakukan oleh salah seorang caleg partai PAN Tahrir Tasruddin, dan salah seorang caleg dari partai PPP, yang melibatkan seorang Lurah Kolakasi Kecam,atan latambaga.
Kasat Reskrim Polres Kolaka AKP Agus Umar, menurutnya dalam pasal 273 undang – undang pemilu nomor 10 tahun 2008 disebutkan bahwa PNS, TNI, Polri, Kepala Desa yang terlibat berkampanye merupakan pelanggaran pemilu dan dapat dikenakan sangsi hukum pidana. “Tapi terkait kasus ini pelanggaran pemilu ini ditujukan pada Aldin Sukman Lurah Kolakasi, bila merujuk pada pasal 84 nomor 5 undang-undang yang sama pelanggaran pemilu tidak terpenuhi karena tidak ada penggunakan fasilitas negara,”kata Umar.

Ketua Panwas Kolaka Santi Bunga, terkait kasus pelanggaran pemilu tetap akan menindak lanjuti hingga ada keputusan hukum tetap dari pengadilan.”Aldin Sukman itu dilaporkan membagikan kartu nama sejumlah caleg saat pembagian raskin di rumahnya,’kata Santi. (Philips Nazareth)
 
Harian Pikiran Rakyat

Belasan Caleg Jalani Terapi Alternatif
Selasa, 14 April 2009 , 00:10:00

CIREBON, (PRLM).- Belasan caleg dari sejumlah daerah di Jabar yang gagal mendapatkan kursi, mulai menjalani terapi alternatif di Majelis Zikir Darul Lukman, Desa Sinarrancang, Kec. Mundu, Kab. Cirebon. Mereka menjadi pemurung, enggan berkomunikasi dengan yang lain dan hanya mengurung diri di kamar. Di antaranya bahkan ada yang sudah enggan menggunakan baju.

Sedikitnya 15 orang tercatat pernah menjalani terapi alternatif untuk mengobati penyakit depresi yang dialaminya pascapemungutan suara Kamis (9/4) lalu. Padahal dana yang sudah mereka keluarkan cukup banyak. Menurut informasi, seorang caleg asal Kab. Majalengka yang menjadi pasien di majelis zikir tersebut bahkan sampai mengeluarkan biaya hingga Rp 3 miliar. Namun suara yang didapatnya sangat rendah.

Menurut Ustad Ujang Bustami, pengasuh dan pimpinan Majelis Zikir Darul Lukman, rata-rata caleg yang menjadi tamunya mengalami depresi. "Ada sekitar 15 caleg yang menjalani terapi di tempat ini. Mereka tidak hanya caleg untuk DPRD Kab. Cirebon, tetapi juga daerah lain, seperti Kuningan, Majalengka, dan Brebes," katanya, Senin (13/4).

Dikatakan Ustad Ujang, para caleg yang menjadi pasiennya juga dari beragam partai politik (parpol) seperti Pakar Pangan, PKPB, PKB, Patriot, dan lainnya. Bahkan ada juga caleg dari Partai Demokrat. "Namun para caleg tersebut hanya mengalami gejala depresi ringan, seperti sulit berkomunikasi," katanya.

Ujang menyatakan, para caleg lebih memilih pengobatan alternatif dari pada medis, kemungkinan besar, terbentur masalah finansial. "Kalau terapi medis, tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kondisi keuangan yang sudah habis-habisan, tentu tidak mungkin bagi mereka menempuh upaya medis. Sedangkan pengobatan alternatif kami tidak memungut biaya sepeser pun," ujarnya.

Sementara itu psikolog asal Cirebon Sri Nurhaeni menilai, potensi caleg mengalami depresi di berbagai daerah termasuk Kota Cirebon tergolong sangat tinggi. Faktor penyebabnya, lanjutnya, jumlah caleg sangat tidak sebanding dengan kuota kursi yang tersedia.

"Jumlah kursi DPRD Kota Cirebon yang tersedia hanya 30 kursi. Namun caleg yang ikut dalam Pemilu 2009 mencapai 464 orang. Saya kira, potensi terjadinya depresi memang sangat besar," kata Sri. Selain jumlah kursi yang tidak sebanding, faktor lain yang dapat membuat para caleg depresi adalah besarnya nilai materi yang sudah mereka keluarkan. (A-92/das)***


Tim Sukses Ambil Kembali Sumbangan
Selasa, 14 April 2009 , 18:46:00

SUKABUMI, (PRLM).- Stres tidak hanya mengancam calon anggota legislatif (caleg) saja. Namun kondisi itu juga mengancam tim sukses caleg, karena malu jagoannya tidak memperoleh suara yang diharapkan salah seorang anggota tim sukses kembali mengambil bantuan yang sempat dibagikan kepada warga.

Puluhan warga di Kampung Cicadas RT 024, Kel. Cikundul, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi, Selasa (14/4) sempat terkesima ketika 14 paket kostim yang sempat dipakai warga harus dikumpulkan kembali.

"Karena di TPS kami, caleg yang dijagokannya hanya memperoleh dua puluh suara. Dia serta merta meminta warga mengumpulkan kembali kaos yang diberikan. Kaos itu kembali ditarik dua hari setelah pencontrengan," kata warga Kp. Cicadas, Wawan kepada "PRLM", Selasa (14/4). (A-162/A-50)***


Caleg Minta Uangnya Dikembalikan
Rabu, 15 April 2009 , 09:39:00

BANYUMAS, (PRLM).- Macam-macam saja tingkah calon legislatif (caleg) yang merasa bakal gagal memperoleh kursi di DPRD Banyumas. Selain mengalami depresi dan stres, ada juga caleg yang berusaha mengambil kembali uang yang sudah diberikan kepada masyarakat.

Seperti yang terjadi di Desa Banjarparakan, Kecamatan Rawalo Kab. Banyumas. Seorang caleg yang sudah merasa bakal gagal, menyuruh tim suksesnya menarik kembali dana yang sudah dibagikan kepada masyarakat. “Kami juga cukup kaget dan bingung dengan ulah mereka. Ada tim sukses yang mendatangi warga dan meminta warga mengembalikan uang, karena caleg yang bersangkutan memperoleh suara yang kecil,” ujar Fadilah, warga Banjarparakan, Rabu (15/4).

Biaya yang dikeluarkan para caleg memang tidak sedikit. Seorang caleg harus punya modal Rp 300 juta. Seperti diakui Habib Mahfud, caleg harus menyiapkan modal dari Rp 300 juta hingga Rp 2 miliar.

"Uang Rp 300 juta hingga Rp 500 juta itu untuk proses pemilu sederhana. Dana sebesar itu untuk kampanye yang wajar, sekadar bagi uang untuk beli rokok dan makanan bagi tamu. Bukan untuk beli suara," tuturnya.

Menurut Mahfud, walau dana sebesar itu dianggap wajar, banyak juga caleg yang akhirnya stres gara-gara tidak mendapatkan kursi DPRD. Sebab, sebagian dana itu diperoleh mereka dengan cara utang. Jadi, sudah gagal memperoleh kursi, mereka juga pusing memikirkan bayar utang. (A-99/A-147)***


Caleg Ngantre ke Wisma Rehabilitasi Mental
Rabu, 15 April 2009 , 18:51:00

PURBALINGGA, (PRLM).- Pasca Pemilu 2009 wisma rehabilitasi mental, sosial dan narkoba di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga. Jawa Tengah (Jateng) Pasca Pemilu kebanjiran calon anggota legislatif (caleg) dan bobotoh caleg yang stress. Dari sembilan pesien lima di antaranya berasal dari Jawa Barat (Jabar).

Dalam beberapa hari ini terdapat sembilan pasien baru dari beberapa partai lima diantaranya adalah caleg dan tim sukses perempuan empat lainnya laki-laki, caleg yang menderita depresi, sebagian besar berasal dari Jabar, Jatim dan Jateng.

"Lima dari sembilan caleg dan tim sukses berasal dari beberapa daerah di Jabar lainnya dari Jatim dan Jateng "Lima dari sembilan pasien adalah perempuan, Sumanto saya beri kepercayaan karena setelah keluar dari penjara dia sudah tidak berbahaya lagi. Sejak bebas dia saya tampung di wisma," kata Supono Mustajab, Rabu (15/4).

Sumanto yang dulu pernah memakan mayat yang dia gali dari kubur, saat ini ikut mendampingi calon legislatif (caleg) yang stres karena kalah dalam pemilihan. Pengelola wisma KH Supono, mengatakan bahwa Sumanto sudah tidak berbahaya lagi, sehingga diberi kepercayaan untuk ikut mendampingi pasien

"Di sini sudah ada sembilan orang yang stres terkait Pemilu. Ada yang caleg, ada pula dari tim sukses. Mereka sudah masuk beberapa hari lalu dan terakhir semalam ada empat orang," kata Supono. (A-99/A-50)***


Caleg PKPI Stres karena Harus Bayar Tim Sukses
Rabu, 15 April 2009 , 19:07:00

CIREBON, (PRLM).-Bila banyak calon legislatif (caleg) stress gara-gara kalah dalam pemilihan umum kemarin, Jajuli justru sebaliknya. Caleg nomor 1 daerah pemilihan VI DPRD Kabupaten Cirebon dari Partai Keadilan & Persatuan Indonesia (PKPI) mengaku stress bukan karena kalah, tetapi takut kalau dirinya menang. "Saya justru stres karena takut menang," ujar dia, Rabu (16/4).

Jajuli ditemui "PRLM" di suatu tempat yang sepi di seputaran pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon di Kota Sumber. Dia mengaku selama beberapa hari ini memilih keluar rumah dan nongkrong di tempat yang tidak banyak orang tahu, yakni di pojok sebuah tempat perlintasan angkutan kota (angkot).

Jajuli mengemukakan kekhawatiran kalau perolehan suaranya banyak dan akhirnya bisa memperoleh kursi di DPRD setempat. Di tempat yang sepi dia berdoa agar dirinya tidak terpilih.

Ketika ditanya kenapa takut menang, Jajuli menuturkan, kalau menang, artinya dia berhak atas kursi di DPRD. Dengan begitu, dia akan merasa terbebani, bukan hanya seminggu atau sebulan, tapi selama lima tahun. "Kalau menang saya justru akan stres selama lima tahun," tutur dia.(A-93/A-50)***


GAMBARAN ORANG-ORANG YANG TADINYA GILA CALEG MENJADI CALEG GILA
 
Djuhaedi Umbara, Ketua DPC Partai RepublikaN yang Alami Stroke Pasca P

Radar Semarang
[ Rabu, 15 April 2009 ]

Perhitungan suara pemlu 9 April lalu hingga kini belum final. Bagi partai-partai yang persentasenya perolehan suaranya satu koma tentu saja waswas. Salah satunya, Partai RepublikaN Demak. Sang Ketua DPC, Djuhaedi Umbara, bahkan terkena stroke akibat suara partainya drop.

WAHIB PRIBADI, Demak

---

Kondisinya lemah. Kaki dan tangan kanannya sulit digerakkan. Suaranya juga terdengar pelo atau tidak jelas. Berdiri pun susah dan harus dituntun orang disampingnya.

Bahkan, untuk makan pun harus disuapi. Malam itu, tepatnya Senin malam (13/4), Djuhaedi tampak berbaring di sebuah kursi rumah kayu berbentuk sokowolu berukuran 7x10 meter berlantai polesan atau plester semen. Rumah Djuhaedi berada di Desa Kembangarum, Kecamatan Mranggen.

Meski fisiknya lemah, di teras rumahnya yang sederhana, Djunaedi masih menyempatkan memelototi televisi untuk memantau perkembangan suara partainya.

Ketua DPC Partai RepublikaN Kabupaten Demak tersebut beberapa hari lalu divonis dokter terkena gejala stroke. Dugaan sementara, Djuhaedi menanggung beban berat terkait pemilu.

Pria kelahiran Bangka Belitung, 26 Agustus 1949 tersebut rupanya sangat terpukul dengan perolehan suara partainya yang jauh dari harapan.

Partainya ditargetkan memperoleh 4 kursi di DPRD Demak dalam pemilu kali ini. Namun realitas yang ada, suara Partai RepublikaN tak sesuai target. Untuk memperoleh satu kursi saja sulit terwujud. Sebab, perolehan suara untuk sementara ini didominasi parpol besar.

Kendati fisiknya drop, di sela-sela menonton televisi bersama Retno Sayekti, 53, sang isteri, Djuhaedi masih bersedia menerima tamu. Termasuk menemui wartawan yang kemarin malam datang ke rumahnya bersama anggota Panitia Pengawas Lapangan (PPL) Desa Kembangarum.

Pria yang sudah puluhan tahun menekuni usaha rongsokan itu tidak banyak bicara. Sebab kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk itu. Retno Sayekti menuturkan, sebelum aktif sebagai fungsionaris Partai RepublikaN itu, suaminya sejak purna tugas sebagai polisi pada 1993 lalu berkecimpung sebagai kader PDIP hingga 2007.

Saat itu, ia ingin menjadi anggota DPRD Demak. Namun, karena cita citanya kandas, akhirnya Djuhaedi memutuskan untuk keluar dari kader partai.

Pada 2008, ia bergabung ke Partai RepublikaN. Dia menjabat sebagai Ketua DPC RepublikaN Demak. Saat ramai pencalegan, Djuhaedi justru tidak mencalonkan diri sebagai caleg.

Sebaliknya, Djuhaedi sangat berharap ada kader partai yang mau maju sebagai caleg. Akhirnya ada 9 caleg yang mendaftarkan diri sebagai caleg DPRD Demak.

Para caleg RepublikaN antara lain mencalonkan diri di daerah pemilihan (dapil 5) meliputi Kecamatan Mranggen, dan Karangawen. Nah, pada saat hari H pemilihan, Djuhaedi menggunakan hak pilihnya di kampungnya, tepatnya di TPS 4 Desa Kembangarum, Mranggen. Sampailah pada penghitungan suara.

Ia pun sibuk memantau perkembangan rekapitulasi suara. Sekian lama memelototi proses tersebut, dia mendadak kaget dan terkejut. Sebab, di TPS tempat ia menyontreng, partainya RepublikaN tidak mendapatkan suara satu pun alias nol.

"Hasilnya nol," ucap Djuhaedi dengan suara agak tidak jelas. Berikutnya, dia tambah terkejut saat mengikuti rekapitulasi suara di kantor Kecamatan Mranggen pada Minggu (12/4) lalu. Sebab, hasil rekapitulasi partainya juga tak meraup suara.

Padahal saat itu Djuhaedi berangkat ke lokasi rekapitulasi pada pagi buta. Ia pun menunggu dengan sabar hingga sore hari. Hingga akhirnya dengan tubuh lemas dan kurang tenaga, Djuhaedi pulang ke rumahnya di Desa Kembangarum.

Sesampainya di rumah, Retno Sayekti merasa ada kejanggalan pada diri suaminya. "Bapak di rumah tiba-tiba menjadi pemurung,"ujar Retno. Kekhawatiran Retno pun bertambah. Sebab, saat berjalan, kaki suaminya sebelah kanan terlihat diseret-seret, tidak normal lagi berjalan dengan tegak.

"Waktu itu saya bertanya dalam hati, kenapa suami saya kok jalannya begitu," katanya menuturkan. Sehari berikutnya, yakni pada Senin (13/4) lalu, kondisi suaminya tambah parah. Sebab, nada bicaranya makin pelo (tidak jelas atau cedal).

Meski begitu, Djuhaedi tetap menyempatkan terus memantau berita, baik melalui koran maupun televisi. Sebagai isteri, Retno pun makin khawatir. Dia lantas membawa suaminya ke Rumah Sakit Pelita Anugrah Mranggen untuk diperiksakan kesehatannya.

Saat di rumah sakit itulah, dokter memberitahu bahwa suaminya terkena gejala stroke. Berdasarkan keterangan dokter yang merawatnya, stroke menyerang Djuhaedi karena yang bersangkutan menanggung beban berat sekaligus kecapekan.

"Oleh dokter sebenarnya disarankan untuk rawat inap saja di rumah sakit. Tapi, bapak tidak mau," tuturnya. Suaminya ingin pulang ke rumah dan berharap masih bisa memantau perkembangan suara partai yang dipimpinnya itu.

Di rumah, Djuhaedi menjalani pengobatan alternatif. Saat ditanya berapa uang yang dikeluarkan untuk memperjuangkan partai dan calegnya yang maju dalam pemilihan? Djuhaedi tidak menjawab. Retno pun tak tahu masalah itu.

Retno menuturkan, kini suaminya harus disuapi saat makan. Sebab tangan kanannya tak bisa digerakkan secara bebas. Menurut Retno, Djuhaedi harus dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang untuk menjalani perawatan lanjutan.

Sebab, penyakit strikonya makin menjadi jadi. "Tangannya tidak bisa digerakkan." Retno menduga, suaminya mengalami stroke lantaran kecewa dengan perolehan suara partainya yang jauh di bawah standar. Menurut dia, sebagai Ketua DPC RepublikaN, suaminya menargetkan 4 kursi di DPRD Demak.

Namun yang terjadi, perolehan suara partainya sama sekali tak menggemberikan. Padahal dalam perkembangan yang ada, dari beberapa kecamatan, suara sementara RepublikaN mencapai sekitar 3.836 suara.

"Beliau suka berorganisasi di partai. Saat ini sebenarnya bapak mengidolakan Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai pemimpin negeri ini," pungkas Retno. (*/isk)
 
Back
Top